Kekerasan
Mahasiswi Terbaik Universitas Muria Kudus Diduga Dapat Kekerasan Verbal dari Wakil Rektor
Annisya Qona'ah mahasiswi terbaik Universitas Muria Kudus diduga mendapat kekerasan verbal dari Wakil Rektor
Penulis: Istiqomah Kaloko | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.COM - Mahasiswi terbaik Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK) bernama Annisya Qona'ah viral di media sosial usai mengungkapkan rasa sakit hatinya pada Selasa (30/5/2023).
Video ungkapan sakit hati mahasiswi terbaik itu diunggah oleh akun Instagram @kabarnegri.
Dalam video tersebut, Annisya Qona'ah mengungkapkan perasaan sakit hati setelah Wakil Rektor 1 menyindir tentang wali wisuda yang diwakili oleh kakaknya, bukan oleh orangtuanya.
Baca juga: Buruh Gudang Tani Lolos Jadi Bintara Polri, Sang Ayah Meninggal sejak Usia 8 Tahun
Annisya menjelaskan bahwa kakaknya menjadi wali wisuda karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Namun, dia merasa terkejut dan tidak menyangka mendengar pernyataan yang terlalu berani dari Wakil Rektor 1, terlepas dari kondisi dia yang sudah tidak memiliki orang tua.
Annisya mengakatakan bahwa kejadian itu bermula saat gladi wisudawan.
Ketika Annisya bertemu dengan Wakil Rektor 1 untuk pertama kalinya.
Ternyata perlakuan yang diterima oleh Annisya itu tak lepas dari puisi yang pernah dibuat olehnya.
Baca juga: Dikira Mayat, Anggota Polisi Temukan ODGJ Tidur di Dalam Parit
Pada saat itu, Annisya membacakan puisi yang mengkritik Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMK, yaitu Siti Masfuah, yang telah dipecat.
Setelah itu, Wakil Rektor 1 bertanya apakah dia akan membacakan puisi lagi, dan Annisya menjawab bahwa dia tidak akan melakukannya.
"Terus waktu turun dari panggung beliau nyamperin saya beliau nanya 'kamu baca puisi lagi apa gak' saya kan bingung 'ya saya jawab loh enggak buk'," ujar Annisya.
Percakapan berlanjut, dan akhirnya Wakil Rektor 1 menanyakan siapa yang hadir sebagai wali untuk mendampingi Annisya.
Annisya menjawab bahwa kakaknya hadir karena orangtuanya telah meninggal dunia.
Namun, Wakil Rektor 1 tidak menunjukkan rasa prihatin, malah ia berbicara dengan sangat berani kepada Annisya.
Baca juga: SINDIRAN Pedas Jokowi ke Anies, Ajak Warga Tolak Politisasi Agama dan Identitas
Annisya merasa terkejut dengan kejadian ini karena ini adalah pertemuan pertamanya dengan Wakil Rektor 1 dan dia mengalami perlakuan seperti itu.
"Dia bilang 'kamu siapa yang nyuruh baca puisi', saya jawab 'loh gak ada yang suruh buk saya sendiri' dia langsung bilang mahasiswi yang tidak mengerti apa-apa, terus beliau tanya lagi 'besok yang datang siapa? saya jawab 'kakak, orang tua saya sudah meninggal buk' dijawab lagi 'ora due wong tua re, wani-wani ne'," kata Annisya menirukan ucapan Wakil Rektor 1.
"Kedua orang tua saya memang sudah meninggal semua, perkataan itu yang buat saya sakit itu di depan semua mahasiswi terbaik," sambung Annisya.
Baca juga: Penjaga Ternak Ayam Hilang Terseret Arus Sungai Silau, Saksi Ungkap Korban Sempat Mandi-mandi
Annisya mengungkapkan bahwa setelah mendengar pernyataan tersebut, dia merasa terkejut dan hanya terdiam karena tidak menyangka mendengar pernyataan tersebut dari Wakil Rektor 1 di hadapan mahasiswi terbaik lainnya.
"Saya diam saja, soalnya itu di depan teman-teman yang lain nanti takutnya berkepanjangan," Ucapnya.
"Setelah kejadian ini, saya bercerita kepada kakak saya, dan tanggapannya adalah 'Kok bisa begitu? Dia tidak percaya, padahal dia adalah atasan'," sambungnya.
Tidak hanya itu, Annisya juga mengaku bahwa selain mendapatkan intimidasi, dia juga menghadapi ancaman yang menyebut tentang intel.
Baca juga: Tosa Ginting, Terduga Otak Pelaku Pembunuhan Eks Anggota DPRD Langkat Sewa Mobil Milik Petugas Rutan
"Sebelum pergi beliau (rektor) bilang 'awas ya kalau kamu buat keributan disitu ada intel-intel saya undang intel itu'," ucap Annisya.
Annisya merasa tak menyangka dan sangat kecewa dengan kejadian ini, terutama karena orang yang seharusnya menjadi contoh teladan dapat mengeluarkan pernyataan kasar kepada mahasiswanya.
Oleh karena itu, Annisya berharap agar kejadian dan bentuk kekerasan verbal semacam ini tidak terjadi lagi di UMK.
Diketahui, sebelumnya Annisya pernah menyampaikan kritik melalui puisi saat mewakili mahasiswi dalam sambutan wisuda fakultas.
Kritik yang disampaikan oleh Annisya dan rekan-rekannya itu sebagai bentuk protes atas pemecatan Masfuah, dosen sekaligus Ketua Prodi PGSD UMK.(cr31/tribun-medan.com)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.