Kristen Muhammadiyah
Viral Kristen Muhammadiyah, Lantas Bagaimana Penjelasannya, Simak Ulasan Berikut
Beberapa hari terakhir viral soal Kristen Muhammadiyah. Berikut penjelasan
Sementara itu, Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa buku soal KrisMuha sebenarnya sudah diterbitkan pada 2009 lalu, namun data-datanya kurang detail.
Buku tersebut kemudian diterbitkan oleh Kompas Gramedia yang telah mengalami penyempurnaan yang komprehensif dan juga telah diperbaiki dengan baik.
Awal mula Kristen Muhammadiyah ditemukan
Masih dikutip dari sumber yang sama, Fajar menerangkan bahwa buku KrisMuha yang ia susun menggambarkan toleransi di daerah terpencil di Indonesia, terutama di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal atau 3T.
Daerah yang ia maksud adalah Ende di Nusa Tenggara Timur (NTT), Serui di Papua, dan Putussibau di Kalimantan Barat (Kalbar).
Saat dihubungi lebih lanjut, Fajar mengonfirmasi bahwa buku soal KrisMuha merupakan hasil penelitiannya dengan Abdul Mu'ti di 3 lokasi tersebut pada 2008 silam.
"Diterbitkan pertama kali tahun 2009," katanya kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).
"Ya (KrisMuha ditemukan) sekitar tahun 2008 kami risetnya," tambah Fajar. Terpisah, Abdul Mu'ti mengutarakan bahwa fenomena KrisMuha sudah eksis jauh sebelum penelitian tersebut dilakukan.
"Di banyak daerah, terutama di kawasan Timur Indonesia di mana banyak siswa Kristen atau Katolik yang belajar di sekolah dan kampus Muhammadiyah," jelasnya kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).
Kemunculan Kristen Muhammadiyah Lebih lanjut, Fajar menerangkan bahwa kemunculan KrisMuha tidak bisa dilepaskan dari fenomena siswa non-Muslim (Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha) yang bersekolah di Muhammadiyah banyak ditemukan di Indonesia Timur, seperti NTT, Papua, dan Kalimantan Barat.
Ia menyampaikan, mayoritas mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Kupang merupakan non-Muslim.
Hal yang sama terjadi di Universitas Muhammadiyah.
"Ende, misalnya, mewakili potret sosiologis di NTT karena di Kupang ada hal serupa," tutur Fajar.
Bukan percampuran agama
Terkait penamaan KrisMuha, Fajar menegaskan bahwa varian ini merupakan potret perjumpaan siswa Kristen dengan siswa Muslim di institusi pendidikan.
Mereka merasa menjadi bagian dari entitas sosial Muhammadiyah tanpa tercerabut jati dirinya sebagai seorang Kristen.
"Krismuha merupakan identitas sosial, bukan identitas keagamaan," tandas Fajar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.