Marga Batak

Sejarah dan Asal Usul Marga Lubis dari Suku Batak

Semua keturunan Silangkitang bermarga Lubis, dan desa tempat Silangkitang menjadi raja dinamakan Lubis Singengo.

Penulis: Rizky Aisyah | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/HO
Sejarah dan Asal Usul Marga Lubis dari Suku Batak 

TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN – Alkisah, ada seorang pria Bugis bernama Daeng Malela yang merantau ke Sumatera dan tinggal di Angkola Jae, Sigalangan, sekitar 13 kilometer dari Padang Sidempuan ke arah Bukit Tinggi.

Daeng Malela kemudian menikahi putri raja Sigalangan yang bernama Silenggana Dalimunte. Putri raja tersebut memiliki saudara laki-laki bernama Sutan Morlub, yang kemudian menggantikan ayahnya sebagai raja.

Karena menikahi putri raja, Daeng Malela diberi gelar "Namora Pande Bosi", yang berarti ahli menempa besi.

Setelah Namora Pande Bosi menikah dengan seorang Lenggana, ia diberi hadiah tanah, yang kemudian ia ubah menjadi sebuah desa. Desa ini kemudian diberi nama Atongga, yang terletak tidak jauh dari Sigalangan.

Di kampung baru ini, Namora Pande Bosi tinggal bersama istrinya, dan kemudian dikaruniai dua orang anak laki-laki, Sutan Bugis dan Sutan Burayun.

Menurut cerita, keturunan Sutan Bugis dan Sutan Burayun adalah orang-orang bermarga Hutasuhut. Sesuai dengan nama kampung mereka yang terletak di Sipirok.

Namora Pande Bosi kemudian menikah dengan seorang gadis dari Pijor Koling, dari pernikahan ini lahirlah dua orang anak laki-laki yaitu Sipanawareh dan Sibargot Lage.

Setelah kedua putranya beranjak dewasa, Namora Pande Bosi menyuruh mereka meninggalkan Angkola Jae dan menjauhi Sutan Bugis dan Sutan Burayun. Sipanawareh dan Sibargot Lage lah yang kemudian mewarisi marga Pulungan.

Namora Pande Bosi juga dikisahkan menikah dengan seorang putri dari suku Bunian. Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai hal ini, ada yang mengatakan bahwa Putri Bunian adalah makhluk halus yang biasanya tinggal di tengah hutan.

Namun, ada juga yang menyayangkan bahwa putri Bunian yang menikah dengan Namora Pande Bosi bukanlah makhluk halus, melainkan manusia biasa.

Dinamakan Putri Bunian karena ia adalah istri kedua dari Lenggana boru Dalimunte. Ia terpaksa mengambil memumi, yang dalam bahasa Mandarin berarti terlarang, agar pernikahannya dengan Namora Pande Bosi tidak diketahui oleh Silenggana.

Pernikahannya dengan Putri Bunian menghasilkan dua anak laki-laki kembar, yang satu bernama Silangkitang dan yang lainnya Sibaitang.

Kemudian mereka membuka sebuah desa. Mengikuti perintah ayahnya, mereka menuju Sungai Batang Angkola, dan ketika bertemu dengan Sungai Batang Gadis, mereka pergi ke hulu.

Setelah berjalan ke hulu untuk beberapa saat, mereka bertemu dengan dua sungai yang berhadapan atau berlawanan dengan sungai tersebut.

Sungai Aek Singengo dan Sungai Aek Singangir mengalir dari arah yang berlawanan, dan mereka bertemu di Sungai Batang Gadis.

Dan ketika ia melepaskan ayam jantan yang dibawanya, ayam itu berkokok. Atas perintah ayah mereka, Namora Pande Bosi, mereka mendirikan sebuah desa di tempat itu dan menamainya Huta Panopan, yang berarti desa pandai besi.

Seiring dengan semakin ramainya desa tersebut oleh orang-orang dari tempat lain, desa tersebut berkembang dan namanya pun berubah dari Huta Panopan menjadi Kotanopan yang sekarang, yang masih menjadi nama yang digunakan untuk desa kecil Mandailing Julu.

Setelah lama tinggal di Huta Panopan, Silangkitang pergi untuk mendirikan desa baru yang tidak jauh dari desa tersebut. Pemukiman baru ini diberi nama Singengo, dan Silangkitang menjadi raja.

Setelah itu, keturunan Silangkitang terus mendirikan desa-desa baru dan masing-masing menjadi raja.

Di antara keturunannya, Japande menjadi raja di Desa Sayar Maincat, Sutan Soripada menjadi raja di Desa Muara Mais, Sutan Manggo menjadi raja di Desa Tambangan, dan Namora Raya menjadi raja di Roburan.

Semua keturunan Silangkitang bermarga Lubis, dan desa tempat Silangkitang menjadi raja dinamakan Lubis Singengo.

Seperti Silangkitang, Sibaitang meninggalkan Huta Panopan dan menetap di pemukiman yang ia dirikan bernama Tomuan, di pertemuan sungai Batang Pungkut dan Batang Gadis.

Di sana, Sibaitang menikah dan memiliki dua orang anak laki-laki, yang bernama Muara dan Sipartomuan.

Muara kemudian membuka sebuah desa baru, yang kemudian dikenal dengan nama Manambit. Sementara itu, Sipartomuan kembali ke Huta Dhaka dan menjadi raja di sana.

Keturunannya membuka desa baru, yang kemudian berkembang menjadi Tamiang, dan beberapa membuka desa lain, yang kemudian berkembang menjadi Huta Pungkut.

Keturunan Sibaitang semuanya bermarga Rubis dan umumnya disebut sebagai Lubis Singasoro, yang berkembang di bagian selatan Kotanopan.

Sementara itu, keturunan Silangkitang bermarga Lubis Singengo dan berkembang di bagian utara Kotanopan.

Seiring berjalannya waktu, keturunan Silangkitang dan Sibaitang yang bermarga Rubis menjadi raja-raja di Mandailing Julu dengan sebutan Pakantan.

Dari cerita legenda ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Deng Malela, yang kemudian mendapat gelar Namora Pande bosi, memiliki empat orang istri.

Salah satu istrinya bernama Putri Bunian, yang melahirkan Silangkitang dan Sibaitang, dan kemudian seorang Mandarin bermarga Lubis.

Istri pertama yang dinikahinya ketika ia singgah di Toba melahirkan seorang anak laki-laki bermarga Tonggo Lubis, dan hingga kini masih ada orang bermarga Lubis di Toba dan sebuah desa bernama Huta Lubis.

Di Sigalangan, Namora Pande Bosi menikah dengan Silengana Boru Dalimunte. Dia melahirkan dua anak laki-laki, Sutan Bugis dan Sutan Burayun, yang kemudian melahirkan orang-orang bermarga Hutasuhut.

Dia juga menikahi seorang gadis dari Pijor Koling, tidak jauh dari Sigalangan; dia melahirkan dua anak laki-laki, Sipanawari dan Sibargot Lage, yang kemudian melahirkan orang-orang bermarga Pulungan di Huta Bargot dekat desa Panyabungan.

Dapat disimpulkan bahwa keturunan Namora Pande Bosi terdiri dari tiga marga, yaitu Lubis, Huta Suhut dan Pulungan, yang mendiami tempat yang berbeda di Tapanuli Selatan.

(cr30/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved