Viral Medsos
MAYANG Ungkap Detik-detik Tim Penyelamat dari Indonesia Bergerak Senyap Selamatkan 20 WNI di Myanmar
Perempuan bernama Theodora Mayang berusia 36 tahun, tak pernah membayangkan akan menjadi korban perdagangan orang ke Myanmar
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
Dari situ, Mayang mulai memahami bekerja untuk menawarkan investasi bodong berbasis uang digital, mulai Bitcoin, Crypto, dan Ethereum.
Si calon nasabah, diiming-imingi keuntungan sebesar 1 persen dari nilai investasi.
Mereka bekerja 18 jam setiap hari, mulai pukul 08:00 malam hingga 12:00 siang. Target hariannya menjerat satu warga negara Amerika.
Jika tak mendapat target, hukuman squat jump, push up, lari, pukulan, hingga setruman, telah menanti. Bahkan untuk kesalahan kecil sekalipun, seperti tertidur saat kerja.
'Baju warna putih bisa merah semua karena darah'
Minggu kedua di Xinghua Park, Mayang dkk pertama kalinya mendengar penyiksaan terhadap seorang pekerja dari Tim China.
Awalnya, Mayang dan dua rekan perempuan disuruh masuk ke ruang tunggu. Di situ, ketiganya mendengar suara orang dipukul yang ditimpali suara setruman selama kurang lebih dua jam.
Korban kemudian dibawa ke ruang tunggu, di mana Mayang dan dua temannya berada.
"Teman-teman yang lain nangis, saya sudah nggak bisa nangis, cuma bisa gemeteran doang. Itu kepalanya sudah bocor, pelipisnya robek. Muka berdarah semua. Saya paling ingat ininya [menunjuk sikut] sampai kelihatan tulangnya," kenang Mayang.
Setelah tak berdaya pria China yang tangannya diborgol ke belakang, itu kemudian ditidurkan di hamparan kardus.
"Habis dipukul, ditaruh di situ, nggak dibawa ke rumah sakit atau apa. Dikasih makan sekali sehari. Nanti kalau dia sudah sembuh, dia berulah lagi, dipukul lagi," beber Mayang.
Dalam kesempatan lainnya, seluruh Tim Indonesia dipaksa menyaksikan penyiksaan apa yang disebut "shock therapy".
Seorang pria China segera diseret ke hadapan mereka. Pria ini akan dihukum karena kesalahan lupa mengunggah foto. Ia dipukuli berkali-kali, termasuk dengan paralon hingga pecah.
Pria nahas itu juga sempat menatap Mayang seperti ingin meminta tolong, tapi apa pilihan yang bisa ia buat?
Selain pukulan dengan pipa dan tangan kosong, para penyiksa yang berjumlah sekitar enam orang, juga menggunakan senjata listrik.
"Suara setruman itu nggak berhenti rtt... rttt. Korban dari yang teriak sampai nggak ada suaranya. Habis itu dia merem, pas buka matanya sudah putih semua. Baru mereka berhenti menyiksa. Mereka juga mikir kayaknya mati nih. Sampai dimasukin ke kardus si orang itu. Kita juga mikir orang ini sudah mati karena sudah nggak ada bentuknya. Baju warna putih bisa merah semua karena darah," kata Mayang.
"Jadi si leader tuh ngomong, 'Nih kalian lihat ya. Kalau kalian melakukan kesalahan, nih kayak gini nanti kalian jadinya.' Jadi kita benar-benar nggak boleh memalingkan wajah, kita meleng sedikit dimarahin," tutur Mayang yang mengaku trauma hingga kini atas kejadian itu.
Satu hal yang sudah sangat dikenali pola penghukuman dari pihak perusahaan. Mereka akan memutar musik sekeras mungkin sebelum dan selama penyiksaan.
"Jadi kalau mereka mau pukul orang itu, kita sudah tahu. Mereka putar musik kencang, pintu dikunci, jendela ditutup semua," tutur Mayang.
Sejak pertama menyaksikan penyiksaan, Mayang berniat pulang. Tapi niat itu diurungkan karena kalau berhenti bekerja di tengah jalan, ia harus bayar penalti ratusan juta rupiah.
Penalti untuk mengganti semua fasilitas termasuk "tempat tidur, makan, perangkat kerja kayak komputer, handphone, pulsa, itu masuk ke tagihan kita".
'Kalau you mau pulang mesti bayar Rp150 juta kurang lebih'. Wah saya bilang ini datang mau cari duit, mesti bayar lagi 150 juta, iya kalau sampai Indonesia, kalau nggak," kata Mayang.
Kerja dikepung dentuman bom
Tepatnya pada Desember 2022, Tim Indonesia dipindah ke Myawaddy dengan alasan perang di Xinghua Park.
Saat bekerja, mereka kerap mendengar dentuman bom dan rentetan senjata.
Di Myawaddy, Mayang sempat mendapat hukuman setrum sebanyak tiga kali karena tertidur dan tidak mencapai target.
Hukuman ini meninggalkan beberapa bulatan hitam di tubuhnya.
Hukuman fisik lainnya yang pernah dijalani Mayang berupa squat jump atau dijemur di bawah terik matahari.
Hukuman itu mengakibatkan tekanan darah naik dan kakinya bengkak.

Pemberontakan: 'mogok kerja dan video viral'
Semakin hari, pihak perusahaan semakin sewenang-wenang di tengah kondisi mental 20 WNI berada pada titik terendah.
Sampai akhirnya, sekitar Februari 2023, seorang di antara mereka berhasil menyembunyikan telepon genggam.
Telepon ini kemudian digunakan menghubungi Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan Global Anti Scam Organization (GASO).
Kedua organisasi ini pun menghubungi keluarga agar melaporkan kasus ini ke KBRI, Kementerian Luar Negeri, dan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.
Semua itu dilakukan secara diam-diam. Selama itu berjalan, mereka berusaha bekerja "senormal" mungkin.
"Karena kalau ketahuan, beberapa orang yang ketahuan mau pulang itu habis babak belur dan dipukulnya di depan kita," kata Mayang.
Bulan-bulan berikutnya, belum ada perubahan. Penyiksaan justru makin menjadi-jadi, misalnya hanya karena berhenti mengikuti akun calon korban, hukumannya bisa berupa cambukan.
Sampai suatu hari, salah satu WNI akan dijual karena sakit-sakitan. Kabar itu memicu aksi perlawanan di mana Tim Indonesia sepakat mogok kerja, meski menghadapi risiko disiksa atau dijual. "Pokoknya kalau salah satu di antara kita dijual, kita mogok kerja atau minta dijual semua. Jangan ada yang terpisah."
Sebelum mogok, mereka sempat membuat video permintaan tolong, yang kemudian viral di Indonesia.
Di penghujung April 2023, Mayang dkk menjalankan aksi mogok kerja. Mereka berkumpul di satu kamar, melewati waktu bekerja. Kemudian, datanglah si manajer, sambil marah-marah.
"Keluarlah dia, datang lagi bawa tentara. Terus ngomong lagi, 'kalian tahu nggak, apa yang kalian bikin ini membuat kalian nggak bisa keluar dari sini. Mati kalian di sini'. Kami semua diam," cerita Mayang.
Aksi mogok kerja itu membuat Mayang dan dua rekannya disekap karena dianggap provokator, yang kemudian bertambah menjadi 10 orang. Sementara yang lainnya, dipaksa bekerja di bawah ancaman setruman dan pukulan.
Si manajer mulai melunak dan mengambil ajakan diplomatis. "Sudahlah kalian masuk kerja saja, nggak usah bikin ulah. Ini tuh daerah konflik, tidak ada kekuatan yang bisa masuk ke sini," ujar Mayang menirukan perkataan si manajer.
Di hari ke tujuh penyekapan, tiga dari mereka ditarik keluar gara-gara ketahuan membawa telepon genggam. Ketiga orang itu dihukum cambuk, dipukul bambu, dan disetrum. Salah satunya, seorang ibu yang memiliki satu anak dan video permintaan tolongnya viral di Indonesia.
"Sampai akhirnya kita diancam, kalau kalian nggak mau kerja sama, mereka bertiga mati. Kita dilihatin darah-darahnya. Saya sudah lemas, kita selamat nggak nih," ucap Mayang.
Singkat cerita, 20 WNI ini terus merekam video dan mengirim pesan S.O.S ke Indonesia dengan satu-satunya ponsel yang berhasil disembunyikan di dalam bantal.
Dengan cepat, pihak perusahaan mengetahui puluhan karyawannya itu viral.
Pihak manajer kemudian mulai bernegosiasi, bersedia membebaskan 20 WNI dengan syarat membayar Rp55 juta/orang. Tawaran kemudian turun menjadi Rp15 juta/orang.
Pesan manajer perusahaan, jika uang belum terkumpul pukul 05:00 sore, maka seluruh pekerja akan dijual ke perusahaan yang dikenal kerap memperdagangkan organ tubuh manusia.
Pemerintah RI lakukan penyelamatan berjalan mulus
Menjelang batas waktu yang ditentukan, 20 WNI ini tidak berhasil mengumpulkan uang sejumlah yang diminta.
Mayang dkk sudah putus harapan dan pasrah dijual ke perusahaan lainnya.
Di batas akhir pengumpulan uang tebusan, tim penyelamat dari Indonesia "ternyata sudah bergerak secara senyap", selepas Presiden Joko Widodo mengeluarkan perintah evakuasi 20 WNI di Myanmar.
"Kita sempat menjemur handuk warna warni, terus diminta memakai baju putih, supaya mereka tahu kita ada di gedung itu," sebut Mayang.
Di tengah keputusasaan ini, tiba-tiba datang seorang pria China yang membawa kertas berisi daftar nama.
Satu per satu mereka dipanggil, dan diminta mengambil paspor dan barang-barang kemudian langsung masuk ke mobil yang sudah terparkir.
Si manajer perusahaan hanya berdiri mematung memperhatikan mereka keluar satu persatu.
"Di situ baru kita pada nangis, 'Wah kita pulang, guys!'," ucap Mayang mengenang momen keluar dari perusahaan pada awal Mei 2023, dengan nada lega.
Setelah itu, mereka diterbangkan ke Indonesia 25 Mei 2023.
Dalam pertemuan puncak ASEAN di Indonesia pada 10 Mei 2023 lalu, Kamboja dilaporkan telah menjadi titik kumpul jaringan kejahatan dunia maya. Namun, jaringan yang menurut kelompok masyarakat sipil sering dikaitkan dengan geng kriminal China, telah meluas ke Myanmar dan Laos. Sejumlah temuan menyebutkan korban yang diperdagangkan ditahan di kompleks besar di Kamboja, dan di zona ekonomi khusus di Myanmar dan Laos.
(*/tribun-medan.com/bbc indonesia)
theodora mayang
Tim Penyelamat dari Indonesia Bergerak Senyap
Selamatkan 20 WNI di Myanmar
korban perdagangan orang
Myanmar
Thailand
Kisah Thedora Mayang
REKAM JEJAK Brigjen Yusri Yunus, Daftar Jabatan Penting di Polri Pernah Diemban Yusri Yunus |
![]() |
---|
DUDUK PERKARA Oknum TNI Prada SA Ngamuk di Tempat Hiburan Malam, TNI AD Usut Asal Senjata Api |
![]() |
---|
SOSOK Brigjen Yusri Yunus Petinggi Polri Meninggal Tadi Malam, Yusri Rekan Seangkatan Kapolri |
![]() |
---|
Nasib Oknum Polisi M Yunus Tendang Pengendara, Kapolres Prabumulih Diminta Bertindak, Kronologinya |
![]() |
---|
Paniknya Pejabat Ini Tiba-tiba Didatangi Petugas dan Ditangkap, Puluhan Juta Uang di Bawah Meja |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.