Ibadah Haji
CERITA Mulia Asri Rambe, Kecewa dengan Pelaksanaan Haji Tahun 2023, Pilu Lihat Lansia Makan Seadanya
Mulia Asri Rambe menilai bahwa, banyak pelayanan dan fasilitas yang tidak tepat untuk jemaah haji, sehingga merasa tak nyaman.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN- Kecewa, itu yang dirasakan Mulia Asri Rambe, salah satu jemaah haji asal Sumut.
Bukan mau protes akan layanan dan fasilitas, menurutnya tak ada memang hal yang tak luput dari kekurangan.
Namun, diceritakannya hal ini perlu disampaikan guna sebagai evaluasi kedepan mengingat jemaah Indonesia tahun ini dan mungkin tahun depan demikian juga, yakni banyaknya jemaah lansia.
Salah satu moment yang masih dirasakannya ketegangan disana, yakni ketika para jemaah terlantar saat berada di Muzdalifah, keterlambatan bus, tidak tersedianya pasokan air dan makanan, membuat puluhan jemaah Indonesia pingsan saat itu.
Mulia Asri Rambe menilai bahwa, banyak pelayanan dan fasilitas yang tidak tepat untuk jemaah haji, sehingga merasa tak nyaman.
"Kita disini niat untuk memperbaiki agar jangan ada lagi nanti kedepan para calon jemaah haji yang mengalami seperti ini," ungkapnya yang juga merupakan Sekretaris DPD Partai Golkar Medan.
Hal ini sebagai bentuk masukan kepada seluruh pihak terkait, dalam hal penyelenggaraan haji.
“Ini sangat tidak memuaskan bagi para jemaah haji. Boleh kita katakan ini amburadul,” ucapnya.
Rasanya kecewanya dengan pelayanan dan fasilitas yang diberikan kepada jemaah haji, mulai dari konsumsi yang tak layak atau tidak memenuhi standar gizi.
“Jangankan orang yang kurang sehat, atau omak-omak, dan lansia. Orang yang sehat pun kalau diberikan konsumsi itu bagaimana pun kondisinya makin menurun,” jelasnya.
Selain konsumsi, obat-obatan juga diperlukan untuk kecukupan jemaah haji saat menunaikan ibadah.
“Tenaga kesehatan membawa obat-instan tapi tidak cukup. Ini untuk perbaikan kedepannya, karena ibadah bukan main-main,” tambahnya.
Dia mengatakan saat wukuf di Arafah mulai dari Dzuhur sampai Ashar, maka untuk beristirahat tempat tidurnya tak ada karena sudah kelebihan kuota dalam tenda.
Disebutkannya juga, bahwa keterlambatan bus menjadi salah satu kendala dalam menunaikan ibadah haji.
Sehingga dengan kondisi 49 derajat ini mengakibatkan jemaah pingsan.
“Jadi artinya, tolong benar-benar untuk mempererat MoU,” ungkapnya.
Mulya menilai ketidaklayakan fasilitas ini dikarenakan adanya bantuan dari Pemerintah terkait subsidi haji, dengan potongan harga Rp30 jutaan perorang.
Ia berharap berdasarkan pengalaman ini, pentingnya peran MoU Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Arab Saudi ditaati.
(cr26/tribun-medan.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.