Viral Medsos

Dulu Pernah Menjabat Menteri Pendidikan Selama 2 Tahun, Kini Anies Kritik Dunia Pendidikan Indonesia

Diketahui, Anies pernah menjabat sebagia Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia kurang lebih selama dua tahun.

|
Penulis: AbdiTumanggor | Editor: AbdiTumanggor
HO
Capres Anies Baswedan kritik dunia pendidikan Indonesia. 

Dulu Pernah Menjabat Menteri Pendidikan Dua Tahun, Kini Anies Kritik Pendidikan Indonesia.

TRIBUN-MEDAN.COM - Anies Baswedan blak-blakan mengkritik kualitas pendidikan Indonesia.

Diketahui, Anies pernah menjabat sebagia Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia kurang lebih selama dua tahun.

Presiden Jokowi melantik Anies Baswedan menjadi Mendikbud di periode 27 Oktober 2014 – 27 Juli 2016.

Kini, menurut Anies Baswedan, kurikulum yang diatur pemerintah hanya sebagai proyek semata.

Seharusnya, kata Anies Baswedan perbaikan pendidikan dimulai dari kualitas guru dan kepala sekolahnya.

Anies juga memastikan dirinya tidak akan membungkam kritik yang berasal dari organisasi kemahasiswaan jika terpilih menjadi presiden pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Hal itu diungkapkan Anies Baswedan dalam acara Garda Pemuda NasDem yang bertajuk 'Pemuda bertanya, Anies menjawab' di Jakarta Selatan, Jumat (14/7/2023).

Dalam acara itu, Anies ditanya soal visinya di bidang pendidikan jika terpilih presiden.

Awalnya, Anies menyampaikan bahwa perbaikan pendidikan harus dimulai dari kualitas guru dan kepala sekolah.

Kedua hal tersebut menjadi modal dasar perbaikan pendidikan tanah air.

"Kalau boleh saya sampaikan apa yang menjadi fokus kita itu kualitas guru, dan kualitas kepala sekolah. Dua itu menurut saya sumber utamanya. Dari sana baru turun," kata Anies.

Ia pun menyatakan mayoritas siswa dan siswi yang menyukai mata pelajaran karena gurunya.

Karena itu, perbaikan kualitas guru dan kepala sekolah menjadi penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

"Kalau saya tanya sepintas. Boleh saya tanya ya. Suka pada mata pelajaran, itu karena bukunya atau karena gurunya? ada nggak yang suka pelajaran karena bukunya? jarang sekali. Karena itu kita harus menghadirkan guru-guru yang menyenangkan," jelasnya.

"Kalau ada anak-anak datang ke sekolah itu dengan berat hati, berada di sekolah berat, pulang sekolah senang hati, itu bermasalah. Tapi kalau datang dengan senang hati, di sekolah senang hati, pulang berat hati, itu bagus sekolahnya. Jadi kualitas guru itu yang sangat menentukan," sambungnya.

Sama halnya dengan guru, kata Anies, kepala sekolah juga menentukan kualitas sekolah di Indonesia. Sebab, kepemimpinan kepala sekolah akan menentukan arah pendidikan peserta didik.

Anies Sindir Pemerintah yang Fokus Ganti Kurikulum

Di sisi lain, Anies pun menyindir pemerintah yang kini justru fokus terus menerus mengganti kurikulum. Padaha kebijakan itu hanya demi proyek semata.

"Karena kepemimpinan itu yang mentukan kualitas sekolah. Tapi yang kita sering otak-atik itu bukunya. Kurikulumnya. Proyek. Proyek. Proyek," ungkap Anies yang juga mantan Menteri Pendidikan ini.

Lebih lanjut, Anies menuturkan bahwa otak atik kurikulum sejatinya tidak efektif.

Seharusnya, perbaikan pendidikan harus dimulai dari kualitas guru dan kepala sekolahnya.

"Nah guru berkualitas itu ditopang oleh beberapa hal. Satu, gurunya bisa konsentrasi ngajar. Kalau pendapatan dia hanya bisa untuk hidup 15 hari. Ya 15 hari kemudian dia kesulitan. Jadi pendapatan dia harus cukup. Kesejahteraan guru harus baik. Sehingga dia bisa fokus pada ngajar. Kalau nggak, ngajar sambil les. Yang nggak ikut les nilainya jelek. Ini siklus yang bermasalah," pungkasnya.

Anies Baswedan Janji Tidak Akan Bungkam Organisasi Kemahasiswaan

Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan memastikan dirinya tidak akan membungkam kritik yang berasal dari organisasi kemahasiswaan jika terpilih menjadi presiden pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Hal itu diungkapkan Anies dalam acara Garda Pemuda NasDem yang bertajuk 'Pemuda bertanya, Anies menjawab' di Jakarta Selatan, Jumat (14/7/2023).

"Bagi generasi sekarang, ayo melihat di dalam masa pendidikan harus diberikan kebebasan untuk berorganisasi, ditumbuhkan kepemimpinan melalui organisasi-organisasi kemahasiswaan dan jangan pernah membungkam organisasi kemahasiswaan," kata Anies.

Menurut Anies organisasi kemahasiswaan justru menjadi tempat kaderisasi pemimpin masa depan.

Karena itu tidak boleh ada satu pun pihak yang boleh melakukan intervensi.

"Organisasi kemahasiswaan itu menjadi tempat kita melakukan kaderisasi pemimpin-pemimpin masa depan dan jangan direcoki dengan partai intervensi ke ormas-ormas mahasiswa. Ormas-ormas itu harus dibebaskan," ungkapnya.

Lebih lanjut, Anies meminta semua pihak untuk membiarkan mahasiswa mengambil posisi yang objektif. Yakni mahasiswa yang kritis dan berpihak kepada keadilaan.

"Biarkan mahasiswa mengambil posisi objektif. Teman-teman saya ulang ya, objektif, bukan netral. Beda ya, beda. Anda objektif, anda boleh berpihak, tapi anda harus objektif," jelasnya.

"Bahaya kalau mahasiswa tidak berpihak. Ada penindakan nggak boleh berpihak, ada ketidakadilan tidak boleh berpihak, tidak," sambungnya.

Karena itu Eks Gubernur DKI Jakarta itu mengaku dirinya bakal menjamin dan memberikan ruang bagi mahasiswa dan aktivis untuk mengkritik jika terpilih menjadi presiden.

"Jadi saya lihat negara hadir memberikan ruang bagi anak-anak muda terutama bagi aktivis-aktivis untuk bisa menumbuhkan aktivismenya, termasuk sikap kritisnya dan itu bagian dari pembibitan untuk kepemimpinan ke depan," pungkasnya.

(Tribunnetwork/thf/Tribunnews.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved