Catatan Sepak Bola
Piala Dambaan Kalian Lepas Lagi, Wahai Netizen Indonesia yang Tak Sabaran
Kenapa Shin Tae-yong seserius itu di laga-laga dalam turnamen yang ia sebut sendiri sebagai sekadar uji coba dan friendly?
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Ilham Fazrir Harahap
AFF Cup U-23 tahun 2023 bergerak dengan cerita yang sedari awal sudah pilu. Skuat yang diterbangkan ke Thailand dibentuk hanya dalam kurun kurang dari sepekan.
Shin Tae-yong tidak bisa leluasa memilih pemain karena AFF Cup bukan bagian dari kalender FIFA. Klub-klub, dan sudah barang tentu pelatih dan manajernya, yang paham regulasi tidak melepas pemainnya. Maka semua pemain abroad, pemain yang merumput di luar negeri, tidak masuk dalam daftar: Pratama Arhan, Elkan Baggott, Rafael Struick, Ivar Jenner, Ronaldo Kwateh, Marselino Ferdinan.
PSSI berharap klub-klub domestik melepas pemain-pemainnya yang masuk daftar pemanggilan. Ternyata tidak. Persija hanya melepas Muhammad Ferrari yang sebelumnya sudah lebih dulu mendapat izin untuk masuk akademi polisi. Namun Thomas Doll, pelatih Persija Jakarta, menahan Witan Sulaiman dan Rizky Ridho. Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tabarez, memilih bersikap serupa dan tidak melepas Dzaky Asraf. Dari Borneo FC, Fajar Faturrahman batal bergabung.
Masalah belum selesai. Kiper Muhammad Adi Satryo sakit tipus. Rekannya di PSIS Semarang, Alfeandra Dewangga, juga cedera. Kondisi Dewangga kemudian membaik, belum 100 persen, dan akhirnya tetap dibawa walau saat di Bandara, jelang keberangkatan, tertangkap kamera masih berjalan terpincang-pincang.
Sesampai di Thailand, satu demi satu kabar buruk menyusul menghampiri. Sesaat setelah tiba, Komang Teguh dan Titan Agung, harus dipulangkan. Panitia AFF menyatakan hukuman terhadap keduanya, yang dijatuhkan AFC terkait insiden di Final SEA Games versus Thailand, sudah diberlakukan. Padahal sebelumnya, AFC menyebut hukuman ini diberlakukan pada laga-laga yang berada di kalender resmi FIFA.
Indonesia yang tidak lagi dapat menambah anggota skuat, mengarungi kompetisi dengan kekuatan hanya 21 pemain, yang kemudian langsung berkurang satu di laga pertama setelah Irfan Jauhari cedera. Jelang laga versus Thailand, saat melakukan pemanasan, bek kanan sekaligus kapten tim, Bagas Kaffa, cedera pula. Muhammad Kanu yang mengalami gangguan pada betis pada tengah laga versus Thailand, menyusul menepi.
Dengan kekuatan “seadanya”, ditambah rangkaian cedera yang membuat skuat hanya terdiri dari 19 pemain (tiga di antaranya kiper), Indonesia mampu melangkah ke final. Pemain-pemain Indonesia, yang tadinya tidak masuk hitungan, yang sebagian bahkan baru pertama kali berkostum merah-putih dengan lambang Garuda di dada, bermain penuh determinasi. Tidak kenal menyerah, tak takut bertarung.
Mestinya pencapaian ini patut mendapat apresiasi tinggi. Proses berjalan dan progres terlihat nyata. Namun kita tahu kenyataannya tidak begitu. Tropi AFF, “Piala Ciki” yang tak dipandang FIFA, tetap dijadikan tolok ukur untuk menilai Shin Tae-yong. Jika gagal juara, maka Shin Tae-yong harus angkat kaki.

Jadi begitulah. Pluit panjang berbunyi. Pemain-pemain Indonesia yang telah berjuang habis-habisan sepanjang 120 menit keluar lapangan untuk menghadapi babak hidup mati, eksekusi penalti.
Shin Tae-yong dihadapkan pada situasi yang sulit. Pilihan makin terbatas. Tidak ada lagi Beckham Putra. Hantaman bertubi pemain Vietnam membuatnya harus digotong keluar lapangan. Pun Rifky Dwi. Kondisi Robi Darwis sama meragukan. Esal Sahrul, Kadek Arel, kelihatan kurang percaya diri. Muhammad Ferrari?
Kita tahu bagaimana hasilnya. Setelah lima eksekutor masing-masing tim menunaikan tugas dengan sempurna, kiper Indonesia Ernando Ari yang jadi eksekutor tambahan, gagal menjebol gawang Vietnam. Sebaliknya, eksekutor keenam Vietnam melepaskan tembakan dengan dingin. Vietnam menang 6-5.
Di tepi lapangan, ketegangan hilang dari wajah Shin Tae-yong. Ia memang tetap tidak tersenyum, tapi di wajahnya tak tersirat rasa kecewa berlebihan. Meski barangkali ia tahu, betapa kekalahan ini, kegagalan meraih tropi ini, akan membuat para pembencinya kembali menggempurkan suara-suara sumbang.
(t agus khaidir)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.