Catatan Sepak Bola

Mau tak Mau Teringat STY

Dari Asia Tenggara ada Thailand dan Vietnam. Tidak ada Indonesia. Padahal, pada edisi sebelumnya, Indonesia bukan saja menjadi kontestan.

Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUNNEWS/Muhammad Nursina
GONTAI - Penyerang Timnas U23 Indonesia, Rafael Struick (kanan) dengan gontai menjabat tangan rekannya, Rahmat Arjuna saat usai laga melawan Korea Selatan dalam pertandingan kualifikasi Piala Asia U23 2026 dari Grup J di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (9/9/2025) malam. Indonesia kalah 0-1 dan gagal lolos ke putaran final Piala Asia 2026 yang akan digelar di Arab Saudi 

TRIBUN-MEDAN.com- Enam belas negara memastikan lolos ke putaran final Piala Asia U-23 yang akan digelar tahun depan di Arab Saudi.

Dari Asia Tenggara ada Thailand dan Vietnam. Tidak ada Indonesia. Padahal, pada edisi sebelumnya, Indonesia bukan saja menjadi kontestan.

Lebih jauh juga mampu berbicara banyak hingga menapak di fase empat besar.

Kontradiksi pencapaian yang boleh dibilang cukup kontras, yang mau tak mau, melayangkan lagi ingatan ke kejuaraan dua tahun silam: pada Tim Nasional Indonesia yang tampil atraktif, dan –sudah barang tentu– pada pelatihnya, Shin Tae-yong (STY).

Iya, mau tak mau, memang. STY yang begitu meledak-ledak di satu sisi tapi bisa sungguh pragmatis di sisi yang lain. Ia tidak sungkan bermain bertahan.

Memarkis bus, memarkir kereta api, bahkan sekaligus pesawat ulang-alik, demi untuk menghindar dari kekalahan. Kadang-kadang ia blunder. Pilihan strateginya keliru.

Namun kecuali sejumlah orang yang mengaku pengamat dan begitu nyata terkesan memusuhinya, tidak terlalu banyak pecinta sepak bola Indonesia yang benar-benar merasa kesal atas kekalahan-kekalahan itu.

Sekarang berbeda. Para pengamat lebih banyak membisu, tapi para suporter justru kesal tak alang-kepalang.

Ekspektasi terhadap Gerald Vanenburg ‘Sang Anak Kandung’ Total Football yang tadinya demikian tinggi, jatuh remuk dan hancur berkeping-keping.

Vanenburg memang meletakkan pondasi dasar Total Football yang ia pelajari dari Rinus Mitchels pada Tim Nasional U-23 Indonesia.

Namun hasilnya, setidaknya sampai sejauh ini, masih nol besar. 

Para pemain baru sekadar bisa mengaplikasikan Total Football dalam bentuk “oper sana oper sini”.

Mereka memang bermain kolektif, tidak lagi ngawur dalam memindah-mindahkan bola dari satu lini ke lini yang lain. Ketenangan juga sudah muncul.

Apa yang jadi pemandangan bertahun-tahun lalu, pemain grasak-grusuk, panik sendiri tatkala ditekan lawan, tidak lagi sering terlihat.

Pemain bisa mengatur tempo, dan ini membuat persentase penguasaan bola Indonesia meningkat drastis.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved