Berita Viral

Bendungan Terbesar di Libya Jebol, 20 Ribu Orang Tewas Disapu Air, Pemerintah Siapkan Kuburan Massal

Video mengerikan yang menunjukkan bagaimana jalanan Libya berubah menjadi sungai dalam hitungan detik di tengah Badai Daniel viral di media sosial.

Editor: Satia
AP Photo/Jamal Alkomaty
Penampakan kota di Libya usai bendungan jebol dan menewaskan 20 ribu orang 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Bendungan besar di Kota Derna di Libya Timur jebol dan mengakibatkan kerusakan di mana-mana.

Kejadian bencana alam ini terjadi pada Minggu (10/9/2023).

Akibat dari kejadian ini, 20.000 orang dikabarkan meninggal dunia, karena diterjang air.

Dikutip dari Tribunnewsmaker.com, puluhan ribu warga itu hilang tersapu air dari bendungan besar tersebut.

Video mengerikan yang menunjukkan bagaimana jalanan Libya berubah menjadi sungai dalam hitungan detik di tengah Badai Daniel viral di media sosial.

Baca juga: Daftar Formasi CPNS 2023 untuk Lulus S1 Semua Jurusan, Beserta Jadwal dan Persyaratannya

Melansir dari dailymail, rekaman tersebut, diyakini diambil di Derna pada hari Senin.

Yang mana menunjukkan air banjir mengguyur jalan sebelum sekitar 20 mobil dan sejumlah puing tersapu dalam kekacauan tersebut.

Kondisi tenang terlihat di awal video, namun setelah 25 detik, gerombolan kendaraan datang bergemuruh di jalan.

Hal ini terjadi ketika para pejabat kemarin memperingatkan bahwa jumlah korban tewas akibat bencana banjir bisa mencapai 20.000 orang.

Baca juga: Pria Nikahi 7 Wanita Sekaligus di Hari yang Sama, Semua Istrinya Akur

Ribuan korban telah dikuburkan di kuburan massal di kota pelabuhan Derna, di tengah klaim bahwa banyak korban bisa diselamatkan dengan sistem peringatan yang lebih baik.

Bulan Sabit Merah Libya tadi malam mengatakan jumlah korban tewas di kota itu telah melonjak menjadi 11.300, dan ratusan lainnya dipastikan tewas di seluruh Libya timur.

Baca juga: Remaja Tewas Dihajar Temannya Gegara Uang Rp600 Ribu, Rambut Digunduli Hingga Diseret, Pelaku Mabuk

Tim pencari terus menjelajahi daerah tersebut setelah Badai Daniel menyebabkan banjir dahsyat di banyak kota di bagian timur pada Minggu malam.

Warga Derna mengatakan mereka mendengar ledakan keras saat dua bendungan di pinggiran kota tersebut runtuh.

Air banjir kemudian menyapu Wadi Derna, yakni sebuah lembah yang membelah kota, meruntuhkan bangunan-bangunan dan menghanyutkan orang-orang ke laut.

Menurut laporan media lokal, bendungan yang runtuh, dibangun pada tahun 1970an, tidak dirawat selama bertahun-tahun.

Banjir telah menyebabkan sedikitnya 30.000 orang di Derna mengungsi.

Baca juga: Polrestabes Medan Pastikan Penyebab Kematian Mahasiswi USU Mahira Dinabila, Murni Akhiri Hidup

Menurut Organisasi Migrasi Internasional PBB, dan beberapa ribu lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka di kota-kota timur lainnya.

Lebih dari 3.000 jenazah telah dimakamkan kemarin pagi, sementara 2.000 jenazah lainnya masih diproses, sebagian besar korban tewas dikuburkan di kuburan massal di luar Derna.

Baca juga: BIG MATCH Inter Milan Vs AC Milan Malam Ini, Nerazurri Diunggulkan Menang, Rossoneri Sudah Berbeda

Daerah lain yang terkena dampak termasuk kota Bayda, Susa, Um Razaz dan Marj, yang kehilangan jiwa sekitar 170 orang.

Korban tewas di Libya timur termasuk sedikitnya 84 warga Mesir, media Libya juga mengatakan puluhan migran Sudan tewas dalam bencana tersebut.

Menurut Ossama Ali, juru bicara pusat ambulans di Libya timur, ribuan orang masih dilaporkan hilang.

Baca juga: Gaji Kepsek Nopi Yeni Jadi Sorotan Usai Pecat Guru Honorer yang Bongkar Pungli PPDB, Puluhan Juta?

Walikota Derna, Abdel Moneim al-Ghaithi mengatakan, penghitungan akhir orang hilang di kota itu bisa mencapai 20.000, berdasarkan jumlah lingkungan yang tersapu banjir.

Petteri Taalas, kepala Organisasi Meteorologi Dunia PBB, mengatakan bahwa dengan sistem peringatan dini dan manajemen darurat yang tepat dapat menghindari sebagian besarnya korban jiwa.

Dia mengatakan lembaga-lembaga tersebut tidak berfungsi secara normal, dan upaya untuk membantu mereformasi sistem meteorologi Libya terhambat oleh ancaman keamanan.

Libya terpecah belah oleh pemerintahan yang bersaing, yaitu satu di timur, satu lagi di barat, salah satu dampaknya adalah pengabaian infrastruktur.

 

Baca Berita Tribun Medan Lainnya di 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved