Berita Viral

Pesawat A-4 Skyhawk Bekas Israel Dibeli dan Kembali Bikin Heboh Media Sosial, Begini Kata TNI AU

Baru-baru ini, soal pesawat A-4 Skyhawk menghebohkan publik kembali. Setelah sebelumnya dinilai penuh drama, kini TNI AU buka suara

HO
Pesawat A-4 Skyhawk milik TNI AU yang dibeli dari Israel pada tahun 1979. 

TRIBUN-MEDAN.COM – Baru-baru ini, soal pesawat A-4 Skyhawk menghebohkan publik kembali.

Setelah sebelumnya pesawat A-4 Skyhawk bekas Israel dinilai penuh drama dunia intelijen.

Kini, sebuah akun X (Twitter) @ GerryS kembali menyoroti soal pesawat A-4 Skyhawk tersebut.

Melalui sebuah foto yang diunggah pemilik akun X (Twitter) @GerryS menarik perhatian publik.

Hal itu lantaran postingan tersebut disahuti TNI AU.

Dimana dalam unggahan foto tersebut, GerryS bak mempertanyakan darimana TNI AU mendapat A-4 Skyhawk dulu.

GerryS juga menuliskan keterangan foto yakni

“Post X edisi MalMing. Coba ini meme nongol... 15-10 tahun yang lalu aja... pasti ramai (emotikon tertawa),”

Postingan inipun dibalas oleh akun X (Twitter) @_TNIAU.

“Pesawat A-4 Skyhawk dirancang dan diproduksi oleh Douglas Aircraft Corporation, USA,”

“Kebetulan karena TNI AU belum bisa membeli pesawat baru dari dealernya, akhirnya kita membeli pesawat "secondhand" dari pengguna lama,”

“Mesin tokcer, body mulus, ODO rendah dan harga murah,” tulisnya dikutip Tribun-Medan.com, Minggu (17/9/2023).

Selanjutnya, GerryS pun kembali meninggalkan cuitan.

“Beli second hand dapatnya malah A-4E terbaik didunia saat itu! (emotikon tertawa),” tulisnya.

Disisi lain, melansir dari akun Facebook Lembaga Kajian Pertahanan Strategis, pesawat Hawk 200 dengan tail number TT-0229, bertengger di perempatan Dumpil, exit tol Madiun, Rabu (13/9/23)

Adapun pemasangan monumen tersebut sebagai upaya menarik perhatian masyarakat terhadap dunia kedirgantaraan.

Pesawat Hawk 200 bertengger di exit tol Madiun dan postingnan akun X @GerryS
Pesawat Hawk 200 bertengger di exit tol Madiun dan postingnan akun X @GerryS (KOLASE/TRIBUN MEDAN)

Sekaligus kebanggan warga Kabupaten Madiun dan TNI Angkatan Udara.

Ikonik monumen pesawat Hawk 200 sebelumnya pernah dioperasikan oleh Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak.

Pemasangan monumen dibawah kendali Kadislog Lanud Iswahjudi Letkol Tek Arief Wibowo, pesawat yang telah berjasa dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.

Sebelumnya dilakukan assembly di Skatek 042 Lanud Iswahjudi.

“Pemasangan monumen pesawat Hawk 200 ini menjadi bukti konkret dari komitmen TNI Angkatan Udara dalam menjaga dan mengembangkan potensi kedirgantaraan Indonesia sambil mengenang sejarah prestisius alutsista yang telah berjasa dalam menjaga keamanan negara,” tulisnya.

Baca juga: Soal Pesawat A-4 Skyhawk Mencuat Lagi, Heboh Perkara Pembeliannya, Begini Sahutan TNI AU

Baca juga: Pesawat Militer Italia Jatuh Gegara Ditabrak Burung, Pilot Lompat Pakai Terjun Payung Tertutup Asap

Sejarah Pertahanan A-4 Skyhawk

Cerita yang beredar di sekitar pesawat tempur A-4 Skyhawk bukan saja penuh drama dunia intelijen.

Akan tetapi, banyak hal tentang pertahanan udara yang bisa dipelajari.

Dilansir dari Kompas.com, setelah masa keemasan di akhir Orde Lama dengan pesawat-pesawat dari blok timur, seperti MiG-21 dan Tu-16, di era pertengahan 1970-an kekuatan TNI AU tidak optimal.

Padahal, saat itu ada sejumlah operasi penting, seperti di Timor-Timur. Pada 1976, memang hadir pesawat OV-10F yang dikerahkan untuk operasi di Timor-Timur.

Namun, pemerintah tetap merasa perlu membeli jet tempur.

Adalah Benny Moerdani yang saat itu Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI yang mencetuskan pembelian pesawat bekas A-4 Skyhawk dari Israel.

Doktrin pertahanan Israel yang mengandalkan angkatan udara sebagai penjaga pertahanan membuat posisi pesawat tempur amat penting. Ini membuat Israel terus meningkatkan kemampuan udara, antara lain dengan melepas A-4 Skyhawk untuk diganti yang lebih modern.

Baca juga: MOMEN Kim Jong Un ke Rusia, Mengunjungi Pabrik Pesawat Strategis dengan Nuklir dan Rudal Hipersonik

Baca juga: Pintu Toilet Pesawat Dikunci Ternyata Bisa Dibuka dari Luar, Bukan Lancang, Begini Kata Pakarnya

Dilepasnya sebagian A-4 Skyhawk ini menjadi peluang Indonesia.

Masalahnya, Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel sehingga diadakanlah operasi intelijen Alpha untuk membawa 32 pesawat A-4 Skyhawk ke Indonesia.

Ini juga berarti harus melatih puluhan penerbang dan teknisi untuk menangani pesawat itu.

Misi ini berhasil membawa 7angkatan, masing-masing 10 orang.

Dimulai pertengahan 1979, enam angkatan pertama terdiri atas para teknisi, sementara angkatan terakhir terdiri atas 10 pilot pada awal 1980-an.

Mereka dilatih sekitar 4,5 bulan.

Operasi intelijen

Operasi intelijen Alpha ini berhasil menutupi pengadaan A-4 Skyhawk hingga akhirnya dipamerkan di HUT ABRI pada 5 Oktober 1980.

Gelombang pertama terdiri dari dua pesawat tempat duduk tunggal dan dua tempat duduk tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dengan memakai pembungkus F-5 E/F Tiger pada 4 Mei 1980.

Ini membuat mereka yang melihat banyak yang mengira sepaket dengan F-5 E/F Tiger yang datang keesokan harinya dengan pesawat angkut Angkatan Udara AS.

Bahkan, di TNI AU, tidak banyak yang benar-benar tahu apa yang terjadi. Salah seorang pilot, F Djoko Poerwoko, dalam buku autobiografinya, Fit Via Vi, menceritakan bagaimana mereka jalan-jalan di Amerika Serikat setelah latihan di Israel.

Semua hal yang menandakan mereka pernah dilatih di Israel harus dimusnahkan.

Sementara foto-foto yang dibawa ke Indonesia adalah foto-foto dari Disneyland, Washington DC, New York, bahkan termasuk kenang-kenangan dan ijazah dari US Marine Corps, Yuma Air Station.

Dalam buku yang terbit 25 tahun kemudian itu, Djoko menulis, seorang atasannya di TNI AU bahkan pernah berkata," Saya kira kamu belajar A-4 di Israel, enggak taunya malah di Amerika. Kalau begitu isu tersebut enggak benar, ya."

Dalam peresmian monumen A-4 Skyhawk, 14 Maret, sejumlah pensiunan menceritakan serunya perjalanan mereka di Israel.

Bagyo, seorang perwira teknik A-4 Skyhawk, bagaimana namanya diganti menjadi Boris.

"Di sana sebentar-sebentar digeledah, nonton bioskop juga digeledah," cerita Bagyo. Ia bahkan pernah didatangi dinas rahasia Israel, Mossad, yang memintanya segera ke Jerman karena pangkalan Israel akan kedatangan tamu.

Dalam waktu dua jam, Bagyo sudah punya paspor Vietnam dan dengan nama Vietnam.

Ia harus mengaku sebagai pebisnis restoran Vietnam yang mau membuka usaha di Jerman.

Sempat khawatir jika ada yang mengajaknya bicara bahasa Vietnam di Imigrasi Jerman, Bagyo akhirnya lolos. Supriyatmo, juga perwira teknik, mendapat nama Charlie.

Ia masuk Israel tanpa bagasi setelah berkeliling AS selama 40 hari.

Walau tentara Israel di pangkalan tahu, para pegawai negeri sipil Israel percaya kelompok Supriyatmo berasal dari Singapura.

Masalah muncul ketika ada pertanyaan sederhana: Singapura-nya di mana? Boleh titip beli lensa kamera? "Padahal, ada anggota yang ke Singapura saja belum pernah. Ya, bisu. Jadi, dia tanya ke perwira lain pakai bahasa Jawa," ceritanya.

Kemampuan

Supriyatmo menceritakan tingginya kesadaran orang Israel, baik tentara maupun sipilnya, tentang kerahasiaan.

Dua kali ikut pelatihan di Israel, dia tidak bisa tahu jumlah A-4 Skyhawk yang dimiliki Israel. Namun, yang paling rahasia adalah perangkat avioniknya.

Walau membeli A-4 Skyhawk dari AS, modifikasi segera dilakukan Israel, terutama untuk avionik-nya.

Modifikasi itu bisa dilihat di pesawat A-4 Skyhawk Indonesia yang berpunuk dan knalpot pesawat yang diperpanjang untuk mengecoh penjejak panas.

Walaupun paket pembelian termasuk dengan senjata, Israel tidak memberikan teknologi avioniknya. "Jadi, yang ada di Indonesia, punuknya itu kosong," kata Supriyatmo.

Meski tidak memiliki peralatan avionik canggih, A-4 Skyhawk punya fasilitas pilot otomatis yang pertama dalam jajaran TNI AU.

Dengan kemampuan mengisi bahan bakar di udara, A-4 Skyhawk bisa terbang lebih lama. Menurut buku F Djoko Poerwoko, dengan 8 bom terpasang dan tangki cadangan terisi, A-4 Skyhawk mampu terbang 2.000 mil.

Ditambah dengan pengisian bahan bakar di udara, pesawat itu bisa terbang 3.000 mil selama 4 jam 30 menit.

Sebagai perbandingan, kalau ditarik garis lurus, jarak Banda Aceh ke Jayapura adalah 3.180 mil.

Di Indonesia, A-4 Skyhawk didistribusikan ke beberapa wilayah. A-4 Skyhawk adalah skadron pertama pesawat tempur yang ada di luar Pulau Jawa.

Markas pertamanya dari Skadron Udara 11 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, kemudian pindah ke Skadron Udara 11 di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, dan Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru. Kepala Staf TNI AU Marsekal Hadi Tjahjanto bercerita, A-4 Skyhawk pernah melaksanakan berbagai operasi, seperti Operasi Rencong, Operasi Halau di kawasan Natuna, Operasi Tetuko di Sulawesi, dan Operasi Seroja di Timor-Timur.

A-4 Skyhawk kini telah jadi monumen.

Namun, pelajaran di masa lalu penting untuk masa depan.

A-4 Skyhawk telah berkontribusi membuat TNI AU disegani pada masanya.

Tidak saja karena alatnya canggih, tetapi juga karena semangat dan pengabdian semua pihak yang terlibat.

Hadi Tjahjanto menggarisbawahi, untuk inilah monumen itu diadakan.

Seiring dengan keberadaan monumen A-4 Skyhawk, kini TNI AU terus menambah kekuatannya, di antaranya dengan penambahan pesawat F-16 dan pesawat tempur generasi 4,5 untuk menggantikan F-5.

 

(*/Tribun-Medan.com)

Update berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter   

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved