Viral

Sosok Ishak Bahar, Mantan Prajurit Cakrabirawa Saksikan Tujuh Jenderal Tewas di Lubang Buaya

Pria ini yang kini berumur 80-an ini, bisa dikatakan menjadi saksi hidup para Jenderal di Lubang Buaya.

Editor: Satia
Kolase Foto Kompas.com-M Iqbal Fahmi/Dok.Istimewa
Cerita Kesaksian Ishak Bahar, Eks Cakrabirawa saat G30S. Letkol Untung dan Latief Lapor ke Soeharto sebelum Bantai 6 Jenderal 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Mantan prajurit Cakrabirawa, Ishak Bahar menjadi seorang saksi yang saat ini masih hidup.

Ingatan pembatian peristiwa Gerakan 30 September PKI masih jelas teringat olehnya.

Pria ini yang kini berumur 80-an ini, bisa dikatakan menjadi saksi hidup para Jenderal di Lubang Buaya.

Dikutip dari Tribuntrends.com, Ishak Bahar melihat secara langsung dengan mata telanjang jasad para jenderal.

Baca juga: KETIKA Ketum PSI Kaesang Ingin Bertemu Ketum PDIP Megawati, Berpotensi Belum Diterima karena Ini. .

Ishak melihat secara langsung jasad para jendral diturunkan dari truk ketika berada di Lubang Buaya.

Tak hanya itu, Ishak Bahar juga melihat langsung Sukitman, perwira polisi yang lolos dalam peristiwa G30S PKI.

Meski mengetahui peristiwa tersebut, Ishak Bahar tak mengetahui misi menghabisi sejumlah jenderal TNI AD itu.

Baca juga: Kawanan Geng Motor Bersajam Kembali Muncul Resahkan Warga di Medan Labuhan

Ia baru mengetahui jika tujuannya ke Lubang Buaya, disanalah ia menyaksikan para Cakrabirawa membawa beberapa jasad jendral.

Cerita menurut kesaksian Ishak Bahar, seorang Sersan Mayor dari Batalion Cakrabirawa, pada 30 September 1965 sekitar pukul 18.00, ia tidak ditugaskan untuk menjemput para perwira TNI AD.

Ishak Bahar ditugaskan untuk mengawal Presiden Soekarno ke Mabes Teknisi di Senayan.

Baca juga: PEDAS! Anies Kena Semprot Presiden Jokowi & Ganjar Soal PSN Disebut Titipan, Minta Bukti Data

Setelah itu, Letnan Kolonel Untung, pemimpin Batalion I Cakrabirawa, meminta Ishak Bahar untuk mendampinginya ke Lubang Buaya.

Dengan persenjataan lengkap, Ishak mengawal satu kendaraan bersama Letkol Untung, Kolonel Abdul Latief, seorang supir, dan ajudan.

Sesampainya di Lubang Buaya, Ishak diperintah untuk berjaga di sebuah rumah pondok.

Menjelang tengah malam, Ishak dikejutkan dengan kedatangan pasukan Cakrabirawa yang lain.

Mereka kemudian dibagi menjadi beberapa grup dan diberi tugas untuk menculik para perwira TNI AD yang sudah ditargetkan nama-namanya.

Baca juga: Kelakuan Menjijikan si Abang Penjual Es Dawet, Kepergok Cuci Gelas Dengan Air Parit, Pembeli Muntah!

Keenam jenderal dan satu perwira TNI AD ini dibawa ke Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965.

Ada yang dibawa dalam keadaan hidup, ada pula yang sudah tidak bernyawa.

Mereka kemudian dibagi menjadi beberapa grup dan diberi tugas untuk menculik para perwira TNI AD yang sudah ditargetkan nama-namanya.

Keenam jenderal dan satu perwira TNI AD ini dibawa ke Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965.

Ada yang dibawa dalam keadaan hidup, ada pula yang sudah tidak bernyawa.

 

Baca Berita Tribun Medan Lainnya di Google News

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved