Tribun Wiki

Inilah Kampret Peminum Darah, Mangsa Ternak dan Bisa Menjadi Sumber Penyebaran Penyakit

Kalian sudah pasti tahu apa itu kampret. Kampret adalah hewan yang dikenal sebagai kelelawar kecil. Tapi ada yang mengisap darah

Editor: Array A Argus
Wikimedia Commons/Uwe Schmidt)
Kampret pengisap darah yang sering memangsa ternak (Wikimedia Commons/Uwe Schmidt) 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Kampret atau kelelawar kecil sering kita temui di hutan atau goa.

Kampret yang dikenal sebagai kelelawar kecil ini banyak ditemukan pula di bangunan-bangunan kosong, dan atap rumah.

Namun, tahu kah Anda, bahwa ada jenis kampret peminum darah?

Dari informasi yang ada di laman wikipedia, setidaknya ada tiga jenis kampret peminum darah.

Ketiga jenis kampret peminum darah ini diantaranya kelelawar vampir biasa (Desmodus rotundus), kelelawar vampir kaki berbulu (Diphylla ecaudata), dan kelelawar vampir sayap putih (Diaemus youngi).

Baca juga: Halal, Kadrun atau Dhab Dimakan Orang Arab, Tapi Tidak Dimakan Nabi Muhammad

Ketiga spesies itu berasal dari benua Amerika, dari wilayah-wilayah seperti Meksiko, Brasil, Chili, dan Argentina.

Mengutip kompas.com pada Jumat (20/10/2023), kampret peminum darah ini biasanya akan berburu pada malam hari.

"Darah adalah sumber makanan yang mengerikan. Kelelawar vampir benar-benar aneh dan menakjubkan, bahkan di antara kelelawar karena dapat bertahan hidup dengan darah," kata Hannah Kim Frank, peneliti kelelawar di Universitas Tulane, yang tak terlibat studi, seperti dikutip dari Phys.

Baca juga: Ikan Sapu-sapu, Hidup di Air Kotor, Jadi Bakso dan Siomay, Ini Bahayanya Jika Dikonsumsi

Darah sebagai sumber makanan itu menantang, karena sebagian besar terdiri dari air dan rendah kalori.

Untuk mendapatkan energi yang mereka butuhkan, kelelawar vampir biasa (Desmodus rotundus) harus meminum darah sebanyak 1,4 kali berat badan mereka setiap kali makan.

Cara Mengisap Darah

Saat mengisap darah mangsanya, kampret menggunakan sensor khusus pendeteksi darah di dekat hidungnya

Menurut penelitian yang dipublikasi di jurnal Nature, sensor tersebut sangat sensitif terhadap panas darah.
 
"Sensor tersebut akan menangkap sinyal perubahan temperatur tubuh akibat aliran darah," ujar peneliti David Julius seperti dikutip Live Science.

Baca juga: Kenapa Air Laut Tidak Bisa Diminum untuk Kebutuhan Sehari-hari, Ini Jawabannya

Kampret memiliki kemampuan untuk menemukan korban yang sesuai untuknya.

Mereka biasanya mencari darah dari mangsa yang sedang tidur.

Hal ini dikarenakan kampret punya sel-sel otak yang sensitif terhadap suara mendengkur hewan lain.

Penjelasan Soal Minum Darah

Namun, mengapa kelelawar vampir beradaptasi meminum darah, sementara 1400 jenis kelelawar lainnya kebanyakan memakan serangga, buah, nektar, serbuk sari, katak kecil atau ikan.

Untuk mengetahi lebih lanjut, Moritz Blumer dari Max Planck Institute of Molecular Cell Biology and Genetics di Jerman bersama rekan-rekannya mengurutkan genom kelelawar vampir dan membandingkan dengan genom 26 spesies mamalia terbang ini lainnya.

Mengutip New Scientist, Sabtu (26/3/2022) tim peneliti menemukan bahwa kelelawar vampir kehilangan 13 gen yang ditemukan pada kelelawar lain.

Beberapa gen yang hilang itu antara lain adalah 3 gen yang bertanggung jawab atas reseptor rasa yang membedakan makanan yang berbeda.

Selain itu, dua gen yang terlibat dalam mengatur gula darah atau kontrol glikemik.

Gen REP15 yang memungkinkan untuk meningkatkan jumlah zat besi juga menghilang.

Para peneliti juga menemukan bahwa kelelawar vampir kehilangan gen yang disebut CYP39A1.

Namun, hilangnya gen pada kelelawar tersebut meningkatkan zat kimia yang disebut 24S-hydroxycholesterol, yang telah terbukti meningkatkan pembelajaran, memori, dan ketrampilan sosial serta kognitif yang canggih.

"Kelelawar vampir sangat bergantung pada perilaku sosial yang maju seperti itu karena membantu mengatasi konsekuensi negatif dari diet darah yang rendah karbohidrat," jelas Blumer.

Misalnya, kelelawar biasanya berbagi darah yang dimuntahkan dengan pasangannya yang belum dapat menemukan mangsa.

Hal tersebut menunjukkan tingkat kerja sama sosial yang tinggi.

Gen-gen yang telah hilang selama evolusi kelelawar vampir tersebut kemudian mungkin telah membantu mereka beradaptasi dengan diet darah eksklusif yang tinggi zat besi dan cairan serta rendah kalori.

Sementara itu studi sebelumnya telah mengungkap beberapa cara kelelawar vampir beradaptasi dengan makanan mereka.

Contohnya memiliki sensor panas di wajah untuk mendeteksi pembuluh darah mangsa, gigi tajam untuk menusuknya, serta antikoagulan dalam air liur sehingga mereka bisa minum darah tanpa membeku.

Kelelawar juga memiliki perut luar biasa besar dan elastis untuk menyimpan semua cairan yang tertelan.

Temuan studi kelelawar vampir beradaptasi meminum darah ini telah dipublikasikan di Science Advances.

Studi Kampret Peminum Darah

Studi baru mengungkapkan bahwa kelelawar vampir betina (Desmodus rotundus) ternyata lebih menyukai berburu darah bersama dengan kelompoknya.

Menurut peneliti dengan berburu bersama kawanannya, kelelawar vampir dapat bertukar informasi untuk meningkatkan peluang mereka menemukan makanan.

Selain itu, temuan ini juga menunjukkan bahwa ikatan sosial pada spesies tersebut merupakan hal yang penting.

Mengutip IFL Science, Sabtu (25/9/2021) dalam studinya, peneliti melibatkan 50 kelelawar vampir betina (27 liar dan 23 pernah hidup di penangkaran) dan mengirim mereka ke padang rumput di Tole, Panama.

Hasil gabungan pengamatan dan data perangkat, penelitti mengungkapkan bahwa betina akan bertemu dan tetap berada di dekat kelelawar yang mereka kenal saat mencari makan.

Kelelawar yang tampak dominan di sarang juga terlihat lebih banyak bersosialisasi saat mencari makan.

Kelelawar bahkan bisa berbagi dan menghisap darah dari mangsa yang sama.

"Tiga kelelawar makan dari tiga sapi yang berbeda secara bersamaan yang jaraknya hanya 5-10 meter satu sama lain.

Kemudian kami melihat dua kelelawar makan dari sapi yang sama tetapi dari luka yang berbeda," kata Simon Ripperger, peneliti yang terlibat dalam studi.

Lebih lanjut, studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS Biology ini juga menemukan bahwa kelelawar dapat berbagi informasi tentang lokasi bekas gigitan mangsa.

Hal tersebut dipercaya akan mempermudah kelelawar lain, seperti menghemat waktu dan energi yang dihabiskan untuk mencari makan daripada harus mencari yang baru.

"Cukup sulit untuk menemukan mangsa, membuka luka, dan meminumnya. Di situlah manfaat dari perilaku sosial atau kooperatif dimulai," papar Ripperger.

Mengutip Inverse, temuan ini pun menjadi hal yang penting bagi ilmu pengetahuan.

Selain menginformasikan pemahaman baru tentang kelelawar vampir betina, studi juga mengungkap wawasan keseluruhan tentang evolusi mereka.

"Orang-orang memiliki alasan untuk takut pada mereka karena mereka dapat menularkan rabies ke ternak dan manusia. Tapi saya pikir mereka adalah hewan yang menarik," ungkap Gerald Carter, peneliti lain yang terlibat.

Dengan memahami bagaimana kelelawar bekerja satu sama lain selama makan dapat membantu upaya konservasi secara keseluruhan.

Terlebih lagi karena kelelawar adalah vektor penyakit, Carter juga berharap temuan ini pada akhirnya dapat membantu melacak penularan penyakit menular.

"Di masa depan, kami mungkin dapat melacak setika kontak antara kelelawar dan mangsa mereka yang dapat berguna bagi ahli ekologi penyakit," pungkas Carter.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved