Breaking News

Tribun Wiki

Inilah Penginjil Pertama yang Menyebarkan Kristen di Suku Batak, Dua Misionaris Dibunuh Raja

Siapakah penginjil yang menyebarkan kristen di suku Batak? Berikut ini adalah ulasan singkat yang kami rangkum

Editor: Array A Argus
INTERNET
Ilustrasi suku Batak zaman dahulu 

Ia membunuh bersama dengan rakyatnya.

Kisah Kedatangan Nommensen

Masih dari wikipedia, pada tahun 1840, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Franz Wilhelm Junghuhn melakukan perjalanan ke daerah Batak dan kemudian menerbitkan karangan tentang suku Batak.

Dalam buku tersebut, Junghuhn menasihatkan pemerintah kolonial untuk membuka zending Kristen guna membendung pengaruh Islam di bagian utara Pulau Sumatra.

Karangan tersebut sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab Nederlandsche Bijbelgenootschap di Belanda, hingga mereka mengirim seorang ahli bahasa bernama Herman Neubronner van der Tuuk untuk meneliti bahasa Batak dan untuk menerjemahkan Alkitab.

Van der Tuuk adalah orang Barat pertama yang melakukan penelitian ilmiah tentang bahasa Batak, Lampung, Kawi, Bali.

Ia juga orang Eropa pertama yang menatap Danau Toba dan bertemu dengan Si Singamangaraja.

Ia merasa senang berkomunikasi dan menyambut orang Batak di rumahnya.

Van der Tuuk memberi saran supaya lembaga zending mengutus para penginjil ke Tapanuli, langsung ke daerah pedalamannya.

Tahun 1857, pekabar Injil G. Van Asselt, utusan dari jemaat kecil di Ermelo, Belanda, melakukan pelayanan di Tapanuli Selatan.

Ia menembus beberapa pemuda dan memberi mereka pengajaran Kristiani.

Pada 31 Maret 1861, dua orang Batak pertama dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar.

Pada tahun yang sama, tepatnya pada 7 Oktober 1861, diadakan rapat empat pendeta di Sipirok, yang diikuti oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine dan Pdt. Klemmer serta oleh dua pendeta Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan Pdt. Asselt.

Mereka melakukan rapat untuk menyerahkan misi penginjilan kepada Rheinische Missionsgesellschaft.

Hari tersebut dianggap menjadi hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).

Kemudian Ludwig Ingwer Nommensen (1834—1918) tiba di Padang pada tahun 1862.

Ia menetap di Barus beberapa saat untuk mempelajari bahasa dan adat Batak dan Melayu.

Ia tiba melalui badan Misi Rheinische Missionsgesellschaft.[6] Kemudian, pada tahun 1864, ia masuk ke daerah Silindung, mula-mula di Huta Dame, kemudian di Pearaja (kini menjadi kantor pusat HKBP).

Dalam menyampaikan Injil, Ludwig Ingwer Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumbantobing (Raja Batak pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya dari Barus ke Silindung dengan catatan tertulis bahwa ia tidak bertanggung jawab atas keselamatannya.

Pada awalnya, Nommensen tidak diterima baik oleh penduduk, karena mereka takut kena bala karena menerima orang lain yang tidak memelihara adat.

Pada satu saat, diadakan pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya disembelih korban.

Saat itu, sesudah kerasukan roh, Sibaso (pengantara orang-orang halus) menyuruh orang banyak untuk membunuh Nommensen sebagai korban, yang pada saat itu hadir di situ.

Dalam keadaan seperti ini, Nommensen hadir ke permukaan dan berkata kepada orang banyak:

"Roh yang berbicara melalui orang itu sudah banyak memperdaya kalian. Itu bukan roh Siatas Barita, nenekmu, melainkan roh jahat.

Masa nenekmu menuntut darah salah satu dari keturunannya!,"

Segera Sibaso jatuh ke tanah.

Menghadapi keadaan yang menekan, Nommensen tetap ramah dan lemah lembut, hingga lama-kelamaan membuat orang merasa enggan dan malu berbuat tidak baik padanya.

Pada satu malam ketika para raja berada di rumahnya hingga larut malam dan tertidur lelap, Nommensen mengambil selimut dan menutupi badan mereka, hingga pagi hari mereka terbangun dan merasa malu, melihat perbuatan baik Nommensen.

Sikap penolakan Raja Batak ini disebabkan kekhwatiran bahwa Nommensen adalah perintisan dari pihak Belanda.(tribun-medan.com)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved