Tribun Wiki

Sejarah Tembok Ratapan yang Diyakini Sebagai 'Telinga Tuhan' oleh Yahudi, Tempat Paus II Berdoa

Yahudi lekat kaitannya dengan tembok ratapan. Dinding batu kapur ini diyakini sebagai 'telinga Tuhan' oleh kaum Yahudi

Editor: Array A Argus
INTERNET
Tembok Ratapan 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Bila bicara soal Yahudi, erat kaitannya dengan Tembok Ratapan.

Ya, Tembok Tatapan atau Tembok Barat ini diyakini umat Yahudi sebagai 'telinga Tuhan'.

Mereka percaya, bahwa di Tembok Ratapan bersemayam ilahiah, atau yang mereka sebut dengan Shekhinah.

Baca juga: Kaab al-Ahbar, Orang Yahudi Ahli Kitab dan Dikenal di Kalangan Umat Islam

Meski Yahudi yakin bahwa itu adalah tempat bersemayamnya ilahiah, tapi beda pula dengan umat Islam.

Umat Islam menganggap, bahwa tembok ratapan itu adalah tempat dimana Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) melakukan perjalanan Mi'raj, dari Mekkah (Masjidil Haram) ke Yerussalem (Masjidil Aqsa), lalu menuju surga.

Sejarah Tembok Ratapan

Tembok Ratapan didirikan oleh Raja Israel, Herodes.

Tembok Ratapan dianggap penting dan suci karena terdiri dari sisa-sisa dinding Bait Suci di Yerusalem.

Bait Suci tersebut hancur setelah orang-orang Yahudi memberontak ke Kerajaan Romawi pada 70 Masehi.

Sebenarnya, tembok ini memiliki panjang mencapai 485 meter, tetapi setelah hancur hanya tersisa 60 meter.

Baca juga: Ragam Kelompok Yahudi Beserta Sekte dan Alirannya

Sejarah pendirian Tembok Ratapan diawali dengan pemindahan Tabut Perjanjian berisi 10 Perintah Tuhan yang dibawa oleh Musa, sosok utama dalam agama Yahudi.

Tabut Perjanjian berisi 10 Perintah Tuhan ini diturunkan kepada Musa dalam bentuk narasi keagamaan.

Narasi keagamaan tersebut kemudian kerap dipindahkan di beberapa tempat yang diyakini suci.

Oleh karena itu, Raja Israel, Daud (1002-970 SM), merasa perlu untuk membangun sebuah bait sebagai tempat menyimpan Tabut Perjanjian tersebut.

Baca juga: Yahudi Haredi, Kelompok Ortodoks yang Menentang Aksi Zionisme di Palestina

Akan tetapi, bukan Daud yang membangun sebuah kuil atau bait tersebut, melainkan putranya, Salomo.

Pembangunan bait itu selesai pada 957 SM.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved