Tribun Wiki
Katak Bertanduk, Bukti Fauna Indonesia Begitu Kaya
Pernah kah kalian mendengar soal katak bertanduk? Ya, katak bertanduk sempat ditemukan di Indonesia
TRIBUN-MEDAN.COM,- Indonesia merupakan wilayah yang kaya akan flora dan faunanya.
Tak jarang, banyak penemuan aneh dan langka menyangkut tanaman hingga hewan.
Beberapa waktu lalu, ada penemuan seekor katak bertanduk.
Dilansir dari situs KSDAE Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, katak atau bangkong bertanduk termasuk kelas amfibia dari suku Megophryidae.
Ilmuan menyebutnya dengan Megophrys montana.
Baca juga: Sigung, Musang Bau yang Kalau Kentut, Manusia pun Sampai Ngacir
Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut sebagai horned frog.
Namun, sebenarnya tanduk tersebut adalah perpanjangan dermal pada bagian mata yang menyerupai tanduk.
Umumnya, katak bertanduk ini memiliki warna coklat keabu-abuan sampai cokelat kemerah-merahan, dengan bintik kehitaman di bawah mata dan sepasang bentol di belakang antara kaki.
Biasanya terdapat di antara serasah daun, berkamuflase sempurna dengan lingkungan lantai hutan, dan pada malam hari aktif menjelajahi lantai hutan sampai ke pinggiran sungai.
Baca juga: Anjing Bernyanyi Papua yang tak Bisa Menggonggong dan Dianggap Sakral
Katak ini tidak akan bergerak jika tidak disentuh atau diganggu.
Anaknya (berudu) memiliki mulut seperti corong, dan biasanya dijumpai di bagian sungai yang menggenang atau yang kurang berarus.
Menurut informasi, katak bertanduk di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), sampai dengan saat ini masih sering ditemukan, meskipun pada saat Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) melaksanakan inventarisasi herpetofauna di wilayah Bogor pada tahun 2017, hanya menemukannya di kompleks Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB).
Baru-baru ini, saat petugas membersihkan areal Perkemahan Barubolang ditemukan pula katak bertanduk.
Baca juga: Cacing Bulu Kuda, Parasit yang Mengubah Belalang Sembah Jadi Zombie
Bahkan, ada lagi penemuan baru katak bertanduk di Kalimantan.
Menurut informasi, penemuan katak bertanduk di Kalimantan itu ditemukan saat ekspedisi di Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, juga di Bario, Sarawak dan Pegunungan Crocker di Sabah, Malaysia.
Tim peneliti terdiri dari beberapa instansi yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); Kyoto University, Jepang; Aichi University of Education, Jepang; Institut Teknologi Bandung; dan Universitas Negeri Semarang.
Dikutip dari Kompas.com, pemberian nama Kalimantanensis merupakan toponim dari nama pulau Kalimantan.
Baca juga: Ragam Jenis Ular Piton di Indonesia, Mangsa Ternak dan Manusia, Ada yang Dijadikan Tambul Tuak
Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Zootaxa vol. 4679.
Dilansir dari laman resmi LIPI, peneliti bidang herpetologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidy, menyatakan morfologi Katak Tanduk Kalimantan ini sangat mirip dengan Katak Tanduk Pinokio (Megophrys nasuta).
Katak Tanduk Pinokio tersebar luas mulai dari Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Spesimen pertama dari jenis baru ini sebetulnya sudah dikoleksi pada tahun 2008 oleh peneliti senior Pusat Penelitian Biologi LIPI, Irvan Sidik, namun dengan nama katak tanduk pinokio.
Baca juga: Wajib Tahu, Ini Dia Ular Laut Paling Mematikan yang Ada di Indonesia
Meski dikoleksi sejak tahun 2008, namun sejumlah kegiatan ekspedisi lapangan di kawasan Pegunungan Meratus baru dilakukan kembali pada 2019.
“Di ekspedisi kali ini tidak hanya spesimen individu dewasa yang berhasil dikoleksi, tetapi juga koleksi kecebong dan suara yang dihasilkan oleh individu jantan,” kata Amir di Cibinong, Jumat (4/10/2019).
Melalui pendekatan morfologi, molekuler dan akustik, spesimen yang sebelumnya diduga sebagai Katak Tanduk Pinokio ternyata merupakan jenis yang berbeda dan belum memiliki nama ilmiah.
Dibandingkan dengan Katak Tanduk Pinokio, katak jenis baru ini memiliki tanduk (dermal accessory) pada bagian moncong dan mata yang lebih pendek jika dibandingkan dengan Katak Tanduk Pinokio.
Serta terdapat sepasang lipatan lateral tambahan pada sayap.
Pada saat berudu, katak ini berwarna coklat tua yang condong ke oranye-coklat dan berubah menjadi coklat pucat pada saat dewasa.
Secara akustik, suara individu jantan Katak Tanduk Kalimantan ini memiliki variasi yang lebih banyak dan lebih panjang jika dibandingkan dengan Katak Tanduk Pinokio.
“Berdasarkan hasil analisis dari tiga metode pendekatan tersebut kami menyimpulkan bahwa jenis tersebut merupakan jenis baru dan kemudian diberi nama Megophrys kalimantanensis,” ujar Amir.(tribun-medan.com)
Ramalan Zodiak 8 Oktober 2025, Fokus pada Tujuan Awal Anda! |
![]() |
---|
Masjid Lama Gang Bengkok, Saksi Sejarah Perkembangan Islam di Kota Medan |
![]() |
---|
Profil Ella Freya, Model Asal Belanda yang Disebut 'Bidadari Kahyangan' |
![]() |
---|
Yurike Sanger, Istri ke 7 Presiden Soekarno yang Berdarah Jerman, Belanda dan Minahasa |
![]() |
---|
Profil Joshua Zirkzee, yang Dikabarkan Bakal Dilepas Manchester United ke Juventus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.