Tribun Wiki

Batu Hajar Aswad, Diyakini dari Surga dan Dimuliakan Umat Islam

Batu Hajar Aswad, yang menempel di dinding Ka'bah diyakini dari surga dan dimuliakan umat Islam

Editor: Array A Argus
Kolase Tribunnews/Twitter @ReasahAlharmain
Hajar Aswad merupakan batu suci yang terletak di sisi luar kabah, berikut penampakannya secara close-up. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Saat umat Islam menunaikan ibadah haji ke Mekkah, beberapa diantaranya berusaha keras untuk mencium batu Hajar Aswad.

Batu yang menempel di dinding Ka'bah ini diyakini berasal dari surga.

Menurut artinya, Hajar Aswad adalah batu hitam.

Ia terdiri dari dua kosa kata, Hajar dan Aswad.

Baca juga: Salam Ya Mahdi, Lagu Syiah yang Dikira untuk Palestina, Ini Lirik dan Artinya

Hajar berarti batu, dan Aswad berarti hitam.

Lantas, bagaimana batu Hajar Aswad ini bisa menempel di dinding Ka'bah hingga saat ini? Berikut ulasannya.

Asal-usul

Dalam riwayat At-Tirmidzi dari hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW), disebutkan bahwa Hajar Aswad merupakan batuan daru surga. 

Batu ini dibawa oleh Malaikat Jibril dari surga dan diberikan kepada Nabi Ibrahim.

Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail mendapat batu Hajar Aswad ketika mereka mulai membangun ulang Ka'bah atas perintah Allah.

Baca juga: Bacaan Surat Al Mulk, Amalan Rutin Nabi Muhammad, Berikut Keistimewaan yang Diperoleh

Ath-Thabari menyebutkan, ketika bangunan Ka'bah nyaris sempurna, ternyata ada bagian yang kurang.

Nabi Ismail sempat ingin mengisi bagian tersebut dengan sebuah benda, tetapi Nabi Ibrahim memerintahkannya untuk mencari batu.

Ketika Nabi Ismail kembali dengan membawa batu, ternyata Nabi Ibrahim sudah mengisi bagian Kakbah yang kosong dengan batu hitam.

Nabi Ismail pun bertanya asal batu tersebut, dan dijawab oleh Nabi Ibrahim bahwa yang membawa batu itu adalah Malaikat Jibril dari langit.

Baca juga: Bacaan Doa Pagi Nabi Muhammad SAW, Mohon Rezeki Berkah Sebelum Pergi Cari Nafkah

Sedangkan Al-Azraqi yang meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, disebutkan bahwa Ibrahim berkata kepada Ismail, "Ambilkan saya sebuah batu untuk diletakkan di sini, agar nanti menjadi tanda dimulainya tawaf untuk umat manusia."

Sebelum Nabi Ismail kembali, Malaikat Jibril telah mendatangi Nabi Ibrahim dengan membawa Hajar Aswad.

Setelah diletakkan pada salah satu sudut Kakbah, Hajar Aswad memancarkan sinar yang sangat terang.

Konon, saking terangnya, cahaya yang dipancarkan menerangi Timur dan Barat, Yaman dan Syam.

Baca juga: KUTIP Cerita Nabi Muhammad, Ketua MK Anwar Usman Bantah Terlibat Konflik Kepentingan dalam Putusan

Kenapa Hajar Aswad hitam?

Diameter Hajar Aswad diperkirakan sepanjang 30 sentimeter dan terletak 1,5 meter di atas tanah.

Sejak diletakkan pertama kali di Kakbah pada masa Nabi Ibrahim, Hajar Aswad telah mengalami serangkaian peristiwa, bahkan pernah dicuri.

Serangkaian peristiwa yang menimpa Hajar Aswad membuat kondisinya pecah menjadi beberapa bagian.

Baca juga: Tiga Panggilan di Aceh, Tengku Ampon, Tengku Sayed dan Tengku Chik, Ini Penjelasannya

Kini, batu Hajar Aswad yang berwarna hitam kemerah-merahan, dibingkai dengan perak putih.

Bingkai perak putih itu menjaga Hajar Aswad tetap utuh karena telah pecah akibat beberapa peristiwa yang pernah dialaminya, serta memudahkan para jemaah yang beribadah untuk menciumnya.

Menurut sejumlah riwayat, Hajar Aswad mulanya berwarna putih seputih susu.

Hajar Aswad mengalami perubahan dari putih menjadi hitam akibat dosa-dosa yang diperbuat keturunan Nabi Adam.

Baca juga: Adab Tidur Rasulullah Memiliki Banyak Manfaat Bagi Kesehatan, Berikut Penjelasan Dokter

Hal itu sesuai hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan Ibnu Abbas, bahwa "Hajar Aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam."

Hajar Aswad merupakan batu yang sangat dimuliakan, bahkan Rasulullah mengajarkan untuk mencium dan mengusapnya.

Riwayat lain menyebut Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di muka bumi, di mana Allah menjabat tangan para hambanya.

Oleh karena itu, Hajar Aswad mempunyai makna penting bagi ibadah umrah dan haji.

Batu ini dijadikan titik awal dan akhir pelaksanaan tawaf atau ritual mengelilingi Kakbah tujuh putar dengan arah melawan jarum jam, yang dilakukan oleh umat Islam di dunia ketika beribadah ke Masjidil Haram.(tribun-medan.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved