Tribun Wiki
Tradisi Ngumbung pada Suku Karo yang Sejalan dengan Kehidupan Alam Semesta
Masyarakat suku Karo memiliki satu tradisi yang namanya Ngumbung. Tradisi ini adalah ketika masyarakat suku Karo tidak pergi ke ladang
Selain itu, sehari setelah proses panen, ladang tersebut akan menjadi breeding ground bagi banyak jenis serangga.
Sedangkan tikus-tikus tanah akan mulai bermigrasi meninggalkan lahan, karena mulai tidak adanya tanaman padi.
Cara masyarakat tradisional membersihkan lahan pascapanen biasanya dengan cara membakar jerami yang tersisa di sawah atau ladang.
Baca juga: Mengenal Tradisi Panjopputan di Kalangan Petani Kabupaten Labuhanbatu Utara
Jika proses pembakaran ini dilakukan di saat proses panen, maka hal ini akan mengganggu ekosistem alam.
Burung, serangga, dan tikus yang menjadi rantai makanan akan musnah dalam sekejap.
Oleh karena itu, adanya ngumbung tersebut memastikan tidak ada intervensi manusia selama proses ekologis tersebut berlangsung.
Selain pada hari ke-enam, ngumbung juga dilakukan pada hari pertama kalender, yaitu pada hari Aditia.
Sehari sebelumnya yaitu pada hari ke-tigapuluh (Sami Sara), terjadi akhir siklus revolusi bulan yang ditandai dengan bulan mati atau bulan tidak terlihat.
Baca juga: Mengenal Tradisi Mameakhon Sipanganon yang Kini Sudah Jarang Ditemui
Selama bulan mati, banyak jenis burung dan serangga yang kawin dan berkembang biak di perladangan.
Biasanya telur-telur serangga dan sarang burung banyak ditemukan di perladangan setelah bulan mati.
Secara kebetulan, adanya mitos begu pada hari Aditia mampu mecegah intervensi manusia yang mungkin dapat mengganggu proses perkembangbiakan hewan-hewan tersebut.
Berbeda dengan hewan-hewan yang berkembang biak pada bulan mati di area perladangan masyarakat, banyak jenis hewan atau burung di hutan justru berkembangbiak pada saat bulan purnama.
Baca juga: Sirang-sirang, Tradisi Pemakan dengan Cara Kremasi Masyarakat Karo
Pada tahap ini lah, mitos mengenai begu memiliki peran penting.
Masyarakat Karo dilarang untuk membuka lahan di daerah hutan ketika hari Tula, yaitu hari ke-lima belas.
Di hari sebelumnya yaitu Belah Purnama Raya, kemungkinan banyak jenis hewan dan burung yang berkembang biak dan menghasilkan telur di cabang-cabang pepohonan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.