Tribun Wiki
Tradisi Andung pada Prosesi Kematian Masyarakat Batak Toba
Masyarakat Batak Toba memiliki tradisi bernama Andung. Tradisi Andung ini biasanya dilakukan saat acara kematian
TRIBUN-MEDAN.COM,- Masyarakat suku Batak Toba punya cara tersendiri dalam mengungkapkan rasa kesedihannya ketika ditinggal orang tercinta atau yang dikasihi.
Dalam menghadapi peristiwa kematian, masyarakat Batak Toba punya tradisi bernama Andung.
Tradisi Andung ini sudah sangat jarang ditemui.
Dalam pengertiannya, Andung atau senandung adalah ratapan/nyanyian kematian yang secara spontan dan bermelodi.
Baca juga: Tradisi Gondang Naposo pada Batak Toba, Ajang Silaturahmi dan Pencarian Jodoh
Andung menjadi tradisi lisan masyarakat Batak Toba dalam prosesi upacara kematian.
Dalam praktiknya, penutur Andung biasanya merupakan pihak keluarga yang ditinggal mati.
Penutur Andung akan mengungkapkan hal-hal yang berkisar mengenai rasa sedih, kecewa, dan sosok dari orang yang meninggal dunia.
Baca juga: Tradisi Manganggap pada Masyarakat Batak Toba yang Mulai Memudar
Ketika Mengandung, orang yang bertutur ini akan mengungkapkan pesan, doa dan harapan bagi keluarga atau orang yang meninggal.
Maksud dari tradisi ini adalah agar orang atau pelayat tahu bagaimana sosok atau kebaikan dari orang yang meninggal dunia.
Sebagai contoh, ketika seorang anak meninggal dunia dalam kondisi yang tidak diinginkan keluarga, maka sang ibu biasanya akan meratap dengan cara Mengandung atau bersenandung.
Baca juga: Tradisi Ngumbung pada Suku Karo yang Sejalan dengan Kehidupan Alam Semesta
Sang ibu akan mengungkapkan bagaimana sosok anaknya itu di depan para pelayat dan keluarga.
Cara menuturkan sosok mendiang sang anak disampaikan dengan melodi.
Tak jarang, ketika prosesi Mengandung ini berlangsung, para pelayat ataupun keluarga yang mendengar curahan hati bermelodi itu akan bercucuran air mata.
"Anak ku, baru saja aku melihat mu lulus kuliah di perguruan tinggi, tapi kamu sudah pergi meninggalkan aku. Selama ini engkau lah yang menjaga dan merawat ku sejak ayah mu pergi. Sekarang, kau pula yang pergi meninggalkan aku. Bagaimana aku nanti tanpa mu. Aku akan hidup sendirian, tidak ada lagi yang menjaga dan merawat ku," begitu lah kiranya untaian kata seorang ibu saat Mengandung, ketika ditinggal anak yang dikasihi dan disayanginya.
Baca juga: Tradisi Ngampeken Tulan-tulan Suku Karo yang Mirip Mangongkal Holi pada Batak Toba
Saat Mengandung, para penutur akan menggunakan bahasa Batak Toba.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.