Perundungan Siswa SD di Sergai

Penjelasan Kepsek SD 76 Sergai soal Bullying Siswa, Setahun Terbaring dan Kini Tak Sadarkan Diri

Seorang pelajar berinisial GRH (13) di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumut, terbaring tak berdaya setahun terakhir akibat mengalami bullying

Editor: Juang Naibaho
Tribun Medan/Husna Fadilla
Kondisi GRH (13) pelajar asal Serdang Bedagai yang menjadi korban bullying kini terbaring tak berdaya di salah satu rumah singgah di Kota Medan, Rabu (22/11/2023). 

Sebelumnya, beredar video seorang ibu bernama Hotmaida Manalu (47), warga Desa Juhar II, Kecamatan Bandar Kalipa, Kabupaten Sergai meminta bantuan Presiden Jokowi terhadap anaknya yang menjadi korban perundungan hingga sakit dan dirawat sejak setahun lalu.

Saat Tribun Medan temui Rabu (22/11/2023), di rumah singgah tempat GRH dirawat di Kota Medan, Hotmaida Manalu bercerita, bahwa sebelum mendapat perundungan anaknya adalah siswa yang pintar.

GRH langganan juara kelas, juga aktif mengikuti berbagai perlombaan di sekolahnya.

"Terakhir di bulan Agustus dia ikut lomba cerdas cermat perwakilan sekolahnya," cerita sang ibu sambil menunjukkan foto putranya sehari setelah memperoleh juara cerdas cermat kala itu.

Bahkan disebutnya GRH adalah anak yang aktif dan periang. Ia juga dipilih sebagai ketua kelas di sekolahnya.

Tetapi kini ia harus menahan kesedihan melihat putra keempatnya itu hanya bisa terbaring tak berdaya di tempat tidur dan harus mendapat perawatan intensif.

"Tangannya pun kalau dipegang udah nggak respons lagi, beginilah kondisinya sekarang. Saya juga udah nggak tau mau gimana lagi, saya cuman mau keadilan untuk anak saya," ungkapnya.

Hotmaida mengatakan ada empat orang pelajar SD yang menjadi pelaku perundungan terhadap anaknya yaitu, GS (11), GAPS (10), APS (11), dan ARH (10).

Kasus ini sempat berproses di ranah hukum. Hotmaida juga sempat mengikuti mediasi di Polres Tebingtinggi bersama keempat orangtua pelaku.

Dalam proses itu, keempat orangtua pelaku memberikan Rp 1,7 juta sebagai bentuk pertanggungjawaban dan biaya berobat.

Ia menjelaskan, para pelaku bullying adalah siswa SD 76 Sergai, sedangkan anaknya SD 75. Kedua sekolah ini berada di dalam satu lokasi yang sama.

Selama perawatan GRH, Hotmaida mesti menemani sang anak di rumah singgah di sekitaran RS Adam Malik Medan.

Sedangkan 4 lagi anaknya harus mengurus diri sendiri di kampung halaman.

Hotmaida tak berharap banyak dari kasus putranya ini. Ia hanya berharap mendapat keadilan, lantaran sang anak yang kini menderita antara hidup dan mati.

"Saat saya masih dalam kondisi yang memikirkan hidup dan mati anak saya, di situ saya dipanggil untuk mediasi. Sempat di rumah sakit Tebing anak saya ini sadar dan mengaku ketakutan, setiap kali pulang sekolah ditunggu dan dipukuli. Jadi saya berharap ada pemeriksaan ulang untuk kasus anak saya, saya butuh keadilan," tuturnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved