Tribun Wiki
Tradisi Cakap Lumat pada Suku Karo Sebagai Bentuk Norma Kesopanan dalam Masyarakat
Masyarakat suku Karo dikenal sebagai pribadi yang menjunung tinggi adat istiadat. Mereka punya tradisi cakap lumat sebagai norma kesopanan
TRIBUN-MEDAN.COM,KARO- Masyarakat suku Karo dikenal sebagai pribadi yang menjunjung tinggi adat dan budayanya.
Sehingga, mereka pun memiliki tradisi cakap lumat.
Adapun makna cakap lumat itu berbicara halus dengan penuh kesopanan.
Dilansir dari laman Repositori Kemendikbud, cakap lumat pada suku Karo dapat diartikan sebagai bentuk sikap seseorang dalam menjunjung tinggi nilai-nilai tata krama dalam berbicara.
Baca juga: Tradisi Ndakan Page Mbaru pada Suku Karo yang Dilakukan Usai Panen
Biasanya, cakap lumat ini dipakai pada pelaksanaan upacara adat dan dalam kegiatan sehari-hari.
Cakap lumat berisi penyampaian salam, doa, nasihat, rayuan, ajakan, pujian, dan lain sebagainya.
Bentuk cakap lumat dalam berbahasa dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk kata seperti mejuah-juah.
Mejuah-juah adalah ucapan salam pada masyarakat Karo untuk menyatakan keadaan baik dan sehat.
Baca juga: Tradisi Kuning-kuningen pada Suku Karo yang Mulai Memudar
Cakap lumat tidak hanya dipakai dalam bertutur kata sehari-hari, tapi juga digunakan dalam bentuk pantun.
Adapun pantun yang menggunakan cakap lumat itu sebagai berikut:
Rirang-rirang gumpari (Daun kelapa kering gumpari)
Rirang meruah-ruah (Daun kelapa kering tercabut cabut)
Sirang gia kita kari (Berpisah pun kita nanti)
Sirang mejuah-juah (Berpisah kita dalam keadaan baik dan sehat)
Baca juga: 3 Tahapan Pernikahan dalam Suku Karo yang Akan Dijalani Calon Pengantin dan Keluarganya
Tidak hanya itu, cakap lumat juga biasanya digunakan saat seseorang menyampaikan rayuannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.