Berita Viral

Nasib Hilmi, Santri di Kuningan Tewas Dikeroyok 18 Seniornya, Korban Kerap Dibully dan Dianiaya

Korban sempat mendapat perawatan medis di pusat pelayanan kesehatan pemerintah setempat

Editor: Satia
Istimewa
Santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah tewas usai mengalami perundungan oleh 18 seniornya. 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Tragis, santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah tewas usai mengalami perundungan oleh 18 seniornya.

Kejadian ini terjadi di Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, Kuningan. 

Diketahui, santri ini bernama Hilmi, tewas usai mengalami perundungan oleh rekan-rekannya.

Korban sempat mendapat perawatan medis di pusat pelayanan kesehatan pemerintah setempat.

Namun sayang, nyawanya tak bisa diselamatkan.

Baca juga: Kakanwil Kemenkumham Sumut bersama Jajaran Divisi PAS Studi Tiru ke Lapas Batu Nusakambangan

Meninggalnya Hilmi akibat dugaan perundungan langsung mendapat penanganan Petugas Kepolisian Kuningan.

"Untuk kasusnya masih dalam penyelidikan," kata Kapolres Kuningan AKBP Willy Andrian saat memberikan keterangan kepada TribunCirebon.com, Rabu (6/12/2023).

Melihat korban yang meninggal saat menjalani perawatan medis, Kapolres menyebut bahwa di tubuh korban dan beberapa organ korban mengalami luka-luka termasuk muncul warna aneh akibat luka lebam.

Mengenai kasus tersebut, Kapolres menegaskan bahwa tindakan ini masuk dalam pelayanan pasal 170 KUHP ayat (1) menyatakan bahwa siapapun yang terlibat secara terang-terangan dan bekerjasama terlibat dalam tindakan kekerasan kepada orang ataupun barang akan di jatuhi hukuman penjara maksimal 5 tahun 6 bulan.

"Ancaman terhadap pelaku tindak kekerasan itu pada Pasal 170 ayat (1). 

Dalam keterangan di dalam ketentuan tersebut mempunyai beberapa unsur yang memberikan batasan dalam mengancam seorang," katanya.

Baca juga: SIARAN Langsung Live Streaming Man United Vs Chelsea Jam 03.15 WIB, Akses di Sini Selain SCTV

Sebelumnya, insiden meninggalnya salah seorang santri di pondok pesantren, diduga akibat tindakan kekerasan senior itu langsung membuat Kapolres Kuningan AKBP Willy Andrian angkat bicara.

"Kematian santri diduga akibat tindak Kekerasan, benar dan petugas kepolisian masih melakukan penyelidikan," kata Kapolres AKBP Willy Andrian saat berbincang dengan Tribun melalui sambungan selulernya, Rabu (6/12/2023).

AKBP Willy Andrian menyebut untuk pengungkapan keterangan dalam kasus tersebut sudah mengamankan terduga pelaku lebih dari satu.

Penangkapan terhadap terduga pelaku, kata Willy Andrian menyebut ada sebanyak 18 anak yang terlibat dalam dugaan kasus perundungan dan beberapa di antaranya ditangani Lembaga Perlindungan Anak atau masuk wilayah hukum pra peradilan alias masih anak - anak.

Baca juga: Disperindag Karo Mulai Robohkan Bangunan Bekas Pajak Tingkat Berastagi, Minta Warga Jaga Jarak

"Dari jumlah belasan santri yang diamankan itu tidak semua. 

Sebab yang terlibat itu masih terdapat usia anak, sedang untuk yang di tahan dalam pemenuhan Penyelidikan itu ada sebanyak 6 santri yang masuk batas usia dewasa," katanya.

Kata Pengurus Ponpes

Meninggalnya salah satu santri di Ponpes Kecamatan Jalaksana mendapat tanggapan dari lembaga pendidikan setempat.

Pengurus Ponpes Husnul Khotimah, Sanwani membenarkan kejadian itu menimpa salah seorang peserta didik. 

Baca juga: Warga Pelosok Toba di Habinsaran Serukan Ganjar-Mahfud Menang Usai Bertemu Ketua DPD PDIP Sumut

Namun permasalahan itu sudah mendapat penanganan dan pelayanan kepolisian daerah Kuningan.

"Untuk kasus hingga ada santri meninggal itu sudah di tangani Polres. 

Ini saya juga barusan dari Mapolres," kata Sanwani saat mengawali perbincangan dengan TribunCirebon.com melalui sambungan selulernya, Rabu (6/12/2023).

Timbul kejadian demikian, kata Sanwani jelas merasa kaget. 

Pasalnya, kegiatan belajar yang berlangsung di pondok pesantren itu sudah puluhan tahun dan tidak terjadi apapun.

"Iya, kami jelas terkejut dengan kejadian sekarang. 

Baca juga: Warga Pelosok Toba di Habinsaran Serukan Ganjar-Mahfud Menang Usai Bertemu Ketua DPD PDIP Sumut

Sebab selama pelaksanaan kegiatan pendidikan lebih dari 30 tahun, kejadian ini tidak ada sama sekali muncul dan baru kali ini saja," katanya.

Atas kejadian ini, kata Sanwani mengungkap bahwa ini merupakan ketentuan sekaligus ujian. 

"Kami anggap kejadian ini ketentuan dsn ujian. 

Semoga semua permalasahan bisa terselesaikan," tandasnya.

Sementara, Budiman (40) warga Desa Maniskidul, mengatakan, informasi heboh dugaan kekerasan hingga menimbulkan korban jiwa itu benar.

Baca juga: 8 Kilo Ganja Kering Tak Bertuan Ditemukan di Perkebunan Sawit Padang Lawas Utara

"Soal ada santri yang meninggal dan banyak diceritakan di warung kopi, emang benar terjadi. 

Namun penyebab utuhnya dan kasusnya itu tidak tahu detail," katanya.

Viral di Media Sosial

Informasi tindak kekerasan di Pondok Pesantren Husnul Khotimah ini diunggah sejumlah akun media sosial, salah satunya @gennrabani123.

Korbannya bernama Hilmi, dia meninggal diduga dianiaya santri senior.

Unggahan di medsos itu memperlihatkan korban perundungan yang meninggal, setelah mendapat perawatan medis di pusat pelayanan kesehatan pemerintah setempat.

Baca juga: PAMIT ke Rumah Orang Tua, Suami tak Sadar Diikuti Istri, Kepergok di Kontrakan Pelakor: Mana Pak RT

Terlihat foto korban berlatar hitam putih itu bertuliskan, usut tuntas Hilmi (korban) tampak tertera di bagian atas figuran foto tersebut.

Sedang, caption berbeda di bagian bawah itu bertuliskan penjarakan para biadab

Selain itu, dalam komentar akun Instagram itu terdapat artikel panjang yang menuliskan keprihatinan pemilik akun tersebut.

"Inilah hasil dari sistem tarbiyah amburadul, yang dihasilkan adalah penindas-penindas yang tak soal ilmu apalagi adab, tapi nyali yang bodoh. 

Memaksakan ideologi tertentu, abai dengan kebutuhan yang mendesak terkait sikap dan intelektual santri.

Baca juga: Nunggak Uang Sewa 5 Tahun, Pria Syok Pemilik Tawarkan Menikah dengan Putrinya dan Akan Diberi Rumah

Sibuk menambah jumlah, benar-benar lupa akan penting menyeimbangkan kapasitas pengawas dan pengajar.

Getol meyakinkan calon wali santri untuk menitipkan anaknya. 

Ganjarannya adalah kebebasan yang buta nan brutal akibat dari absennya tanggung jawab dari pihak pengelola. 

Lantas yang disalahkan santri yang makin tidak manusiawi. Itu benar namun sekaligus dampak dari kebobrokan sistem usang yang dipaksakan.

Akui saja kalau memang sistemnya telah gagal menciptakan generasi robbani. 

Mungkin ada beberapa contoh yang berhasil, namun kurasa harganya terlalu mahal melihat 'efek samping', yang kini menelan korban nyawa. Tolong evaluasi, kami santri muak dengan ini!

Komentar lain dalam kolom tersebut juga menuliskan demikian.

Baca juga: VIRAL Tingkah Kocak Kurir Kebingungan Lupa Bawa Paket, Penerima Ngakak: Kamu Antar Apa?

Tidak pernah terbayangkan betapa hancurnya hati kedua orang tuanya. 

Mempercayai pesantren sepenuhnya dengan harapan menjadi anak yang soleh nan membanggakan, namun tuhan berkata lain.

Mengikhlaskan Hilmi untuk pergi menuntut ilmu berujung pilu, pamitnya Hilmi untuk berangkat kala itu adalah pamit terakhirnya, hingga akhirnya hilmi tak pernah pulang lagi, tiada lagi liburan semester, tiada lagi mudik."

 

Artikel ini diolah Tribun Trends

Baca Berita Tribun Medan Lainnya di Google News

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved