Travel

Menikmati Eksotisme Danau Toba dari Jembatan Tano Ponggol yang Merupakan Ikon Pulau Samosir

Jembatan Tano Ponggol merupakan ikon di Pulau Samosir. Dari sana, wisatawan bisa menikmati keindahan Danau Toba

Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Array A Argus
YOUTUBE/SEAN DESIGN
Wajah baru Jembatan Aek Tano Ponggol, 2023. 

TRIBUN-MEDAN.com, PANGURURAN – Menikmati keindahan Danau Toba menjadi alasan bagi wisatawan untuk datang ke Pulau Samosir yang ada di tengah perairan Danau Toba.

Dari jembatan Tano Ponggol, pengunjung dapat melihat secara detail bagaimana keindahan Danau Toba.

Disebut sebagai ikon Pulau Samosir, karena jembatan ini menjadi petunjuk pemisah pulau Sumatera dengan Pulau Samosir. 

Jembatan Tano Ponggol ini direkat oleh tiga tiang penyangga yang dalam filosofis Batak Toba, Dalihan Natolu (tungku nan tiga).

Baca juga: Batas Wilayah Kabupaten Toba dengan Simalungun, Asahan, Labura, Taput, Samosir dan Danau Toba

Dalam tradisi Batak Toba, Dalihan Natolu ini memperlihatkan hubungan sosial masyarakat Batak Toba. 

Muatannya, “manat mardongan tubu” artinya hormat kepada rekan sejawat dan satu keluarga inti.

Lalu, “somba marhula-hula” artinya hormat kepada paman dan pihak istri.

Serta, “elek marboru” artinya bersikap membujuk kepada saudari. Rasa hormat ini juga menjadi cara berkomunikasi dengan orang lain.

Baca juga: Eksotisme Pulau Sibandang di Kawasan Danau Toba yang Dapat Penghargaan dan Menparekraf

Kembali melihat bagaimana keindahan Danau Toba, barisan bukit terbentang di pinggiran Danau Toba.

Pohon dan semak belukar  yang berada di bukit dan pegunungan tersebut seakan sebuah lukisan.

Tepat di bawah jembatan Tano Ponggol, kapal kayu dapat melintas yang memungkinkan para pengunjung dapat mengelilingi Pulau Samosir. 

Selain sebagai tempat memandang keindahan Danau Toba, jembatan tersebut juga dijadikan pengunjung sebagai lokasi berswafoto, mengabadikan moment.

Baca juga: Aquabike Jetski World Championship 2023 di Kawasan Danau Toba, Pengunjung Tembus 200 Ribu Orang

Jembatan Tano Ponggo tersebut berhadapan langsung dengan Pusuk Buhit, sebagai gunung yang dianggap penting oleh masyarakat sekitar.

Dari jantung Kota Pangururan, pengunjung dapat menempuhnya sekitar 5 hingga 10 menit menggunakan sepeda motor atau mobil.

Setibanya di jembatan tersebut, pengunjung dapat menikmati makanan dan minuman ringan sembari duduk. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved