Berita Internasional

Pilih Selingkuhan dan Tinggalkan Anak Istri, Pria Ini Berakhir Menyedihkan di Hari Tua

Tak disangka, pilihan pria tinggalkan istri dan anak-anaknya demi wanita muda itu akhirnya membuatnya menderita.

Eva.vn
Pria tinggalkan istri dan anak-anaknya demi wanita muda 

 TRIBUN-MEDAN.com – Godaan eksternal memang kerap kali membuat seseorang bertindak tak seharusnya seperti kisah pria tinggalkan istri dan anak-anaknya demi wanita muda. 

Tak disangka, pilihan pria tinggalkan istri dan anak-anaknya demi wanita muda itu akhirnya membuatnya menderita.

Dikutip tribun-medan.com dari eva.vn Mingggu (21/1/2024), pria tinggalkan istri dan anak-anaknya demi wanita muda itu adalah Tuan Zhu Hai Phong yang tinggal di Tiongkok.

20 tahun yang lalu, Tuan Zhu Hai Phong (sekarang berusia 71 tahun) adalah seorang tokoh lokal yang terkenal.

Ia membuka dua jaringan toko, bisnisnya berkembang dan ia memiliki dua anak yang cantik dan seorang istri yang berbakti.

Melihat keluarganya saat itu, semua orang kagum dan iri padanya.

Namun sejak wanita yang 10 tahun lebih muda darinya, Chu Tay My, muncul, hidupnya berubah total.

Chu Tay My diketahui berasal dari kota kecil.

Ketika ia datang ke Tiongkok untuk berbisnis pakaian, ia menandatangani kontrak bisnis dengan Tuan Phong.

Setelah beberapa saat berhubungan, Tuan Phong terpesona oleh kecantikan, kemudaan, dinamisme dan kerja keras Tay My.

Ia merasa bersama gadis energik seperti itu akan membuat karir dan hidupnya menjadi lebih baik.

Oleh karena itu, ia menceraikan istri lamanya dan menikahi Tay My.

Tay My adalah seorang wanita yang baru saja bercerai dan membesarkan dua anak sendirian.

Untuk menyenangkan Tay My, Tuan Phong sepenuh hati mengurus keluarga barunya.

Ia mencurahkan seluruh tabungannya untuk kedua anak istri barunya dan mengabaikan anak-anaknya sendiri.

Ia bahkan tidak menghadiri pernikahan putra kandungnya, ia juga tidak memberinya uang.

Saat itu ia memilih tinggal di Amerika Barat sehingga harus memutuskan hubungan dengan keluarga sebelumnya.

Ia berpikir bahwa keikhlasan akan tergantikan dengan keikhlasan.

Selama ia sepenuh hati membesarkan anak tirinya, mereka akan menganggapnya sebagai ayah kandung dan merawatnya seumur hidup.

Tapi Tuan Phong salah.

Seiring bertambahnya usia, anak-anak tirinya semakin tidak peduli padanya.

Mereka bahkan memindahan Tuan Phong karena ia mengidap penyakit Alzheimer.

Yang membuatnya semakin sulit menerima kenyataan adalah bahwa rumah di kampung halamannya telah dibongkar.

Dari pembongkaran itu ia diberi kompensasi sebesar 800 ribu yuan (sekitar Rp 1,7 miliar).

Namun istri mudanya malah menguasai uangnya.

Setelah itu mereka memperlakukannya dengan sangat buruk, anak tirinya bahkan tidak memperhatikan ayah tirinya.

Setiap bulan mereka hanya memberinya 1.000 yuan (sekitar Rp 2,1 juta) untuk bertahan hidup.

Setelah memikirkannya, Tuan Phong merasa kerabat dan saudara sedarah adalah hal yang paling bisa diandalkan.

Jadi ia ingin mendapatkan kembali 800 ribu yuan itu dan memberikannya kepada mantan istri dan anak kandungnya.

Ia pun meminta bantuan wartawan.

Saat ditanya wartawan, Tay My terus terang mengatakan kalau uang itu sudah digunakannya untuk membeli rumah dan mobil untuk anak-anaknya.

Alasan dia melakukannya adalah karena ia tahu Tuan Phong ingin memberikan uang tersebut kepada anak kandungnya.

Kenyataan bahwa keduanya telah menikah selama 20 tahun membuat Tay My merasa pantas menerima uang tersebut.

Mengetahui uangnya telah habis, Tuan Phong patah hati dan sangat menyesal karena meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk menikah dengan kekasihnya.

Kini ia ingin bercerai lalu membagi hartanya secara merata dan memberikan hartanya kepada anak kandungnya.

Tay My akhirnya setuju untuk bercerai, namun ia tidak berniat mengembalikan uang untuk membeli mobil atau rumah untuk anak-anaknya.

Pernikahan selama 20 tahun berakhir dan pada usia 71 tahun Phong menjadi tunawisma.

Ia bingung dan bertanya-tanya apakah jika ia pergi menemui mantan istri dan anak-anaknya, mereka akan menerimanya atau tidak.

Awalnya Tuan Phong mempunyai keluarga yang bahagia, namun semuanya hancur di tangannya sendiri.

Kini Tuan Phong menyadari bahwa semuanya sudah terlambat.

Melalui ceritanya, ia juga mengirimkan nasehat kepada semua orang : “Sekarang saya tidak punya apa-apa lagi, saya bukan orang baik. Semuanya, jangan seperti aku."

(cr32/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved