Berita Viral
Sosok Guru Besar ITB Penggagas Pemilu Beradab yang Kena Sabotase hingga Video Tak Senonoh Terputar
Inilah sosok guru besar dan dosen yang menggagas deklarasi Pemilu Beradab namun berakhir video tak senonoh terputar saat zoom meeting
TRIBUN-MEDAN.COM – Inilah sosok guru besar dan dosen yang menggagas deklarasi Pemilu Beradab namun berakhir video tak senonoh terputar.
Adapun baru-baru ini, video tak senonoh terputar saat guru besar dan dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) gelar deklarasi penyataan sikap terkait Pemilu 2024.
Terkuak, ternyata penggagas yang menggelar Pemilu Beradab itu yakni Komunitas Guru Besar dan Dosen ITB.
Namun saat deklarasi, Zoom Meeting yang dibuka untuk umum ini mengalami sabotase.
Hingga berakhir deklarasi itu memutarkan video tak senonoh.
Dimana video tak senonoh itu muncul dan menghebohkan peserta.
Untuk diketahui, deklarasi itu digelar lewat Zoom Meeting dan diikuti ratusan peserta secara hybrid.
Disampaikan Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Yasraf Amir Piliang menyatakan guru besar dan dosen yang bergabung dalam aksi seruan ini mencapai lebih dari 100 orang.
Sebagian dari para pengajar di ITB ini berkumpul dan mendeklarasikan sembilan poin untuk mencegah kemunduran demokrasi bangsa ini.
Deklarasi digelar di gedung Sasana Budaya Ganesa, Kota Bandung, serta diikuti juga oleh ratusan peserta secara daring.
Poin deklarasi ini menekankan kepada praktik demokrasi di Indonesia yang lebih beradab dalam menyambut Pemilihan Umum 2024.
Pemimpin harus bertindak sebagai negarawan yang memberikan teladan dalam penegakan hukum, aturan, serta etika publik untuk membangun demokrasi yang berkualitas.
Namun, sejumlah guru besar ITB menilai apa yang terjadi kali ini menunjukkan hal yang sebaliknya.
Baca juga: Tunggu Konsumen, Pengedar Narkoba di Kampung Salak Dicokok Satnarkoba Polres Padangsidimpuan
Baca juga: PEDAS! Respons Mahfud MD Soal Putusan DKPP Terkait Pelanggaran Etik KPU : Sering Bermasalah
Yasraf menyatakan, sejumlah tindakan dinilai tidak beretika karena sudah ada keberpihakan, terutama dari pihak-pihak yang semestinya mengawal pemilu menjadi jujur dan adil.
Pernyataan dari Presiden Joko Widodo terkait dukung-mendukung dalam kampanye, lanjut Yasraf, menjadi salah satu pemicu utama.
Bahkan, Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) juga menyatakan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari melanggar kode etik penyelenggaraan pemilu.
Pelanggaran ini terkait penerimaan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo, sebagai calon wakil presiden nomor urut 2 mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
”Hal yang terjadi ini menunjukkan tanda runtuhnya keadaban. Ada keberpihakan dari negara sebagai pihak yang semestinya mengawal pemilu agar jujur dan adil. Ini yang menjadi landasan kami menyatakan deklarasi. Kami mengarahkannya kepada rezim, bukan kepada individu,” ujarnya.
Yasraf yang juga pemikir sosial dan kebudayaan dari ITB menyatakan, apa yang terjadi saat ini merupakan konsekuensi dari sistem pemilihan langsung dalam pemilu di Indonesia.
Modal politik yang besar menjadikan para elite bergantung pada oligarki dan pemilik modal karena ongkos yang besar.
”Pemilihan langsung butuh biaya besar. Di sini masuk kesempatan orang-orang berduit dan memberikan ruang pada oligarki. Pencitraan lebih diperhatikan tanpa melihat prestasi dan cenderung populis,” pungkasnya.
Hingga akhirnya deklarasi pemilu beradab pun tak berjalan dengan semestinya.

Sebab, saat deklarasi berlangsung muncul video porno dari salah satu peserta di Zoom Meeting.
Oknum peserta tersebut menampilkan video tak senonoh di layar Zoom Meeting di acara yang bertajuk "Mencegah Kemunduran Demokrasi Malu Menjadi Bangsa" itu.
Peristiwa itu kemudian tersebar di sejumlah grup WhatsApp dan media sosial X atau Twitter di akun @ITBfess.
Terkait hal ini, perwakilan guru besar ITB, Daryono Hadi Tjahjono mengatakan, tidak mengetahui identitas dari akun yang menampilkan video porno tersebut.
Baca juga: Detik-detik Video P0rn0 Terputar saat Guru Besar dan Dosen ITB Gelar Deklarasi Pemilu Beradab
Baca juga: ISI CCTV Detik-detik Anak Tamara Tyasmara Meninggal di Kolam Renang, Angger Dimas Curigai Sosok Ini
Pasalnya, kegiatan ini via daring dan terbuka untuk umum.
Diduga, oknum tersebut secara sengaja menampilkan video tak senonoh untuk merusak kegiatan deklarasi.
"Mungkin ada pihak-pihak tertentu yang kurang senang apa yang kami lakukan ini.
Kami memaklumi, mudah-mudahan beliau atau siapa pun yang membuat ini, segera disadarkan dan diampuni dosa-dosanya," kata Daryono usai deklarasi.
Hingga kegiatan deklarasi selesai, dia mengeklaim tidak ada tekanan dari pihak manapun.
Daryono juga menegaskan, pernyataan sikap ini merupakan sikap akademisi, tidak mengatasnamakan lembaga ITB.

"Karena kita ingin proses ini berjalan dengan demokratis, karena kita koreksinya demokrasi, sehingga proses juga harus sedemokratis mungkin," ujar Daryono.
"Perbedaan-perbedaan pendapat antara yang satu dengan yang lain pasti ada.
Kami sangat menghargai perbedaan pendapat," tambahnya.
Daryono sebagai perwakilan dari guru besar ITB meminta maaf kepada para peserta yang hadir secara luring dan daring atas kejadian ini.
Untuk diketahui, dalam deklarasi itu, sejumlah guru besar dan dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) mendorong pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2024 berjalan adil dan jujur.
Mereka juga mendesak pemerintah untuk bersikap netral dalam pesta demokrasi lima tahunan ini, serta mengutamakan kepentingan umum.
(*/TRIBUN-MEDAN.com)
Baca juga: HONOR Raffi Ahmad Sekali Tampil di TV Dibongkar, NCW Ungkap Awal Mula Dugaan Pencucian Uang
Baca juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Tiba di Sumut Hari Ini, Kodam I Bukit Barisan Kerahkan 3600 Personel
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.