Karo Memilih

Pertahankan Adat Budaya, Beberapa TPS di Kabupaten Karo Dibangun di Jambur dengan Tampilan Sederhana

Tak hanya dekorasi yang sederhana, lokasi pembuatan TPS juga dipilih ditempatkan di satu lokasi yaitu di jambur (balai besar pertemuan adat).

Penulis: Muhammad Nasrul |

Pertahankan Adat Budaya, Beberapa TPS di Karo Dibangun di Jambur dengan Tampilan Sederhana

TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Di momen pemungutan suara pada Pemilu 2024, para anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) banyak yang berlomba untuk membuat TPS semenarik mungkin.

Selain menjadi hal yang membedakan dengan TPS lain, juga sebagai salah satu cara untuk menarik minat masyarakat untuk datang ke TPS memberikan hak suaranya.

Seperti halnya di Kabupaten Karo, banyak juga TPS yang dibangun dan dihias sedemikian rupa baik dengan dekorasi maupun pakaian petugas KPPSnya.

Namun, di beberapa wilayah terutama di pedesaan tampak TPS-TPS dibangun dengan dekorasi yang sederhana.

Seperti pantauan www.tribun-medan.com, di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah, di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe, dan Desa Tanjung Barus Kecamatan Barusjahe, tampak para KPPS membangun TPS dengan dekorasi yang sederhana.

Tak hanya dekorasi yang sederhana, lokasi pembuatan TPS juga dipilih ditempatkan di satu lokasi yaitu di jambur (balai besar pertemuan yang lazim digunakan untuk kegiatan adat).

Bukan tanpa alasan, ternyata pembanguan TPS yang dipilih di jambur dan dekorasi yang sederhana ternyata memilki filosofi mendalam. Dimana, bangunan sederhana ini menandakan jika masyarakat Kabupaten Karo masih tetap menjunjung tinggi adat dan budaya serta sejarah dari leluhur.

Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Tanjung Barus Berlin Oke Bangun, alasan pembangunan TPS ini mengingatkan masyarakat akan sejarah dari jaman dahulu. Dimana, saat adanya proses pertemuan masyarakat baik acara suka dan duka ditempatkan di lokasi yang dibangun menggunakan alat sederhana.

"Jadi dulu kan belum ada bangunan, jadi dibangun lah tempat yang terbuat dari bambu untuk penopangnya dan pakai alat sederhana seperti ini," ujar Berlin.

Di tiga desa ini, tak hanya bangunan TPSnya saja yang tampak sederhana, di lokasi TPS masyarakat yang ingin memberikan hak suaranya juga terlihat duduk bersama di lantai yang beralaskan tikar. Hal ini juga merupakan salah satu adat budaya yang ada di Kabupaten Karo, dimana setiap acara siapapun orangnya dan bagaimanapun latar belakangnya bersama-sama duduk sama rata di atas tikar.

"Ya kita memang sengaja enggak pakai kursi, jadi balik lagi seperti jaman dulu," ungkapnya.

Di tempat terpisah, Kepala Desa Bunuraya Ismadi Sembiring juga mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda. Ismadi menjelaskan alasan TPS ditempatkan di jambur adalah agar masyarakat bisa sama-sama berbaur di jambur.

"Karena semua kegiatan untuk masyarakat di sini kan pasti dilakukan di jambur, jadi selain tidak terpencar juga kita menjaga budaya kekeluargaan di Karo," ujar Ismadi.

Diungkapkan Ismadi, untuk di Desa Bunuraya sendiri terdapat 10 TPS dimana seluruh TPS ini dibagi di dua tempat. Dimana di satu jambur ditempatkan enam TPS dan di satu jambur lainnya ada empat TPS.

(mns/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved