Tribun Wiki

Arti Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Diucapkan Prabowo Subianto Ketika Ajak Masyarakat Bersatu

Prabowo Subianto mengutip sebuah falsafah Jawa ketika mengajak masyarakat untuk bersatu kembali. Adapun falsafah itu yakni 'mikul dhuwur mendem jero'.

Editor: Array A Argus
Tribun Jabar
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat kampanye 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02 sempat mengutip falsafah Jawa, ketika dirinya mengajak semua masyarakat untuk bersatu kembali setelah Pemilu 2024.

Prabowo Subianto tidak ingin masyarakat larut dalam kondisi saling menghujat karena perbedaan.

Atas dasar itu pula, Prabowo mengajak semua pihak melupakan semua hal yang sudah terjadi.

Ia mengajak masyarakat guyub dan rukun.

Baca juga: Capres PDI Perjuangan K.O, Ucapan Megawati ke Jokowi Viral Lagi

Saat berpidato di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (14/2/2024) malam, Prabowo Subianto sempat mengutip falsafah Jawa yakni "mikul dhuwur mendem jero".

"Ini budaya kita, rakyat Indonesia tidak suka saling menjelek-jelekkan, tidak suka saling menghujat. Ajaran orangtua kami, nenek moyang kami adalah mikul dhuwur mendhem jero. Yang bukan orang Jawa, artinya mengangkat yang baik, dan meninggalkan atau memendam yang kurang baik," ujar Prabowo.

Dalam kesempatan itu, Prabowo juga sempat mengatakan bakal merangkul semua pihak agar bisa menjadi presiden untuk seluruh rakyat Indonesia.

Baca juga: PRABOWO Tidak Menyebut Nama Megawati, Setelah Gus Dur Langsung SBY

Arti mikul dhuwur mendem jero

Dikutip dari Tribun Jogja, menurut laman resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di dpad.jogjaprov.go.id, nasihat “mikul dhuwur mendem jero” bahkan sudah pernah diterbitkan dalam sebuah buku.

Buku tersebut ditulis oleh Janmo Dumadi, dengan judul “Mikul Dhuwur Mendhem Jero: Menyelami Falsafah dan Kosmologi Jawa”.

Buku yang membahas petuah Jawa itu diterbitkan oleh Pura Pustaka pada 2011 lalu.

Dalam deskripsi buku, disebutkan bahwa “mikul dhuwur mendhem jero” adalah sebuah idiom Jawa yang memiliki makna sangat dalam.

Baca juga: Mayor Teddy Lagi Viral, Prabowo Subianto Jadi Mak Coblang, Cari Jodoh untuk Sang Asisten

Idiom ini sangat erat kaitannya dengan jalan kepemimpinan dan sikap keteladanan.

Arti “mikul dhuwur mendhem jero” secara harfiah adalah “menjunjung tinggi budaya leluhur dan mengubur kesalahan pendahulu kita”. 

Adapun makna “mikul dhuwur mendhem jero” adalah kita hendaknya hidup dengan menghormati budaya leluhur, dengan cara melanjutkan yang baik, dan menghapus yang tidak baik. 

Itulah pesan dari Jokowi untuk anak, menantu, dan para cucu.

Terkadang idiom “mikul dhuwur mendhem jero” memang salah diartikan sebagai tindakan atau usaha untuk tidak mengadili orang tua dan pemimpin yang bersalah. 

Baca juga: Debat Terakhir, Prabowo Subianto Ngaku Banyak Setuju dengan Anies: Jawabannya Bagus, Maklum

Ada yang mengira, idiom itu meninggalkan kesan bahwa orang Jawa begitu mudah melepaskan tanggung jawab atas kesalahan beban yang seharusnya dilaksanakan dan diselesaikan.

Tapi, sebenarnya idiom “mikul dhuwur mendhem jero” mengajarkan orang untuk tetap bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. 

Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, semua punya salah, semua punya dosa.

Untuk itu, selama masih diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan di dunia, manusia hendaknya terus Sebagai introspeksi dan mawas diri untuk selalu melakukan yang terbaik.

Salah satunya, mempertahankan hal baik yang sudah dilakukan orangtua, dan menjauhi atau menghilangkan perbuatan buruk atau keliru yang dilakukan orangtua, demi menjadi manusia yang lebih baik ke depannya.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter    

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved