Tribun Wiki
Apa Itu Tahun Kabisat dan Kenapa Tahun 2024 Masuk di Dalamnya
Saat ini tengah ramai pembahasan mengenai tahun kabisat. Lantas, apa sih tahun kabisat itu? Kenapa Tahun 2024 masuk di dalamnya
TRIBUN-MEDAN.COM,- Beberapa hari terakhir ramai pembahasan mengenai tahun kabisat.
Lantas, apa itu tahun kabisat?
Kenapa mesti ada tahun kabisat?
Menurut informasi yang disadur dari Kompas.com, tahun kabisat ini adalah tahun yang dapat dibagi empat.
Contoh tahun kabisat yakni 2020, 2024, 2028, dan seterusnya.
Pada tahun kabisat yang terjadi setiap empat tahun sekali, Februari terdiri dari 29 hari.
Selain itu, jumlah hari dalam tahun kabisat 366 hari.
Ketika bukan tahun kabisat, Februari terdiri dari 28 hari dan jumlah hari dalam satu tahun adalah 365.
Lantas, mengapa setiap empat tahun mengalami tahun kabisat? Berikut ini sejarahnya.
Orang-orang Sumeria dipercaya sebagai bangsa pertama yang menciptakan kalender.
Kalender mereka diadopsi oleh Mesir Kuno, yang kemudian memodifikasinya setelah menyadari adanya kesalahan.
Kalender Mesir Kuno, yang dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan dan berjumlah 365 hari, diadopsi oleh bangsa Romawi.
Julius Caesar, seorang pemipin politik dan militer terkenal yang hidup antara tahun 100-44 SM, menemukan hal kurang tepat dari kalender Mesir Kuno.
Julius Caesar kemudian memerintahkan astronom Republik Romawi, Sosigenes, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sosigenes menemukan bahwa satu tahun revolusi Bumi sama dengan 365,25 hari.
Untuk itu, Sosigenes mengusulkan penambahan satu hari pada bulan Februari setiap empat tahun sekali.
Dari situlah, mulai dikenal tahun kabisat dan ada tanggal 29 Februari setiap empat tahun sekali.
Sistem kalender ini dikenal sebagai Kalender Julian, yang diterapkan sejak 1 Januari 45 SM.
Dengan demikian, dalam Kalender Julian, setiap tiga tahun terdapat 365 hari, dan setiap tahun ke-4 disebut tahun kabisat yang memiliki 366 hari.
Dalam sistem Kalender Julian, tahun kabisat terjadi setiap empat tahun sekali, tanpa kecuali.
Perubahan penghitungan tahun kabisat
Kalender Julian terus digunakan selama berabad-abad hingga Paus Gregorius XIII menemukan ada penghitungan yang kurang tepat.
Cara menghitung tahun kabisat Kalender Julian yang dipastikan datang setiap empat tahun sekali tanpa kecuali dinilai salah.
Kesalahan tersebut akhirnya menyebabkan sistem penanggalan tidak sinkron dengan musim dalam setahun.
Hal ini dikhawatirkan membuat hari Paskah terus bergeser dari tanggal seharusnya.
Selama lima tahun, Paus Gregorius XIII bersama dengan ahli fisika, Aloysius Lilius dan ahli astronomi, Christopher Clavius, mencoba memperbaiki Kalender Julian.
Setelah lima tahun, mereka menemukan bahwa hitungan dalam Kalender Julius, di mana satu tahun adalah 365,25 hari, ternyata kelebihan.
Temuan Paus Gregorius XIII dan timnya adalah, satu tahun yang sebenarnya dihitung sebagai 365,242 hari.
Meski selisihnya terasa sangat sedikit, tetapi selisih waktu tersebut yang terakumulasi selama berabad-abad dapat menggeser waktu equinox.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, kriteria tahun kabisat diubah tidak sesederhana penghitungan Kalender Julian yang dipastikan akan terjadi setiap empat tahun sekali.
Menurut Paus Gregorius XIII, sistem kabisat berlaku empat tahun sekali kecuali tahun yang tidak habis dibagi 400.
Misalnya, tahun 2000 merupakan tahun kabisat, tetapi tidak dengan tahun 2100, 2200, atau 2300.
Sistem penanggalan ini mulai diterapkan pada 1582, yang kemudian dikenal sebagai Kalender Gregorian atau Kalender Masehi, yang saat ini digunakan sebagian besar masyarakat di dunia.
2024 jadi tahun kabisat
Dilansir dari USA Today, tahun 2024 adalah tahun kabisat yang artinya terdapat satu hari pada akhir Februari, yakni 29 Februari 2024.
Tahun kabisat terjadi setiap empat tahun sekali. Sebelumnya, tahun kabisat terjadi pada 2020 dan bakal kembali terjadi pada 2028. Namun, penghitungan tahun kabisat tidak sesederhana itu.
National Air and Space Museum menyebutan, penambahan satu hari dalam tahun kabisat membuat kalender menjadi lebih panjang 44 menit.
Akibatnya, terjadi penyimpangan 13 hari yang menciptakan perbedaan yangs emakin besar selama beberapa abad.
Untuk mengatasi hal tersebut, kalender Gregorian kemudian mereformasi konsep kabisat pada 1582 dengan menghilangkan tahun kabisat dalam tahun-tahun abad yang tidak habis dibagi 400.
Inilah sebabnya tahun 1600 dan 2000 merupakan tahun kabisat, sedangkan tahun 1700, 1800, dan 1900 bukan tahun kabisat.
Dampak ada dan tidaknya tahun kabisat
Dalam kalender lain, seperti kalender Ibrani, kalender Islam, kalender China, dan kalender Ethiopia, semuanya memiliki versi tahun kabisat masing-masing.
Kendati demikian, tahun kabisat pada kalender tersebut tidak semuanya muncul setiap empat tahun dan sering kali terjadi pada tahun yang berbeda.
Beberapa kalender juga memiliki hari kabisat atau bahkan bulan kabisat yang diperpendek.
Selain tahun kabisat dan hari kabisat, kalender Gregorian juga memiliki beberapa detik kabisat, yang secara sporadis ditambahkan ke tahun-tahun tertentu, terakhir pada 2012, 2015, dan 2016.
Namun, The International Bureau of Weights and Measures (IBWM), organisasi yang bertanggung jawab atas ketepatan waktu global, menyatakan akan menghapuskan detik kabisat mulai 2035.
Alasan hari kabisat jatuh pada 29 Februari
Pada abad kedelapan SM, kalender Romawi hanya memiliki 10 bulan, dimulai pada Maret dan berakhir pada Desember.
Sebab, musim dingin dulunya diabaikan, sehingga tidak ada bulan yang menandainya.
Namun, kalender ini hanya memiliki 304 hari, sehingga Januari dan Februari akhirnya ditambahkan ke akhir tahun keagamaan.
Masyarakat Romawi pun segera mulai mengasosiasikan bulan-bulan ini dengan awal tahun sipil. Sekitar 450 SM, Januari dipandang sebagai bulan pertama tahun baru.
Ketika Paus Gregorius XIII menambahkan hari kabisat ke dalam kalender Gregorian pada 1582, ia memilih bulan Februari karena merupakan bulan terpendek, sehingga menjadikannya satu hari lebih panjang pada tahun kabisat.(**)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Profil Gus Muwafiq, Asisten Pribadi Gus Dur, Da'i Berpenampilan Nyentrik |
|
|---|
| Awas! Jenis Telur Ayam Ini Tidak Aman Dikonsumsi Menurut Ahli |
|
|---|
| Profil Muhammad Baron, Jubir Pertamina yang Baru Lulusan Universitas Katolik Parahyangan |
|
|---|
| Tanggal Merah Kalender November 2025 Ada Berapa? Cek Penjelasannya |
|
|---|
| Sinopsis Film The First Ride: Petualangan Kocak Empat Sahabat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.