Tribun Wiki

Sejarah Buruk PPP pada Pemilu 2024, Padahal di Era Orde Baru Pernah Berada di Peringkat Kedua

Pada Pemilu 2024, PPP berakhir babak belur dan tak lolos. Padahal di masa Orde Baru, partai berlambang Kabah ini pernah ditakuti Soeharto

Editor: Array A Argus
HO
Menteri Pariwisata Sandiaga Uno telah resmi bergabung dengan PPP. Sandiaga Uno memang sudah berniat untuk bergabung dengan Partai berlambang Ka'bah itu.  

Perolehan suara PPP turun dari hampir 28 persen pada pemilu legislatif tahun 1982 menjadi 16 persen pada pemilu legislatif tahun 1987, PPP juga dipaksa oleh pemerintah untuk mengganti ideologi Islamnya dengan ideologi nasional Pancasila dan berhenti menggunakan simbol-simbol Islam.

Baca juga: BERIKUT 50 Nama Anggota DPRD Gowa Terpilih 2024-2029, PPP Raup Suara Terbanyak

Akibatnya, partai tersebut mengganti logonya yang menunjukkan tempat suci Kabah di Makkah dengan bintang.

Elemen Nahdatul Ulama demikian kembali ke kancah politik nasional pada tahun 1999 sebagai Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Kebangkitan Umat (PKU), Partai Suni (Solidaritas Umat Nahdliyin Indonesia), dan Partai Nahdlatul Ummah (PNU).

Pada Sidang Umum MPR 1988, Ketua PPP Djaelani Naro dicalonkan sebagai wakil presiden. 

Soeharto, yang terpilih menjadi presiden untuk masa jabatan kelima pada Sidang Umum tersebut, melakukan intervensi.

Ia mencontohkan keputusan MPR tahun 1973 yang salah satu kriteria seorang wakil presiden adalah bisa bekerja sama dengan presiden. Soeharto pun melakukan diskusi dengan Naro dan meyakinkannya untuk menarik pencalonan Naro.

Apa yang dilakukan Naro belum pernah terjadi sebelumnya karena baik Soeharto maupun wakil presidennya selalu terpilih tanpa lawan.

Permasalahannya kali ini adalah pilihan Soeharto terhadap wakil presiden, Soedharmono.

Pilihan Suharto telah menyebabkan perpecahan antara dirinya dan sekutu paling setianya, ABRI.

Banyak anggota ABRI yang tidak menyukai Soedharmono karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya di belakang meja (Soedharmono adalah seorang pengacara militer) dibandingkan sebagai petugas lapangan.

Melihat adanya celah yang bisa dieksploitasi, Naro mencalonkan dirinya mungkin dengan dukungan pribadi dari ABRI yang di depan umum telah menunjukkan dukungannya kepada Soedharmono.

PPP di Masa Reformasi 

PPP tetap menjadi partai terbesar kedua dari tiga partai yang diperbolehkan pada masa Orde Baru.

Menjelang pemilihan legislatif tahun 1997, muncul fenomena Mega Bintang, dimana simpatisan PDI pro-Megawati Soekarnoputri bergabung dengan PPP untuk melawan Golkar.

Di masa kampanye Pemilu 1997, yang menonjol dari fenomena Mega-Bintang adalah berlangsungnya arak-arakan massa bersepeda motor di jalan-jalan dengan mengibarkan bendera PPP, atribut-atribut merah PDI-pro Megawati, foto Megawati, foto Mudrick Sangidu, serta atribut lain perpaduan merah dan hijau.

Pemilu 1997 yang membuat kepercayaan diri PPP muncul lagi dengan peningkatan perolehan suara, hanya dirasakan sekejap saja.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved