Kesehatan

Mengenal Penyakit Lupus yang Diperingati Tiap 10 Mei, Bisa Picu Kematian

Tiap tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Lantas, apa penyakit lupus itu?

Editor: Array A Argus
Thinkstock.com
Ilustrasi 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Setiap tanggal 10 Mei, masyarakat dunia mengenangnya sabagai Hari Lupus Sedunia

Hari Lupus Sedunia didirikan oleh organisasi lupus bernama Lupus Canada yang terdiri dari 13 negara anggota.

Pertama kali Hari Lupus Sedunia berlangsung pada tahun 2004.

Hari ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit lupus yang merupakan kelainan yang tidak banyak diketahui oleh orang.

Baca juga: Viral ASI Bubuk untuk Bayi, Amankah Dikonsumsi Buah Hati? Berikut Penjelasan IDAI

Selain itu adanya hari ini juga untuk mengingatkan pada dampak lupus yang berbahaya.

Lantas, apa itu penyakit lupus?

Penyakit Lupus

Lupus atau biasa dikenal Systemic Lupus Erythematosus merupakan penyakit reumatik autoimun yang menyerang berbagai macam organ dan memiliki berbagai macam gejala.

Penyakit ini disebabkan oleh kesalahan sistem imun dalam mengenali sel tubuh kita yang dianggap sebagai musuh.

Penyebab pasti dari lupus masih belum jelas.

Baca juga: Apa Itu Ulkus Dekubitus, Berikut Penyebab dan Cirinya pada Tubuh Manusia

Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, lupus diketahui terjadi akibat berbagai macam faktor.

Tidak terdapat faktor tunggal yang menjadi tersangka utama dalam terjadinya penyakit ini.

Faktor keturunan, lingkungan, dan hormonal menjadi tiga kombinasi yang menyebabkan sistem imun tidak dapat mengenali yang mana teman dan yang mana lawan.

Apa saja gejala penyakit lupus?

Gejala penyakit lupus paling sering ditemui adalah nyeri sendi yang tidak kunjung sembuh, ada ruam merah berbentuk kupu-kupu wajah, sariawan yang tidak kunjung sembuh namun tidak nyeri, hingga kejang.

Masih banyak gejala yang dapat timbul oleh penyakit lupus.

Baca juga: 4 Kebiasaan Jadi Penyebab Terbentuknya Penyakit Autoimun yang Diidap Babe Cabita Sebelum Meninggal

Oleh karenanya, penyakit lupus seringkali disebut sebagai penyakit 1001 wajah.

Picu Kematian

Penderita penyakit lupus tak jarang berakhir meninggal dunia.

Seperti yang dialami Shena Malsiana (32) penyanyi jebolan X Factor Indonesia 2012.

Shena meninggal dunia pada Rabu (25/10/2023) silam.

Shena didiagnosa menderita penyakit lupus nefritis.

Baca juga: 5 Manfaat Konsumsi Ikan untuk Sahur Menyehatkan Jantung hingga Mengurangi Risiko Penyakit autoimun

Lupus nefritis merupakan peradangan pada ginjal akibat penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau dikenal dengan nama lupus.

Gejalanya bisa meliputi penumpukan cairan di tubuh dan meningkatnya urine yang keluar. Kondisi ini bisa dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Untuk mengetahui lupus nefritis lebih lanjut, berikut penjelasannya.

Lupus nefritis adalah penyakit yang mana kekebalan tubuh menyerang sel dan organ tubuh itu sendiri, seperti yang dikutip dari Mayo Clinic. Kondisi tersebut disebut sebagai penyakit autoimun.

Lupus menyebabkan sistem kekebalan tubuh membuat protein yang disebut autoantibodi.

Protein ini menyerang berbagai jaringan dan organ dalam tubuh, termasuk ginjal.

Baca juga: Gara-gara Sering Jajan di Luar, Wanita Ini Syok Divonis Idap Autoimun, Mulanya Muncul Bercak Merah

Lupus nafritis terjadi ketika autoantibodi itu menyerang ginjal dan memengaruhi proses penyaringan limbah di sana.

Hal ini menyebabkan pembengkakan dan iritasi pada ginjal yang disebut peradangan (inflamasi).

Sehingga dapat dipahami, lupus nefritis adalah peradangan dan kerusakan pada ginjal akibat lupus eritematosus sistemik (SLE), seperti yang dikutip dari Cleveland Clinic.

Lupus nefritis menghalangi ginjal untuk berfungsi dengan benar, seperti: Mengontrol tekanan darah dan volume darah, Menyaring limbah dari darah, Mempertahankan tingkat cairan tubuh yang tepat, termasuk garam, asam, dan mineral, Mengatur kadar hormon.

Hal itu dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius, termasuk gagal ginjal dan penyakit ginjal stadium akhir.

Baca juga: 4 Jenis Makanan yang Dianjurkan Dikonsumsi Penderita Autoimun

Lupus nefritis terjadi karena antibodi tubuh secara keliru menyerang ginjal sendiri. Akibatnya, terjadi peradangan dan fungsi ginjal menjadi tidak normal.

Peradangan jangka panjang menyebabkan jaringan parut dan kerusakan ginjal secara permanen.

Menurut Mayo Clinic, lupus nefritis ini memiliki beberapa faktor risiko yang membuatnya lebih rentan terjadi pada orang tertentu. Lupus nefritis lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita.

Orang kulit hitam, orang Hispanik, dan orang Amerika keturunan Asia lebih mungkin menderita lupus nefritis dibandingkan orang kulit putih.

Baca juga: Muka Artis Cantik ini Memerah & Divonis Sakit Autoimun, Hobi Suntik dan Minum Vitamin Pemutih Kulit

Mengutip Cleveland Clinic, gejala lupus nefritis dapat meliputi berikut:

Edema (pembengkakan karena penumpukan cairan) di tubuh bagian bawah atau di sekitar mata.

Demam yang tidak diketahui penyebabnya Hematuria (darah dalam urin).

Tekanan darah tinggi

Peningkatan buang air kecil, terutama pada malam hari.

Nyeri atau bengkak pada sendi dan nyeri otot.

Proteinuria (protein dalam urin), yang sering menyebabkan urin Anda terlihat berbusa.

Ruam merah di kulit wajah.

Berat badan bertambah karena kelebihan cairan dalam tubuh.

Gejala lupus nefritis cenderung berkembang sekitar lima tahun setelah gejala lupus pertama kali muncul.

Olahraga Bagi Penyintas Autoimun

Penyakit lupus termasuk kategori penyakit autoimun.

Namun, penderitanya tetap bisa melakukan olahraga.

Dikutip dari Tribun Kesehatan, Chairman of ALIVE sekaligus dokter penyakit dalam Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI menganjurkan agar penderita autoimun melakukan olahraga jalan kaki hingga renang.

Tapi perlu diwaspadai saat berenang, jangan sampai terpapar sinar matahari.

"Biasanya kita yang ringan, jalan, renang, renang kalau tidak boleh kena matahari. Penyakitnya lupus tidak boleh kena matahari,"ungkapnya dalam launching Allergy Immunology Autoimmune & Vaccine Clinic (ALIVE) RS Eka Hospital di Tanggerang, Rabu (31/1/2024).

Tapi ada juga sebagian penyintas autoimun yang boleh terpapar sinar matahari.

Kalau bisa jangan terpapar sinar matahari yang terlalu terik. Harus disesuaikan berapa lama dan jam berapa yang dianjurkan.

Selain itu, ada hal lain yang perlu dihindari saat penyintas autoimun ingin berenang.

"Renang itu oke, tapi kalau ada kelainan kulit, jangan. Kaporit kan tinggi, senam paling bagus sama jalan kaki," tutupnya.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved