Tribun Wiki
Menakar Bencana Dahsyat Dampak Megathrust di Wilayah Sumatera, Ada Gempa dan Tsunami
Fenomena megathrust dikhawatirkan akan menimbulkan bencana dahsyat yang ada di wilayah Sumatera
TRIBUN-MEDAN.COM,- Fenomena megathrust tak lepas dari pergerakan lempeng yang ada di bawah permukaan bumi.
Megathrust sendiri merujuk pada mekanisme lempeng samudra yang menghujam ke bawah lempeng benua termasuk dalam kategori thrust (mendorong) atau reverse (terbalik).
Karena area yang mengalami tersebut sangat luas, sehingga sering disebut dengan megathrust.
Indonesia sendiri berada di antara pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yakni lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia (Indo-Australia), dan lempeng Pasifik.
Baca juga: TAK TERDUGA Alasan Presiden Jokowi Belum Tinjau Lokasi Bencana Banjir Lahar Dingin Sumatera Barat
Karena kondisi itu pula, Indonesia kerap terdampak pada bencana geologi, yang diakibatkan pergeseran masing-masing lempeng tersebut.
Dilansir dari Kompas.com yang dikutip dari laman Kementerian ESDM, jalur megathrust di Indonesia memanjang dari sebelah barat ujung utara Sumatera ke selatan Jawa hingga di selatan Bali dan Nusa Tenggara yang terbagi-bagi ke dalam beberapa segmen.
Zona megathrust sendiri, seperti dikutip dari Antara, berada di zona subduksi aktif.
Seperti subduksi Sunda (mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba), subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.
Baca juga: Sejarah Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang Diperingati Tiap 26 April
Menurut ulasan Kompas.id, berdasar data Pusat Gempa Nasional, 2017, Indonesia memiliki 13 segmentasi megathrust yang aktif dan berpotensi menyebabkan gempa besar serta tsunami.
Zona tersebut yaitu Aceh-Andaman, Nias-Simeulue, Kepulauan Batu, Mentawai-Siberut, Mentawai–Pagai, Selat Sunda Banten, Selatan Jawa Barat-Jawa Tengah, Selatan Jawa Timur, Sumba, Papua, Utara Sulawesi, dan Subduksi Lempeng Laut Filipina.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), data STATISTA pada periode 1990 sampai dengan 2024 menyebut bahwa Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara paling banyak dilanda gempa setelah China.
Kejadian gempa ini salah satunya disebabkan oleh aktivitas yang terjadi di zona megathrust yang kemudian disebut dengan gempa megathrust.
Baca juga: Eks Kepala dan Bendahara BPBD Deli Serdang Ditahan, Korupsi Dana Sosialisasi Penanggulangan Bencana
Dilansir dari Kompas.id, gempa megathrust adalah serangkaian proses kejadian di mana salah satu lempeng tektonik bertemu dan meluncur perlahan-lahan di bagian bawah lempeng lainnya.
Sehingga kemudian seluruh aktivitas gempa yang berasal dari zona megathrust dapat disebut sebagai gempa megathrust.
Sumber gempa ini terbanyak berasal dari zona megathrust, yaitu pada lokasi tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Tumbukan kedua lempeng ini dapat memicu terjadinya gempa megathrust yang kemudian membuat istilah tersebut lebih dikenal masyarakat sebagai jenis gempa tektonik dengan skala yang besar atau tinggi.
Baca juga: Mengenal Sesar Lembang, Patahan Bumi yang Bisa Memicu Bencana Dahsyat Mematikan di Wilayah Bandung
Padahal gempa di zona megathrust tidak selalu memiliki kekuatan yang besar, namun memiliki berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.
Data menunjukkan bahwa gempa-gempa kecil yang tidak berpotensi merusak lebih umum terjadi di zona megathrust.
Walau begitu, zona megathrust tetap memiliki potensi untuk membangkitkan gempa-gempa yang kuat.
Selain itu, ketika terdapat kejadian gempa yang berlokasi di dasar laut, pergeseran lempeng yang signifikan dapat mengakibatkan dampak yang berbeda.
Baca juga: Apa Itu Porta Potty di Dubai yang Merebak di Tengah Bencana Banjir Dahsyat, Sangat Menjijikkan
Adanya pergerakan vertikal besar di dasar laut dapat menimbulkan gelombang tsunami yang bergerak cepat melintasi samudra dan mencapai pantai-pantai di sekitarnya.
Baik gempa dan gelombang tsunami ini dapat mengakibatkan kerusakan yang parah dan potensi hilangnya banyak nyawa apabila tidak ada antisipasi dan sistem peringatan dini yang baik.
Penjelasan Ahli
Dilansir dari Tribun Jabar, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko angkat bicara terkait potensi ancaman gempa dan tsunami di zona megathrust
Menurut Widjo, memang benar bahwa tsunami yang bersumber dari gempa megathrust di Indonesia akan berdampak katastropik yaitu tinggi tsunami bisa lebih dari 10 meter, tetapi ia menegaskan belum ada kajian terperinci dan detail mengenai hal ini.
Baca juga: 18 Orang Tewas Tertimpa Bencana Longsor di Sulawesi Selatan, 2 Orang Masih Hilang, Ini Identitasnya
"Gempa megathrust di wilayah kita dengan Magnitude di atas M 8,5 timbulkan tsunami lebih dari 10 meter, dengan rendaman bisa lebih dari 2-3 kilometer jauhnya ke daratan," kata Widjo kepada Kompas.com, Jumat (5/3/2021).
Sehingga, jika gempa di zona megathrust ini terjadi, hampir dipastikan tidak ada bangunan atau perumahan yang bisa bertahan, kecuali bangunan yang dirancang khusus tahan gempa atau tsunami barangkali bisa bertahan.
Setting lempeng tektonik Sunda Megathrust
Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan dalam pembahasannya juga menyebutkan beberapa daera zona aktif gempa pada Januari 2021 yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah.
Di antaranya adalah Aceh, Nias, Padang, Bengkulu, Lombok, Sumbawa, Sumba, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Laut Maluku, dan Seram.
Widjo menjelaskan, Aceh sudah dihantam gempa besar dengan kekuatan magnitudo M 9 di tahun 2004 lalu.
Fenomena tersebut diprakirakan akan berulang dalam beberapa ratus tahun ke depan, yaitu sekitar 400-600 tahun lagi di sumber titik lokasi yang sama.
Akan tetapi, hal ini bukan berarti masyarakat bisa abai dari kewaspadaan potensi gempa bumi yang lebih kecil kekuatan magnitudonya.
"Gempa bumi yang lebih kecil juga tetap bisa timbulkan tsunami dengan kategori moderate atau medium," ucap dia.
Dijelaskan Widjo, beberapa bulan terakhir aktivitas gempa bumi secara beruntun terjadi di daerah megathrust salah satunya seperti Megathrust Enggano.
"Ini perlu diwaspadai, mengingat hasil kajian yang menunjukkan gempa bumi besar hampir selalu diikut dengan gempa pendahuluan," ujarnya.
Mengenai daftar wilayah yang berpeluang terdampak jika gempa megathrust dan tsunami katastropik terjadi, Widjo dengan tegas mengatakan tidak ada yang tahu pasti kapan dan di mana titik gempa zona megathrust itu akan terjadi.
"Bagaimana pun, gempa bumi masih belum bisa diprediksi secara tepat, baik magnitudo, lokasi dan waktunya," jelasnya.
Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) perlu menyiapkan mitigasi yang baik di setiap daerah yang berpotensi tinggi terhadap gempa bumi yang bisa diikuti tsunami.
"Peta bahaya tsunami dan evakuasi dengan skala yang detil serta protokol evakuasi perlu disosialisasikan dan rutin ke masyarakat secara rutin," ujarnya.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
DAFTAR 7 Nama Lulus Seleksi Administrasi Lelang Jabatan Inspektorat Medan |
![]() |
---|
Ramalan Zodiak 5 Agustus 2025 Mulai dari Aries Hingga Pisces, Lengkap Soal Prediksi Nasib |
![]() |
---|
Profil Sulthan Zaky, Pemain Timnas yang Siap Berkarier di Liga Kamboja |
![]() |
---|
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Agustus 2025, Dimulai Pekan Ini |
![]() |
---|
Profil Elon Musk, Orang Terkaya di Dunia yang Kalahkan Mark Zuckerberg |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.