Tribun Wiki

Mengenal Hari Bhatara Sri Umat Hindu Bali, Berdoa di Sawah untuk Dewi Kemakmuran

Masyarakat Hindu Bali mengenal sebuah tradisi dan ritual bernama Hari Bhatara Sri. Ini momen untuk berdoa bagi dewi kemakmuran

Editor: Array A Argus
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
ILUSTRASI- Umat Hindu mengikuti persembahyangan Hari Raya Kuningan di Pura Agung Raksa Buana, Medan, Sabtu (26/9/2020). Hari Raya Kuningan merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan yaitu perayaan kemenangan "Dharma" (kebenaran) melawan "Adharma" (kejahatan) yang dirayakan umat Hindu dengan melakukan persembahyangan bersama. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Umat Hindu Bali mengenal sebuah tradisi atau upacara Hari Bhatara Sri.

Hari Bhatara Sri sendiri merupakan momentum bagi masyarakat umat Hindu Bali untuk berdoa pada dewi kemakmuran

Di tahun ini, Hari Bhatara Sri jatuh pada Kamis (23/5/2024).

Dilansir dari Kompas.com, Hari Bhatara Sri dirayakan setiap enam bulan sekali.

Hari ditentukan berdasarkan wuku yaitu Merakih yang bertemu dengan Saptawara Sukra (Jumat) dan Pancawara Umanis.

Bhatara Sri sendiri merupakan dewi kemakmuran atau dewi yang pemurah dan pemberi rejeki.

Baca juga: Mengenal Tradisi Ritual Marrobu-robu Masyarakat Batak Simalungun Sebelum Menanam Padi

Di hari ini umat hindu akan berkumpul dan berdoa di titik yang terdapat bahan pangan seperti di sawah atau lumbung padi.

Dilansir dari Pos Kupang, dalam lontar Sundarigama disebutkan: "Merakih, Sukra Umanis pujawalin Betara Rambut Sedana ngaran Sang Hyang Rambut Kephala"

Sukra Umanis Merakih merupakan hari pemujaan kehadapan Bhatara Rambut Sedana, atau beliau juga disebut sebagai Sang Hyang Rambut Kephala.

Lebih lanjut disebutkan untuk banten atau sarana upakaranya yaitu sebagai berikut.

"Widi-widanania suci, daksina, peras, penek, ajuman, sodaan putih kuning, astawakna ring Sang Hyang Rambut Sedana, kalingania pinujakna maring raganira, orta rejata, kenake, yatike pakerti ring sang Hyang Kala Mejaya"

Baca juga: Mengenal Ritual Hahomion, Upacara Adat Pembuka Acara Tao Silalahi Art Festival

Upakaranya yaitu suci, daksina, peras, penek, ajuman, sodaan putih kuning. Banten ini dihaturkan kepada Sang Hyang Rambut Sedana dipuja melalui pralingga beliau, yang berujud perak, mas, uang, juga ditujukan kepada Sang Hyang Kamajaya.

Sejarah Hari Bhatara Sri

Adapun sejarah kemunculan Bhatara Sri dipercayai sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha di Bali.

Bhatara Sri dianggap sebagai dewa yang memiliki kekuatan besar dan kharismatik.

Dewa Bhatara Sri atau Sang Hyang Rambut Kephala, dikenal sebagai dewa yang memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Bali.

Dalam kepercayaan masyarakat Bali, Bhatara Sri memegang peran penting sebagai penjaga alam semesta dan memimpin semua jenis makhluk hidup.

Baca juga: Tradisi Ritual Mangalontik Ipon pada Masyarakat Batak Toba Sebagai Tanda Kedewasaan

Ia juga memiliki tugas memelihara keseimbangan alam dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.

Kepercayaan akan Bhatara Sri sangat kuat di kalangan masyarakat Bali.

Pada upacara keagamaan Bali, Bhatara Sri dihormati dan dipuja melalui berbagai bentuk ritual.

Seperti mempersembahkan tumbal, melakukan puja dan doa, serta memainkan musik tradisional Bali.

Bhatara Sri sering digambarkan sebagai dewa dengan kekuatan besar dan tampan.

Ia juga sering ditampilkan dengan beberapa atribut seperti tongkat, topi, dan pedang.

Baca juga: Ritual Hahomion Mangelek Digelar saat Bupati Dairi Resmikan Pelabuhan Silalahi di Desa Paropo

Banyak mitos dan varian cerita yang berkembang dalam masyarakat Bali tentang Bhatara Sri.

beberapa masyarakat yang percaya bahwa Bhatara Sri memiliki kekuatan khusus, seperti membawa hujan dan memimpin arus air.

Menurut upacara keagamaan Bali, Bhatara Sri sering digambarkan sebagai dewa yang memiliki hubungan erat dengan Dewi Sri, dewi keberuntungan dan kekayaan.

Kedua dewa ini sering ditempatkan sebagai pasangan yang saling melengkapi.

Tarian tradisional merupakan bagian penting dari ritual Bhatara Sri dengan musik gamelan.

Gerakan tari diiringi dengan doa dan pemujaan kepada Dewa.

Ritual ini mempererat ikatan batin para penganut dan membentuk komunitas spiritual yang kuat.

Baca juga: 10 Tradisi Unik Perayaan Paskah yang Ada di Berbagai Belahan Dunia

Baik ikatan antar para penganut maupun ikatan antar penganut dengan Dewa.

Pemberian seperti bunga, makanan, dan minuman kepada Bhatara Sri juga disediakan oleh para penganut Di Bali.

Rangkaian Ritual Bhatara Sri biasanya dimulai dengan pemujaan terhadap Dewa Siwa dan Dewi Parvati yang dilakukan melalui tarian, musik, dan puja.

Kemudian, umat Hindu akan membakar bunga dan bahan bakar lain sebagai tanda pemujaan.

Setelah itu, mereka akan melakukan tarian bersama dan berdoa untuk keberkahan dan kesejahteraan.

Pertunjukan wayang juga cukup sering dilakukan sebagai bagian dari Bhatara Sri dalam beberapa upacara.

Baca juga: Upacara Perumahan Begu, Ritual Pemanggilan Roh Suku Karo

Ritual ini biasanya berlangsung dengan prosesi yang dipimpin oleh pemimpin keagamaan dan dilakukan di tempat-tempat keagamaan seperti pura atau kuil.
 
Ritual Bhatara Sri sangat penting bagi umat Hindu dan biasanya dirayakan dengan sangat meriah.

Ritual ini juga merupakan sarana bagi umat Hindu untuk berkumpul bersama dan memperkuat rasa kekeluargaan dan persaudaraan.

Mereka biasanya akan makan bersama dan berbagi kisah dan pengalaman selama tahun yang lalu.

Bhatara Sri menunjukkan bagaimana tradisi Hindu masih hidup dan kuat di Indonesia dan bagaimana orang-orang dapat terhubung dengan para dewa melalui ritual dan aktivitas spiritual lainnya.

Baca juga: Tradisi Meraleng Tendi pada Suku Pakpak, Ritual Penjemput Semangat

Keberadaan dan pengaruh Bhatara Sri memainkan peran besar dalam memperkaya budaya Hindu di Indonesia.

Hal Ini membantu menjaga tradisi dan nilai-nilai Hindu yang kuat, dan memastikan bahwa budaya Hindu tetap hidup dan berkembang untuk diteruskan dari generasi ke generasi.

Dengan demikian, Bhatara Sri memainkan peran penting dalam hidup para penganut Hindu di Indonesia.

Ini membantu mereka menjaga tradisi dan memperkuat hubungan spiritual mereka dengan para dewa.

Ritual ini juga membantu membentuk komunitas spiritual dan mempererat ikatan batin antar penganut.

Larangan dan Pantangan

Pada hari ini, terdapat beberapa hal yang bisa dan tidak baik dilakukan seperti:

Kala Beser yakni baik untuk menyadap tirta, mengasah taji, tombak.

Namun tidak baik untuk membuat empangan/bendungan, berbicara yang sifatnya rahasia. (Alahing dewasa 4).

Kala Mina yakni baik untuk membuat peralatan penangkap ikan, tombak, dan baik untuk menangkap ikan. (Alahing dewasa 3).

Kala Sor yakni tidak baik untuk bekerja hubungannya dengan dengan tanah seperti membajak, bercocok tanam, membuat terowongan. (Alahing dewasa 3).

Rangda Tiga yakni tidak baik melakukan upacara pawiwahan. (Alahing dewasa 3).

Pararasan: Aras Tuding, Pancasuda: Satria Wirang, Ekajalaresi: Luwih Bagia, Pratiti: Jati. (*)

.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved