Tribun Wiki
2 Hal Ini Tidak Boleh Dilakukan Orangtua saat Anak Tantrum
Bagi Anda yang memiliki anak kecil, tentu masalah yang sering dihadapi adalah ketika sang anak tantrum. Ini yang tidak boleh dilakukan
Ini yang tidak boleh dilakukan orangtua saat anak tantrum
TRIBUN-MEDAN.COM,- Tantangan setiap orangtua dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya tentu berbeda-beda.
Ada yang tipikal anaknya pendiam, tapi ada juga yang sering tantrum.
Umumnya, anak yang sering tantrum kerap kali ngamuk dibarengi aksi teriak, atau berguling-guling di lantai.
Kadang ada anak yang berprilaku agresif dengan memukul orangtunya.
Baca juga: 8 Ciri Sapi Bebas Antraks, dan 6 Tips Memilih Hewan Kurban yang Sehat
Dilansir dari Tribunnews.com, tantrum adalah masalah perilaku yang umum dialami oleh anak saat mengekspresikan kemarahan.
Tantrum pada anak-anak usia 1–4 tahun sebenarnya cukup wajar, karena mereka belum mampu mengungkapkan keinginan atau perasaan mereka dengan kata-kata.
Orang tua tidak perlu panik atau khawatir saat menghadapinya, tetapi perlu memahami ambang batas wajar tantrum pada anak dan mengenali jenis tantrum yang terjadi agar dapat menghadapinya dengan tepat
Anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), I Gusti Ayu Trisna Windiani mengungkap ada dua hal yang tidak boleh dilakukan orangtua saat anaknya mengalami tantrum.
Pertama, saat tantrum orangtua jangan berteriak pada anak.
Baca juga: Cegah Stunting, Ini Tips dari Dokter Bagi Ibu Hamil
"Ketika anak tantrum jangan berteriak," ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan IDAI, Rabu (24/4/2024).
Kalau orangtua meninggikan suara, anak bisa meningkatkan dua kali kekuatan tantrum.
Beri anak time out.
Abaikan perilaku tantrum dan bukan anaknya.
Orangtua tetap mengawasi dari kejauhan sampai tantrum anak mereda.
Kedua, ketika anak tantrum karena menginginkan sesuatu dan dilarang karena suatu hal, orangtua jangan mudah menyerah.
"Mudah menyerah dan tidak konsisten, itu berbahaya. Kalau (saya) menyampaikan ini di tempat praktik, berubah dulu orangtua dulu. Jangan harap anak berubah. Orangtua (dulu) yang berubah," imbaunya.
Baca juga: Tips Bebas Boncos: Atur Limit Debit BRI Pakai BRImo!
Orangtua perlu konsisten dan disiplin menegakkan aturan, jangan mudah berubah.
Karena kalau tidak, akan tertanam di dalam otak anak.
"Kita harus nangis dulu, itu lah metode paling efektif kalau nenek saya pasti tidak tega guling-guling. Makin besar, makin pintar, makin lama tantrum. Ingat dua hal itu," pungkasnya.
Jenis Tantrum pada Anak
Dilansir dari laman siloamhospital, setidaknya ada tiga jenis tantrum pada anak yang harus diketahui orang tua.
1. Tantrum Manipulatif
Tantrum manipulatif muncul saat keinginan anak tidak terpenuhi dengan baik.
Anak akan tantrum dengan cara dibuat-buat untuk mendorong orang lain, khususnya orang tua, memenuhi keinginannya.
Tidak semua anak tantrum ketika dihadapkan pada kondisi tersebut, tapi tantrum jenis ini seringkali terjadi karena anak mengalami penolakan atas apa yang diinginkannya.
Baca juga: 5 Tips Jaga Kesehatan Bagi Jemaah Haji yang Hendak ke Tanah Suci, Jalan Kaki Jadi Kunci
2. Tantrum Frustasi
Jenis tantrum pada anak yang selanjutnya adalah tantrum frustasi.
Jenis tantrum ini terjadi karena anak belum bisa mengekspresikan apa yang dirasakan dirinya dengan baik.
Pemicu tantrum frustasi antara lain kelelahan, kelaparan, kegagalan dalam melakukan sesuatu, serta stres akibat tekanan lingkungan sekitar.
3. Tantrum Putus Asa
Tantrum putus asa ditandai dengan anak yang cenderung diam, seperti kehilangan gairah dalam melakukan sesuatu, merasa tidak berdaya, dan putus asa.
Hal ini biasanya terjadi karena ledakan emosi yang cukup tinggi akibat rasa ketakutan atau ketidaknyamanan yang cukup besar, namun anak tidak berani menyuarakannya.
Baca juga: 6 Tips Agar Tidak Tersesat di Masjidil Haram Bagi Jemaah Haji di Mekkah
Cara Mengatasi Tantrum pada Anak
Tantrum pada anak terkadang merepotkan dan membuat orang tua jengkel, tapi di sini letak peran orang tua dalam membantu tumbuh kembang anak, khususnya dalam pembangunan karakternya.
Hindari kekerasan pada anak tantrum, sebaliknya lakukan sejumlah cara komunikatif antara lain:
1. Berikan Pelukan pada Anak
Cara mengatasi tantrum pada anak yang pertama adalah dengan memberikan pelukan. Memberikan pelukan pada anak berguna untuk meredakan emosinya.
2. Temani Anak
Cara menghadapi anak tantrum selanjutnya adalah tetap menenami anak ketika kondisi tersebut sedang berlangsung.
Menemani anak saat mereka tantrum berguna agar mereka tidak merasa diabaikan.
Baca juga: 5 Cara Mengobati Demam Berdarah dan 7 Tips Mencegahnya
3. Alihkan Perhatian Anak
Mengalihkan perhatian anak bisa menjadi salah satu cara mengatasi anak tantrum.
Mengalihkan perhatian anak bisa dengan mengajak jalan-jalan atau memberikan makanan favoritnya.
4. Hindari Hukuman Fisik
Memberikan hukuman fisik seperti memukul anak pada saat tantrum bukanlah hal yang baik.
Jenis pola asuh seperti ini justru akan memberikan contoh buruk pada anak.
5. Cari Tahu Penyebabnya
Jika tantrum pada anak sudah mereda, ajak anak berkomunikasi untuk tahu penyebabnya.
Pada beberapa kasus, tantrum pada anak dapat disebabkan oleh separation anxiety disorder atau perasaan sedih berlebih ketika berpisah dengan orang tua.
Jika Anda telah melakukan sejumlah cara di atas namun tantrum pada anak tetap sering terjadi dan semakin parah, segera konsultasikan dengan Dokter Spesialis Pediatr (Anak).
(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Pentingnya Membaca Sholawat Nabi Muhammad S.A.W dalam Kehidupan Menurut Ustaz Abdul Somad |
![]() |
---|
Contoh Susunan Acara Maulid Nabi untuk Sekolah, Masjid, Hingga Kantoran |
![]() |
---|
Kalender Jawa Weton Selasa Pahing 2 September 2025, Waspadai Stres Berlebih |
![]() |
---|
Daftar Tanggal Merah Libur Nasional Bulan September 2025, Cek Tanggalnya |
![]() |
---|
Awas! Pelaku Penjarahan Bisa Dijerat Pidana, Simak Penjelasan Pakar Berikut Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.