Berita Viral

DERETAN Kasus Piton Mangsa Manusia, Terbaru Ibu Farida Ditelan, Ahli Ungkap Penyebabnya

Deretan kasus ular piton memangsa manusia di Indonesia. Ahli ungkap penyebabnya! 

|
Editor: AbdiTumanggor
Istimewa
NASIB PILU Ibu Farida, Ditunggu-tunggu Tak Kunjung Pulang ke Rumah, Ternyata Ditelan Ular Piton. (Istimewa) 

Impian bertemu bayi sekaligus rencana menunaikan ibadah puasa Ramadan 1438 H.

Suami Munariah (Muna) itu belum cukup mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit di kampung halamanya, Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar.

Tanaman kelapa sawit tumpuan harapan dompet tipisnya. Namun, perjuangan sang ayah gagal telak Minggu itu.

Ketika tengah memanen di kebun sawitnya, Dusun Pangerang, ular piton raksasa datang memangsa. Akbar ditelan bulat-bulat piton raksasa 7,1 meter.

Jasad Akbar ditemukan utuh di perut ular piton, Senin (27/3/2017) malam.

Peristiwa di Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Senin (27/3/2017) malam.

Jenazah Akbar dimakamankan di pekuburan Islam, Pantai Desa Salubiro, Selasa (28/3/2019) sekitar pukul 11.00 Wita.

Anak pertamanya berusia lima tahun, sementara anak keduanya baru berusia tiga bulan kala itu.

Ular piton terjebak di antara pagar besi
Ular piton terjebak di antara pagar besi (Ist)

Bagaimana ular bisa memangsa manusia?

Ular sanca kembang atau ular Python reticulatus memang sangat kuat.

Ular piton melilit mangsanya dan menghancurkannya, membunuhnya sampai mati lemas atau menderita serangan jantung.

Namun memakan mangsanya adalah masalah lain.

Ular piton tidak mengunyah makanannya, tapi harus menelan utuh mangsanya.

Untungnya rahang ular dihubungkan oleh berbagai ligamen yang sangat fleksibel, sehingga rahangnya mampu meregang jika memakan mangsa dalam ukuran besar.
Meski begitu, tetap ada keterbatasan.

"Faktor yang membatasi adalah tulang belikat manusia karena tidak bisa dilipat," ujar Mary-Ruth Low, staf konservasi & riset dari lembaga Wildlife Reserves Singapore sekaligus pakar ular piton mengatakan kepada BBC.

Jadi kendati ular piton - yang merupakan ular terpanjang di dunia - sudah banyak menyerang manusia di masa lampau, para ahli sudah lama mempertanyakan apakah mereka bisa menelan manusia dewasa.

Bagaimana dengan hewan-hewan besar lainnya?

"Ular piton hanya menyantap mamalia," kata Low menggaris bawahi, meskipun mereka kadang-kadang memangsa reptil, termasuk buaya.

Awalnya mereka memangsa tikus dan hewan-hewan kecil lainnya, katanya, "tapi setelah mencapai ukuran tertentu, mereka hampir tidak mengiraaukan tikus dan hewan-hewan sejenisnya lagi, karena asupan kalori yang akan didapat sudah tidak mencukupi."

"Intinya mereka bisa memakan mangsa sebesar mungkin." Seperti babi atau bahkan sapi.

Kadang-kadang mereka salah perhitungan juga dalam memilih santapannya.

Pada tahun 2005 seekor ular Sanca Burma berusaha menelan bulat-bulat seekor buaya.

Yang terjadi, kedua hewan itu mati: buaya bisa ditelan sebagian, namun mengakibatkan perut ular itu pecah saat memamahnya.

Bangkai keduanya ditemukan oleh para penjaga hutan di Florida.

Tapi pemburu oportunistik ini bisa memilih-milih mangsa juga.

Jika mereka tidak mendapat mangsa yang benar-benar cocok, mereka bisa menyantap yang kecil-kecil untuk sementara sampai akhirnya mereka menemukan mangsa yang cukup besar. Tapi manusia tetap tak masuk dalam menu utama mereka.

Pada tahun 2002 seorang bocah lelaki berumur sepuluh tahun dilaporkan telah ditelan oleh seekor ular piton di Afrika Selatan, tapi yang disantap sang korban bukan dewasa, dan pemangsanya bukan sanca kembang seperti ular yang memangsa Akbar di Mamuju, Sulawesi Barat, beberapa waktu silam.

Ini bukan laporan pertama tentang ular piton yang memangsa manusia.

Antropolog Thomas Headland, yang menghabiskan puluhan tahun meneliti suku Agta, suku pemburu-pengumpul di Filipina, menyebut seperempat dari lelaki suku ini pernah diserang oleh ular piton.

Dalam penelitiannya, Thomas menguraikan meski hampir semua orang mampu mengatasi dan mengusir ular-ular itu dengan parang, namun kaum dewasa suku Agta - yang secara fisik memiliki postur tubuh yang kecil - kadang-kadang dimangsa ular, paparnya dalam riset itu.

Tetapi dalam kehidupan modern, ular piton ini sangat jarang menyerang dan kalaupun terjadi (menyerang) karena lebih sebagai upaya pembelaan diri ular-ular itu, karena kondisi alamnya semakin terdesak.

Pakar ular dari Universitas Brawijaya Surabaya, Nia Kurniawan, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa ular sanca sensitif terhadap getaran, kebisingan dan panas dari lampu, sehingga mereka biasanya menghindari pemukiman manusia.

Tapi mereka korban, katanya, bisa jadi naas mengingat tempat perburuan ular, bahwa kebun itu dulunya adalah hutan tempat ular itu berburu mangsa yang lain.

(*/Tribun-medan.com)

Baca juga: NASIB PILU Ibu Farida, Ditunggu-tunggu Tak Kunjung Pulang ke Rumah, Ternyata Ditelan Ular Piton

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved