Rumah Warga Diserang di Saentis

Nurlelani Ceritakan saat Saksikan Suaminya Tewas Dibantai Puluhan Orang yang Serang Rumahnya

Ia tidak pernah menyangka, suaminya bernama Sarengat meninggal dunia secara tragis usai dibacok oleh puluhan orang yang menyerang rumahnya.

TRIBUN MEDAN/ALFIANSYAH
Nurlelani, saat menceritakan kronologis suaminya yang tewas setelah dibantai puluhan orang di rumahnya Jalan Simpang Kariman, Pasar III, Desa Saentis, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang, Kamis (13/6/2024). TRIBUN-MEDAN/ALFIANSYAH 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kesedihan dan trauma yang mendalam masih dirasakan oleh Nurlelani, wanita berusia 60 tahun yang tinggal di Jalan Simpang Kariman, Pasar III, Desa Saentis, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang.

Ia tidak pernah menyangka, suaminya bernama Sarengat meninggal dunia secara tragis usai dibacok oleh puluhan orang yang menyerang rumahnya.

Masih teringat jelas olehnya, kejadian yang terjadi pada Sabtu (4/5/2024) silam, dimana ada puluhan orang yang tak dikenal mendatangi rumahnya.

Malam itu, keluarga yang kesehariannya sebagai pengembala hewan ternak ini sedang berkumpul di dalam rumah.

Ditengah keheningan malam, tiba-tiba terdengar suara puluhan orang menggeruduk rumahnya, sambil meletuskan petasan dan lemparan batu.

"Waktu kejadian saya di dalam rumah. Waktu itu saya lagi duduk sama bapak (suaminya). Itulah datang serangan itu, bertubi-tubi tidak ada berhentinya," kata Nurlelani kepada Tribun-medan, Kamis (13/6/2024).

Sontak, ia pun langsung mengucapkan takbir sambil memeluk anak perempuannya dan berusaha menyelamatkan diri.

Kemudian, suaminya pun mencoba keluar dari dalam rumah melalui pintu belakang untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Begitu nampak orang banyak nyerang rumah kami, bapak keluar dia bilang ke anak saya yang laki-laki 'kau jagalah adik mu sama mamak mu'," sebutnya.

Ditengah keributan itu, sesekali terdengar olehnya teriakan dari arah luar 'Matikan saja semuanya'.

"Sampai sekarang saya masih trauma. Saya peluk anak saya yang menjerit menangis, saya sudah nggak kuat lagi," ucapnya.

Selang beberapa menit setelah ditinggalkan oleh suaminya, ia pun mendapatkan kabar bahwa suaminya terkena bacokan dan sekarat.

Sementara, anaknya bernama Sandra Ramadhan terkena panah yang menembus bahunya.

"Kaki bapak (Suaminya) sebelah kanan putus dibacok, di punggung belakangnya juga dibacok," ujarnya.

"Kenapa orang tua sampai digituin, sudah seperti binatang dibuatnya," sambungnya.

Setelah itu, suami dan anaknya ini pun dilarikan ke rumah sakit.

Namun, ditengah perjalanan suaminya ini pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Menurutnya, ia bersama keluarganya telah tinggal di tempat itu selama 20 tahun dan tidak pernah bermasalah dengan siapa pun.

"Suami saya di rumah saja melihara lembu, kambing, nggak pernah ada bermasalah dengan siapa pun, boleh tanya sama warga di sini," ungkapnya.

Sambil tersedu-sedu, ia pun memohon kepada pihak kepolisian agar bisa segera mengusut kasus tersebut dan menangkap seluruh pelaku yang diperkirakan mencapai 50 orang.

"Saya minta tolong ditindak seadil-adilnya, para pelaku. Saya nggak terima, hukumlah seberat-beratnya. Karena mereka membantai kami nggak memikirkan kemanusiaan. Saya nggak pernah punya masalah bahkan nggak kenal dengan mereka," pungkasnya.

(Cr11/Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan  

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved