Sosok
Kisah Yanti Sembiring Raih Beasiswa hingga S2, Kini Jadi Delegasi di Konferensi Internasional Turki
Sebagai anak kampung, Yanti mengungkapkan dulu sekolah hanyalah sebuah mimpi baginya. Namun kini ia malah lanjut ke S2.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Satu per satu mimpi Yanti Kumala Sembiring terwujud.
Sebagai anak kampung, Yanti mengungkapkan dulu sekolah hanyalah sebuah mimpi baginya. Namun dengan semangat dan kemauan belajarnya, ia kini bahkan sudah menyelesaikan pendidikannya di jenjang S2.
Wanita yang akrab dipanggil dengan nama Yakum ini diketahui tengah melanjutkan Pendidikan Pascasarjana di Universitas Negeri Yogjakarta (UNY).
Ia pun memperoleh beasiswa LPDP di kampus tersebut.
Yanti menceritakan dulu ia hanyalah seorang TKW ilegal yang mencari pundi-pundi uang di Malaysia.
Ia menuturkan di keluarganya hanya ia lah yang berhasil melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi.
Yanti mengungkapkan hal yang paling membuatnya termotivasi untuk melanjutkan studi yaitu bahwa ia meyakini satu-satunya cara untuk mengubah kehidupan adalah melalui pendidikan.
Untuk melanjutkan pendidikan juga bukan hal yang mudah. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, Yanti sempat berhenti setahun sebelum melanjutkan S1.
Yanti mengalami masalah finansial. Padahal saat itu ia diterima di satu universitas negeri di Jogjakarta.
Yanti pun memutuskan melepaskan kesempatan melanjut ke S1 dan memilih bekerja serta mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan kuliah.
Yanti memilih bekerja di Malaysia sebagai TKI. Ia bekerja di Universitas Sains Malaysia dan melihat anak seusianya kuliah setiap harinya.
Melihat anak seusianya kuliah, Yanti sempat bersedih karena perbedaan nasibnya dengan anak lain. Ia bisa melihat perbedaan jelas bagaimana anak seusianya bebas berkuliah sementara ia harus banting tulang mencari uang.
"Jadi setiap pulang kerja aku tu selalu nangis. Kebetulan waktu itu mama masih tinggal di sana. Yanti bilang sama mama, pokoknya harus kuliah karena jadi buruh kasar itu nggak enak. Apalagi kita perempuan dan saat itu Yanti merasa sangat dipandang rendah," ungkapnya.
Kerja keras dan kemauan kuat Yanti pun berbuah manis. Ia pun akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya di Universitas Negeri Medan di tahun berikutnya melalui bantuan bewasiswa.
Namun meski mendapat beasiswa, Yanti tetap tak bisa bersantai. Ia masih harus bekerja.
Ia menuturkan setiap kali libur semester, ia harus bekerja di Malaysia.
"Ini ya bisa dibilang Ilegal ya tapi mau bagaimana lagi, di sana cepat dapat uangnya, orang mikirnya wahh enak dia jalan-jalan ke luar negeri tiap libur semester. Padahal mah kita di sana kerja," ungkapnya.
Setelah menamatkan studi S1, keinginannya untuk terus belajar semakin besar.
Yanti pun akhirnya mencari informasi untuk memperoleh beasiswa S2.
"Proses mendapatkan beasiswa sebenarnya tak menyangka karena sekali daftar Alhamdulillah langsung dapat. Persiapannya juga sangat mendadak sekali waktu itu, di sela menyelesaikan S1, turut mempersiapkan berbagai hal untuk beasiswa," jelasnya.
Syarat mutlak untuk beasiswa LPDP kata Yanti tentu mempersiapkan TOEFL dan juga menyiapkan esai.
Dalam mempersiapkan beasiswa Yanti banyak ikut diskusi dengan LPDP Hunter, forum diskusi dan semua forum tersebut diikutinya secara gratis.
Jadi menurut Yanti, semua jadi mungkin ketika mau berusaha, belajar dan mencari informasi.
Yanti mengaku banyak sekali manfaat yang ia dapat dari belajar di berbagai grup mentoring tersebut.
"Karena tau banyak banget manfaatnya sekarang aku juga ngebangun seperti startup mentoring beasiswa gitu sama temen-temen, saat ini fokusnya masih di LPDP," katanya.
Tak hanya kuliah, Yanti bahkan terpilih sebagai delegasi sebagai perwakilan Indonesia di Internasional Conference di Turki.
Konferensi internasional ini dikatakannya merupakan pertemuan akademisi dari berbagai negara baik itu dosen, mahasiswa, peneliti dan praktisi akademik.
"Kebetulan kalau tema yang Yanti ikuti adalah mengenai multi disiplin. Di sana kita presentasi mengenai penelitian yang telah dibuat dan didiskusikan dalam forum tersebut," katanya.
Dalam forum tersebut Yanti mempresentasikan hal yang berkaitan dengan evaluasi program pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing.
"Jadi kalau di UNY itu ada program BIPA di mana setiap mahasiswa asing yang mau belajar di Indonesia mereka harus mengikuti program BIPA dulu selama 1 tahun. Karena basic keilmuan Yanti adalah evaluator atau evaluasi program jadi Yanti mengevaluasi program tersebut," jelas Yanti.
Dalam forum tersebut Yanti juga memperkenalkan bahasa Indonesia di mata dunia.
Banyak hal dirasakannya lewat forum Internasional tersebut. Selain merasa bangga bisa menjadi delegasi, ia juga merasa takut karena membawa nama negara di kancah dunia.
Namun di sisi lain Yanti merasa tenang karena dapat belajar banyak hal dari banyak orang di dunia dengan profesi atau bidang yang sama.
Dengan beragam pengalamannya, ia berpesan kepada teman-teman lainnya yang mungkin mau memulai mencari beasiswa agar terus berjuang.
"Kalau memang ada keinginan dan motivasi, teruslah belajar. Tidak perlu takut kita berasal dari mana tidak perlu takut bagaimana pemikiran masyarakat. Kalau kita punya mimpi ketinggian yang namanya jalan hidup orang sudah ada masing-masing dan itu semua sesuai dengan usaha yang kita lakukan," tukasnya.
Yanti mengatakan dulunya ia juga tidak mendapat dukungan dari keluarga. Bahkan keluarga sering bilang bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya akan di dapur juga. Namun ia tetap tak menyerah dan berjuang demi pendidikannya.
Aktif di Berbagai Kegiatan Selain Kuliah
Sembari menyelesaikan studi S2-nya Yanti juga aktif di berbagai kegiatan lain di luar kampus.
Seperti menjadi student employment atau internship di kampus selama satu semester.
Kemudian Yanti juga aktif di berbagai kegiatan ekstra. Salah satunya Mata Garuda DIY yang merupakan paguyuban bagi para alumni dan awardee yang berada di Jogjakarta.
Di sana mereka banyak menginisiasi berbagai program yang berkaitan dengan beasiswa LPDP, pelatihan sosialiasi pendidikan dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
"Selain itu juga ikut komunitas menulis karya ilmiah gitu, untuk upgrade ilmu di sana. Ya walaupun tulisannya belum yang bagus sekali," katanya.
Ia mengatakan mungkin banyak orang diluar sana yang menganggap pencapaian saat ini adalah karena kepintaran dan kecakapan.
Namun menurut Yanti semua yang diperolehnya saat ini juga melalui proses belajar panjang.
"Jadi prosesnya juga tentu harus dilalui ya, Yanti juga dulu bukan orang yang sekarang, dulu tentu masih takut dan sebagainya. Tapi saya mencoba banyak bertanya dari berbagai sumber untuk upgrade diri. Jadi saya yakin siapapun itu punya kesempatan yang sama untuk bisa sekolah tinggi-tinggi," katanya.
Biofile:
Nama : Yanti Kumala Sembiring
Nama panggilan : Yakum
TTL : P. Brandan, 08/01/1999
Status : Magister Student
Nama Ayah : Abd. Ghani
Nama Ibu : Halina
SD: SDN 0104669
SMP : SMP N3
SMA : SMA N 1 Kisaran
Kuliah :
S1 Universitas Negeri Medan - Pendidikan Bahasa Prancis
S2 Universitas Negeri Yogjakarta - Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Anak ke : 8
Hobby: Cooking, Public Speaking
Prestasi/ karier:
Awardee LPDP
Indonesian Delegates in Turkey Int. Confrence
Indonesian Delegates in Malaya Universiti Int. Confrence
Student Exchange in UPSI Malaysia.
(cr26/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram, Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Berita Terkait
Berita Terkait: #Sosok
Sosok Harli Siregar, Putra Kelahiran Simalungun Jabat Kepala Kejaksaan Tinggi Sumut, Alumni USU |
![]() |
---|
Dari Montana ke Medan, Cerita Nikita Shaqilla Peserta YSEALI soal Perlindungan Satwa dan Lingkungan |
![]() |
---|
Kisah Atlet Arung Jeram Ira Kusuma Ningtyas yang Raih Medali Emas, Perak dan Perunggu di PON 2024 |
![]() |
---|
Sosok Salsabilla Audinna, Selebgram Viral seusai Lontar Pengakuan Diselingkuhi Pacarnya Arief Meivio |
![]() |
---|
Sosok dan Profil Komjen Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho, Digadang Kuat Jadi Kapolri, Bukan dari Akpol |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.