Berita Viral

ALASAN Jusuf Kalla Hadiri Pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang Tewas Dibunuh Israel

Jusuf Kalla beberkan alasannya berangkat ke Doha untuk menghadiri pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh Israel di negara Iran.

Editor: AbdiTumanggor
Dok Pribadi Jusuf Kalla
Jusuf Kalla berangkat ke Doha, Qatar pada Kamis (1/8/2024) untuk menghadiri pemakaman pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.(Dok Pribadi Jusuf Kalla) 

TRIBUN-MEDAN.COM - Jusuf Kalla beberkan alasannya berangkat ke Doha untuk menghadiri pemakaman Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh Israel di negara Iran.

Sebagaimana dilansir AFP, pihak Hamas pada Rabu (31/7/2024) mengatakan, serangan Israel di Teheran telah menewaskan pemimpinnya, Ismail Haniyeh. 

“Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Garda Revolusi Iran pada Rabu juga mengeluarkan pernyataan terkait kematian Haniyeh. Disebutkan, bahwa pemimpin Hamas Ismail Haniyeh terbunuh di Teheran bersama dengan salah satu pengawalnya.

“Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, dihantam di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir,” ungkap mereka dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh situs berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Iran.

Media Iran mengatakan bahwa Haniyeh tewas dalam serangan udara.

Ia sendiri sebenarnya baru tiba di Iran Selasa, untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

"Haniyeh, yang datang ke Iran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden, tinggal di salah satu tempat tinggal khusus veteran perang di Teheran utara," tulis kantor berita Fars dikutip APF.

"Ia tewas akibat rudal yang diluncurkan dari udara," sambungnya.

Merujuk laman IRNA, media pemerintah Iran, Haniyeh diserang di Teheran menggunakan "proyektil berpemandu udara" sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.

"IRNA mengatakan penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan untuk menentukan rincian operasi dan posisi dari mana proyektil itu ditembakkan,"tulis IRNA.

Momen Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla bertemu Ismail Haniyeh di Doha beberapa waktu lalu.(VOA Indonesia)
Momen Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla bertemu Ismail Haniyeh di Doha beberapa waktu lalu.(VOA Indonesia) (VOA Indonesia)

Jusuf Kalla Bertolak ke Doha

Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla berangkat ke Doha, Qatar pada Kamis (1/8/2024) untuk menghadiri pemakaman pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

JK berangkat didampingi oleh Menteri Hukum dan HAM RI 2004-2007, Hamid Awaluddin menggunakan pesawat Qatar Airways.

"Ini memenuhi harapan agar mengirimkan delegasi Indonesia ke sana dan kami diundang menghadiri pemakaman almarhum Ismail Haniyeh," kata JK di Bandara Soekarno Hatta melalui keterangan tertulis, Kamis, dikutip dari Kompas.com.

JK mengatakan, keberangkatannya sebagai delegasi Indonesia.

Adapun doa pemakaman Ismail akan diadakan di Teheran, Iran hari ini pukul 8 pagi waktu setempat.

Jenazahnya kemudian dibawa ke Doha, Qatar untuk disholatkan dan dikebumikan.

Salat jenazah pemimpin Hamas ini akan diadakan di Masjid Imam Muhammad Ibn Abdul Wahhab di Doha setelah Sholat Jumat, (2/8/2024) besok.

Momen Ismail Haniyeh bertemu Jusuf Kalla di Doha.
Momen Ismail Haniyeh bertemu Jusuf Kalla di Doha. (HO)

Sempat bertemu Jusuf Kalla di Doha

Haniyeh sempat bertemu dengan mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, di Doha, Qatar, pada Jumat (12/7/2024) lalu.

Saat itu, Jusuf Kalla menyerukan agar kelompok Hamas menunjukkan persatuan dan kebersamaan dengan kelompok Al Fatah, begitu pula hubungan internal Hamas sendiri.

Dia menegaskan tanpa kesatuan aspirasi dan institusi, hanya akan menambah pelik penyelesaian masalah Gaza.

Dalam pertemuan selama dua jam itu, Jusuf Kalla menjelaskan bagaimana mata dunia kini tertuju ke Gaza dan memicu semua pihak untuk ikut membantu warga yang terdampak langsung perang Israel-Hamas, tetapi begitu pelik untuk mendistribusikan bantuan ke Gaza akibat blokade Israel.

“Kita semua harus membuat rencana kemanusiaan untuk Gaza, misalnya, menyusun program berdasarkan skala prioritas, seperti mengobati korban luka dan sakit, menyelamatkan perempuan, orang tua dan anak-anak, sehingga tidak menambah jatuhnya korban perang,” kata JK.

Israel klaim bertanggung jawab

Sementara, Kantor media pemerintah Israel mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, Rabu (31/7/2024).

Mereka mengunggah gambar Haniyeh di akun Facebook-nya dengan tulisan “Dieliminasi” yang mengindikasikan kalau Haniyeh memang target dari serangan terencana yang sudah disiapkan.

"Tulisan itu ditempel di dahi Haniyeh pada gambar tersebut yang menunjukkan kalau operasi pembunuhan tersebut dilakukan melalui sebuah serangan terencana di Teheran," tulis laporan Khaberni, dikutip Tribunnews, Rabu.

Sebelumnya, Otoritas Penyiaran Israel, KAN pada Rabu, melaporkan bahwa kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh oleh rudal dari luar wilayah Iran.

Adapun media Iran memberitakan beberapa rincian operasi yang berujung pada pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, di ibu kota, Teheran.

Media Iran melaporkan, kalau “pembunuhan Ismail Haniyeh terjadi sekitar pukul dua pagi waktu Iran, dan dia tinggal di markas khusus veteran perang di Teheran.”

Kantor berita Iran melaporkan bahwa kediaman Haniyeh di Teheran itu menjadi sasaran rudal yang ditembakkan dari udara.

Dia menambahkan: “Investigasi lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengetahui keadaan operasi teroris ini, seperti lokasi penembakan rudal.”

Iran gelar rapat darurat

Otoritas Iran bersama Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) gelar rapat darurat, menyelidiki serangan rudal mematikan yang telah menewaskan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh di kediamannya di Teheran Iran, Rabu (31/7/2024).

Perlu dicatat, Ismail Haniyeh berstatus sebagai tamu negara dalam kapasitas kehadirannya di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden terpilih, Masoud Pezeshkian.

Serangan terhadap tamu negara bisa diartikan sebagai serangan terhadap negara itu sendiri. Terlebih, pengakuan dari Israel atas pembunuhan Haniyeh menjadi bukti langsung serangan Israel terhadap teritorial Iran.

Semua aspek ini bisa menjadi alasan Iran bertindak dan membalas serangan Israel secara langsung. 

“Penyelidikan sedang dilakukan oleh otoritas Iran terkait serangan tersebut,” ujar laporan kantor berita Mehr.

Menurut keterangan dua pejabat Iran, pertemuan darurat itu dihadiri Dewan Keamanan Nasional Tertinggi digelar kediaman pimpinan tertinggi Iran Ali Khamenei.

Tak hanya membahas penyelidikan kematian Haniyeh, dalam pertemuan ini Badan keamanan tertinggi Iran juga akan memutuskan tentang strategi Iran sebagai reaksi atas pembunuhan Pemimpin Senior Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran.

Diketahui, Haniyeh tewas dalam serangan udara tepat setelah Ia menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

Haniyeh tewas bersama seorang pengawalnya saat dini hari, pukul 2 pagi waktu setempat.

"Sebelumnya pada hari Selasa, Haniyeh menghadiri pelantikan presiden baru Iran dan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran," kata situs web berita Sepah milik Korps IRGC.

"Namun saat dini hari kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya menjadi martir," imbuh laporan IRGC.

Media pemerintah Iran menjelaskan Haniyeh tewas lantaran diserang menggunakan proyektil berpemandu udara. Belum jelas dari mana asal proyektil itu ditembakkan.

Siapakah Ismail Haniyeh?

Berikut ini pandangan mendalam tentang kehidupannya dan kenaikannya menjadi pemimpin senior organisasi Hamas.

Haniyeh lahir di kamp pengungsi Shati di Gaza dari orang tuanya yang melarikan diri dari kota Asqalan setelah negara Israel dibentuk pada tahun 1948.

Pada tahun 1983, Haniyeh bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, cikal bakal Hamas. Ia lulus pada tahun 1987, tahun yang menandai pemberontakan massal Palestina pertama melawan pendudukan Israel, yang dikenal sebagai Intifada Pertama, dan selanjutnya berdirinya Hamas sebagai kelompok resmi.

Pada tahun 1988, dia dipenjara selama enam bulan dan menghabiskan tiga tahun penjara lagi pada tahun 1989 atas tuduhan bahwa dia adalah anggota Hamas.

Setelah pembebasannya, Israel mendeportasi Haniyeh ke Lebanon selatan bersama dengan para pemimpin senior Hamas lainnya, tempat dia menghabiskan satu tahun.

Pada tahun 2001, ketika Intifada Kedua meletus, Haniyeh mengkonsolidasikan posisinya sebagai salah satu pemimpin politik Hamas.

Haniyeh lolos dari upaya pembunuhan Israel pada tahun 2003.

Ia menjadi terkenal pada tahun 2006 ketika ia memimpin Hamas meraih kemenangan dalam pemilihan legislatif atas gerakan Fatah, yang telah berkuasa selama lebih dari satu dekade.

Haniyeh sempat menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina, namun setelah Hamas menguasai Jalur Gaza, ia diberhentikan oleh presiden PA, Mahmoud Abbas, namun ia tetap menjadi pemimpin de facto di Jalur Gaza. Pada tahun 2017, Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas dan pada saat itu ia pindah ke Qatar.

(*/Tribun-medan.com/Tribunnews.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved