Kesehatan
Kasus Anak Cuci Darah Ramai Diperbincangkan, Berikut Tips dan Cara Mencegahnya
Kasus anak cuci darah disebabkan adanya gagal ginjal akibat pola hidup yang buruk. Hindari mengonsumsi makanan berpengawet dan berperisa
TRIBUN-MEDAN.COM,- Kasus anak cuci darah sedang ramai diperbincangkan di dunia maya.
Berbagai platform digital menyoroti masalah ini, lantaran anak yang cuci darah terbilang masih sangat muda.
Adapun penyebab anak cuci darah karena pola hidup yang tidak sehat.
Mengonsumsi makanan berpengawet dan berperisa bisa memicu timbulnya penyakit pada tubuh anak.
Dilansir dari Tribun Lampung, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Pemkab Pesawaran Media Apriliana mengatakan, konsumsi mi instan yang berlebih pada anak bisa memicu terjadinya cuci darah pada anak.
Baca juga: Waspada Kesehatan Anak, Kenali 5 Ciri Jajanan Tidak Sehat yang Wajib Dihindari
Dia menjelaskan, kasus cuci darah pada anak tersebut terjadi karena adanya gangguan pada fungsi ginjal.
Dari vonis gangguan fungsi ginjal tersebut, kata Media, disebabkan karena kebiasaan mengonsumsi makanan instan terutama yang manis-manis.
“Karena fungsi ginjal adalah penyaring dari makanan yang masuk sebelum dialirkan ke seluruh tubuh,” jelasnya, Jumat (2/8/2024).
“Karena ada zat-zat makanan yang tidak baik sehingga bisa menggerogoti ginjalnya, kalau sudah begitu maka yang harus dilakukan adalah cuci darah,” imbuh Media.
Dirinya mengingatkan kepada orangtua di Kabupaten Pesawaran yang memiliki anak untuk memperhatikan pola makan dan pola hidup.
Pada pola makan dan minum sederhana, kata dia bisa diawali dengan rutin minum air putih.
Baca juga: Berikut 5 Tips Menjaga Kesehatan Anak saat Cuaca Ekstrem
Dengan diterapkan pola hidup sehat tersebut, diharapkan penyakit tidak akan menyerang.
Sebab, pola hidup kesehatan harus diajarkan sedini mungkin.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel Ishaq Iskandar pun mengimbau orangtua lebih perhatian terhadap gizi seimbang anak.
Makanan sehat disebutnya memiliki kandungan gula dan garam rendah serta tidak mengandung pengawet.
"Kita selalu himbau masyarakat di Puskesmas, Posyandu bagaimana biar masyarakat memahami makanan untuk anak harus sehat bergizi tinggi, tidak mengandung gula tinggi, garam tinggi dan pengawet," jelas Ishaq Iskandar, dilansir dari Tribun Timur.
Makanan menurutnya harus menjadi sumber energi dan memantik pola tumbuh kembang anak.
Baca juga: Ketemu Anak Usai 12 Tahun Pisah, Hancur Hati Andika Kangen Band Tahu Kondisi Kesehatan Anak Gadisnya
Dalam menjaga gizi seimbang, Ishaq Iskandar kembali mengingatkan penyuluhan tentang 'Isi Piringku'.
Piring makan anak dinilai harus memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan tubuhkan tubuh.
Antara lain memenuhi kebutuhan protein hewani maupun sayur-sayuran.
"Bapak ibu orangtua betul-betul memperhatikan penyuluhan isi piringku. Makanannya bergizi ada buah, sayur, protein hewani, kalori sesuai kebutuhan tidak berlebih," jelas Ishaq.
"Kebanyakan kalori dan karbohidrat juga bisa membuat obesitas menggalami penyakit lain seperti diabetes," sambungnya.
Tantangannya kini, banyak anak-anak yang senang jajan makanan ringan.
Hal ini kerap tidak dapat dihindari apalagi bagi orangtua yang memiliki aktivitas kerja padat.
"Memang ini persoalan ditengah kesibukan orangtua berkarir,anak kita yang terlanjur sering diberikan fastfood. Makanan begitu kan enak memang, seperti kita ketagihan," katanya.
Untuk itu, Ishaq mengaku sudah banyak inovasi makanan cepat saji yang memperhatikan gizi seimbang.
Para orangtua yang sibuk bekerja disebutnya harus lebih perhatian memberikan asupan makanan kepada anak.
"Tidak semua makanan dijual tidak sehat, ada alternatif. Banyak juga bagus, sisa kita memilih. Tinggal orangtua memilih agar bisa menghasilkan generasi sehat, cerdas dan produktif," tutupnya.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.