TRIBUN WIKI

Mengenal Tradisi Rebo Wekasan, Upaya Doa Tolak Bala dan Mengantisipasi Datangnya Beragam Penyakit

Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan adalah sebuah tradisi yang dilakukan untuk menolak bala dan mengantisipasi datangnya berbagai penyakit

Editor: Array A Argus
Tribun Muria
Masyarakat Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus mengikuti kirab budaya Air Salamun Rebo Wekasan yang diinisiasi takmir Masjid Wali Al Ma'mur, Selasa (20/9/2022). 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Masyarakat Indonesia mengenal sebuah tradisi bernama Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan.

Tradisi Rebo Wekasan ini dilakukan pada Rabu bulan Safar dalam kalender Islam atau Hijriah.

Tujuannya, untuk menolak bala dan mengantisipasi datangnya beragam penyakit.

Di tahun 2024 ini, Rebo Wekasan jatuh pada Rabu, 4 September 2024 atau 30 Safar 1446 Hijriah.

Baca juga: Tradisi Manggomak Tumpak atau Ambil Amplop di Pernikahan Batak, Hiburan dan Dilema Pengantin Wanita

Dilansir dari Kompas TV, Rebo Wekasan berasal dari kata "Rebo" yang artinya hari Rabu dan wekasan yang artinya lepas.

Pada hari tersebut, beberapa umat Islam Indonesia khususnya, melakukan ritual, seperti mandi mengikuti warisan tradisi dari Wali Songo, salat berjemaah 4 rakaat dengan doa khusus, silaturahmi, dan sedekah.

Asal-usul Rebo Wekasan

Dikutip dari Kompas.com (17/2/2022), tradisi Rebo Wekasan pertama kali diadakan pada masa Wali Songo.

Saat itu, banyak ulama yang menyebutkan bahwa pada bulan Safar, Allah SWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.

Sebagai antisipasinya, para ulama kemudian melakukan tirakat dengan banyak beribadah dan berdoa.

Baca juga: Tedak Siten, Tradisi Masyarakat Jawa saat Anak Mulai Menapaki Tanah atau Bumi

Diharapkan dengan melakukan hal tersebut, Allah SWT menjauhkan mereka dari segala penyakit dan malapetaka.

Hingga kini, tradisi tersebut masih dilestarikan di berbagai daerah di Indonesia.

Sementara itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa tradisi Rebo Wekasan muncul pada awal abad ke-17 di Aceh, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.

Berbagai tradisi Rebo Wekasan di Indonesia

Dilansir dari Kompas.com (20/9/2022), berikut sejumlah tradisi di sejumlah daerah yang memiliki cara dan sebutan berbeda-beda:

1. Yogyakarta

Rebo Wekasan dikenal juga sebagai Rebo Pungkasan oleh Masyarakat Desa Wonokromo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Konon, hari Rabu terakhir bulan Safar merupakan hari pertemuan antara Sri Sultan Hambengkubuwono (HB) I dengan Mbah Kiai Faqih Usman.

Baca juga: Wirid Kunta-Hajji, Tradisi Zikir Warga Chechnya atau Kaukasus Utara Beraliran Sufi

Mbah Kiai Faqih Usman dikenal bisa menyembuhkan segala penyakit dan dapat memberikan berkah untuk kesuksesan usaha atau untuk tujuan-tujuan tertentu.

Dahulu, upacara Rebo Pungkasan berada di tempuran Kali Opak dan Gajahwong.

Namun, kemudian dipindahkan ke Lapangan Wonokromo yang terletak di depan Balai Desa Wonokromo.

Puncak acara Rebo Wekasan di Desa Wonokromo biasanya dilakukan pada malam Rabu dengan mengarak lemper raksasa yang selanjutnya dibagi-bagikan kepada para pengunjung.

2. Aceh

Pada masyarakat Aceh Barat dan Aceh Selatan, Rabu Wekasan dikenal sebagai Rabu Abeh yang berguna untuk menolak bala.

Tradisi ini mulanya dilakukan dengan memotong kerbau dan membuang bagian kepalanya ke laut.

Baca juga: Sejarah Tradisi THR di Indonesia, Sudah Ada Sejak Tahun 1951

Hal itu dilakukan untuk menolak bala atau bencana.

Namun saat ini, tradisi tersebut kemudian diganti dengan pembacaan shalawat, zikir, dan doa.

3. Banten

Kampung Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang mempunyai tradisi bernama Dudus atau mandi kembang tujuh rupa yang sudah ada sejak masa Kesultanan Banten.

Tradisi ini dilaksanakan dengan diikuti tradisi sedekah Bumi pada malam Rabu terakhir bulan Safar.

Baca juga: Sejarah dan Tradisi Halal Bil Halal saat Hari Raya Idul Fitri

Sebelum tradisi Dudus dilakukan, masyarakat terlebih dahulu melaksanakan shalat dan riungan.

Adapun tujuan dari tradisi ini yakni agar diberi panjang umur, sehat, banyak rezeki, terhindar dari bahaya, dekat jodoh, dan lain sebagainya.

4. Gresik

Masyarakat di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik juga mempertahankan Rebo Wekasan hingga saat ini.

Perayaan Rebo Wekasan di desa tersebut dilakukan dengan sedekah Bumi berupa kegiatan doa bersama dan selamatan.

Adapun tradisi Rebo Wekasan dilakukan di sekitar Telaga Suci atau sendang dekat Masjid Mambaul Thoat.

5. Banyuwangi

Masyarakat di sekitar Pantai Waru Doyong, Banyuwangi merayakan Rebo Wekasan dengan tradisi Petik Laut.

Petik Laut dilaksanakan dengan cara menyelenggarakan doa bersama yang diikuti dengan ritual melarung sesaji yang diletakkan dalam sebuah kapal kecil ke tengah laut.

Tradisi doa dan Petik Laut ini dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai cara untuk menolak musibah.

6. Kalimantan Selatan

Masyarakat Kalimantan Selatan mengenal tradisi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar sebagai Arba Mustamir.

Arba Mustamir merupakan kalimat dari bahasa Arab, artinya adalah Rabu Berkelanjutan.

Tradisi ini dilaksanakan dengan berbagai cara, mulai dari pelaksanaan shalat sunah hinga membaca ayat suci dan doa-doa secara berjamaah.

7. Maluku Tengah

Masyarakat di Negeri Hitu Lama, Kabupaten Maluku Tengah merayakan Rebo Wekasan dengan tradisi Mandi Safar.

Masyarakat masih meyakini bahwa ritual Mandi Safar akan mendatangkan keselamatan dan menghindarkan dari marabahaya atau musibah dan sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa rangkaian acara seperti doa bersama, membuat panganan berupa lamet, dan ditutup dengan pelaksanaan mandi di pantai.(tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved