Berita Viral

BMKG Ingatkan Ancaman Gempa Megathrust 9.0 Magnitudo, Pemprov Jateng Malah Minta Warga Berdoa

Pemprov Jateng Keluarkan Surat Edaran Ancaman Gempa Bumi Megathrust dan Sekaligus Minta Warga Berdoa.

Editor: AbdiTumanggor
BMKG
BMKG hanya mengingatkan kembali keberadaan zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. (BMKG) 

Pemprov Jateng Keluarkan Surat Edaran Ancaman Gempa Bumi Megathrust dan Sekaligus Minta Warga Berdoa.

TRIBUN-MEDAN.COM - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan Surat Edaran dalam mengantisipasi megathrust yang berpotensi memicu gempa dan tsunami. Sehingga, seluruh instansi dan masyarakat dapat mengambil langkah dan upaya kesiapsiagaan dalam menghadapinya.

Surat Edaran Nomor 360.0/2094 ditandatangani Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno pada 28 Agustus 2024 sebagai respons informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal zona megathrust di Indonesia.

"Kami sudah melakukan mitigasi. Setelah mendapat info dari BMKG, kami langsung membuat surat edaran ke kabupaten/kota agar melakukan mitigasi," kata Sumarno, usai menghadiri rapat paripurna di gedung DPRD Jateng, Jumat (30/8/2024).

Di samping melakukan mitigasi bencana, ia mengimbau seluruh masyarakat untuk berdoa agar ancaman bencana gempa dan tsunami tidak terjadi di Indonesia.

Khususnya, warga Jateng yang beririsan langsung dengan zona megatrust, di antaranya Kabupaten Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Wonogiri.

"Antisipasi tetap kami lakukan. Harapan kami itu (gempa dan tsunami) tidak terjadi, kalau toh terjadi kami ada kesiapansiagaan untuk antisipasi," harap dia. 

Melalui surat edaran itu, pihaknya menginstruksikan kepada seluruh instansi dan warga untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya bencana akibat adanya seismic gap. Terutama di wilayah zona megathrust Pantai Selatan Jawa Tengah.

Instansi terkait juga diminta mengecek kembali alat peringatan dini, sistem komunikasi kebencanan, dan memastikan ketersediaan tempat-tempat evakuasi yang aman dan bebas bencana.

Tak kalah penting untuk memastikan ketersediaan papan informasi, rambu-rambu serta arah evakuasi yang memadai terutama untuk wilayah Pantai Selatan Jawa Tengah.

BSelain itu, pemerintah kabupaten/kota juga diminta meningkatan edukasi, sosialisasi kepada masyarakat, serta melakukan simulasi penyelamatan diri saat terjadi bencana. Sehingga, mereka memahami risiko gempa bumi dan tsunami.

Dia juga meminta instansi terkait meningkatkan koordinasi kesiapan mekanisme kedaruratan, serta melaksanakan simulasi rencana kontingensi menghadapi ancaman itu. Tak terkecuali koordinasi dengan BMKG, terutama soal informasi cuaca dan aktivitas seismik zona megathrust di wilayah masing-masing, serta pemantauan secara berkala baik melalui situs web maupun media lainnya.

BMKG Ingatkan di 4 Titik Lokasi

Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan ada empat wilayah yang berpotensi diguncang gempa bumi megathrust dengan kekuatan bisa mencapai 9.0 magnitudo. 

Sebelumnya gempa pembuka yang cukup kuat terjadi di Yogyakarta dengan kekuatan 5.5 magnitudo. Gempa ini mengguncang Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (26/8/2024) malam.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa gempa tersebut berkaitan dengan megathrust.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi batuan di bidang kontak antar lempang (megathrust)," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (26/8/2024). 

Data BMKG juga menunjukkan bahwa megathrust Selat Sunda dan megathrust Mentawai-Siberut sudah lama tidak terjadi gempa besar.

Meskipun BMKG bisa memprediksi potensi magnitudonya, namun mereka tidak bisa memperkirakan kapan gempa megathrust tersebut akan terjadi.

Kondisi itulah kemudian yang menjadi kekhawatiran akan gempa megathrust di masa mendatang.  

Tak hanya dua zona megathrust tersebut, BMKG menyebut total ada 16 zona megathrust yang mengepung Indonesia.

Dari 16 zona megathrust tersebut, setidaknya ada 4 zona megathrust yang mengepung Pulau Jawa, salah satunya adalah megathrust Selat Sunda.

Berikut 4 zona megathrust yang berada di sekitar Pulau Jawa:

1. Megathrust Bali Potensi magnitudo maksimum: M 9,0 Sejarah gempa yang terjadi: belum ada catatan

2. Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur Potensi magnitudo maksimum: 8,9 M. Sejarah gempa yang terjadi: M 7,2 pada 1916 dan M7,8 pada 1994.

3. Megathrust Selat Sunda-Banten Potensi magnitudo maksimum: M 8,8. Sejarah gempa yang terjadi: M 8,5 pada 1699 dan 1780

4. Megathrust Jawa Barat Potensi magnitudo maksimum: M 8,8. Sejarah gempa yang terjadi: M 8,1 pada 1903 dan M 7,8 pada 2006

Selain 4 zona megathrust di Pulau Jawa, ada 14 zona megathrust lain yang tersebar di Indonesia.

Berikut daftarnya:

Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)

Megathrust Nias-Simelue (M 8,9)

Megathrust Batu (M 8,2)

Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)

Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)

Megathrust Enggano (M 8,8)

Megathrust NTB (M 8,9)

Megathrust NTT (M 8,7)

Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)

Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)

Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)

 Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2).

Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai

Guru Besar Bidang Geodesi Gempa Bumi Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano mengatakan alasan mengapa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai karena dua zona tersebut belum rilis atau terjadi gempa besar.

"Sesudah gempa Aceh 2004, Nias 2005, kemudian gempa Padang 2009, gempa 2010 di bagian bawah dari Mentawai," ujarnya saat dikutip dari Kompas.com.

"Nah, bagian tengah kok enggak, itu kemudian menimbulkan banyak diskusi di kalangan ahli. Kenapa itu perlu menjadi perhatian? Karena itu paling tidak dalam catatan sejarah pada 1797 dan1833, pernah terjadi," imbuhnya.

Menurut Irwan, terdapat tiga kondisi yang dapat digunakan untuk memastikan suatu daerah berpotensi gempa megathrust atau tidak.

Kondisi pertama, potensi gempa dapat dilihat dari data historis atau sejarah suatu wilayah. Ini karena gempa akan terjadi secara berulang.

"Jadi kalau di masa lalu pernah terjadi (gempa), kemungkinan di masa depan akan terulang. Nah, di Mentawai kondisi itu terpenuhi, di masa lalu pernah terjadi 1797 dan 1833," jelas dia.

Sementara, gempa besar di zona megathrust Selat Sunda pernah terjadi pada 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,6.

Irwan mengatakan, kondisi kedua bisa dilihat dari aktivitas kegempaannya yang sepi.

Jadi, ada daerah yang kiri dan kanannya gempa terus, namun bagian tengahnya sepi, dan kondisi ini juga terpenuhi.

Kemudian kondisi ketiga, yakni zona tersebut sedang mengumpulkan atau mengakumulasikan energi.

Untuk mengetahui suatu zona sedang mengakumulasikan energi, hal itu bisa dilihat melalui pengamatan geodetik.

"Jadi kita mengolah data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan kita membuktikan bahwa akumulasi regangan sedang terjadi," kata dia.

"Jadi ibarat orang nabung, ini sedang numpuk tabungannya, yang jadi pertanyaan itu akan dikeluarkan tiba-tiba atau tidak," tambahnya.

Pasalnya, secara teori, suatu zona yang sedang mengalami strain accumulation, pasti akan ada release, dalam hal ini gempa bumi. "Itulah kemudian yang menjadi perhatian dan alasan mengapa Zona Mentawai dan Selat Sunda lebih diwaspadai," tuturnya.

Baca juga: PENJELASAN BMKG Soal Kapan Gempa Dahsyat Zona Megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut

Baca juga: Gempa Bumi Megathrust Indonesia Hanya Masalah Waktu, BMKG Desak Pemerintah Upaya Mitigasi

(*/tribun-medan.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved