JEJAK Sintong Panjaitan Tumpas PKI, Rebut Kantor RRI, Temukan Lubang Buaya, Pembersihan di Jateng
Sejarah mencatat Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan terlibat langsung dalam operasi penumpasan G30S/PKI tahun 1965 silam.
Suherman bahkan mengambil alih Kodam IV/Diponegoro.
Tak hanya itu, Suherman juga menangkap dan bahkan membunuh sejumlah perwira TNI yang menentang gerakan Dewan Revolusi Nasional.
Danrem dan Kasrem 072/Pamungkas, Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono, dibunuh karena menentang gerakan yang didalangi PKI itu.
Di Semarang, kedatangan RPKAD disambut gembira massa anti-PKI.
Golongan nasionalis, pemuda dan agama serentak bergerak membakar kantor PKI dan organisasi pendukungnya.
Menurut Sintong, tindakan itu merupakan reaksi pembalasan atas kekerasan yang dilakukan PKI lebih dulu di Jawa Tengah.
"Di Solo PKI membunuh 19 pemuda Islam dan 3 pemuda Katolik. Mayatnya dilempar ke Sungai Bengawan Solo," demikian ditulis Hendro Subroto dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.
Tugas lain yang diemban Sintong adalah membersihkan Demak, Kudus, Rembang, hingga Cepu dari PKI.
Sintong ketika itu hanya memiliki 36 anggota pasukan.
Untuk menutupi kekurangan personel, dia melatih pemuda dari golongan nasionalis dan agama untuk menghadapi PKI.
Rakyat yang dididik RPKAD inilah yang kemudian gencar melakukan pembersihan pada orang-orang yang dituding PKI di Jawa Tengah.
Sintong juga bertugas membersihkan unsur TNI AD di Jawa Tengah dari PKI.
Penelusuran RPKAD ketika itu, ternyata PKI telah menyusup ke hampir semua Kodim di Jateng.
Sejumlah besar perwira TNI AD berhasil dipengaruhi komunis.
"Pada waktu itu setengah dari Komandan Kodim di jajaran (Kodam) Diponegoro sudah berada di bawah kendali PKI," kata Sintong.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.