Berita Viral
NASIB Selli Winda setelah Kematian Siswa SMP Rindu Sinaga, Ungkap soal Hukuman Squat Jump 100 Kali
Kondisi Selli Winda (SW), guru honorer di SMP Negeri 1 STM Hilir, Deli Serdang, Sumatera Utara, sangat terpukul
TRIBUN-MEDAN.COM - Kondisi Selli Winda (SW), guru honorer di SMP Negeri 1 STM Hilir, Deli Serdang, Sumatera Utara, sangat terpukul mendengar siswanya, Rindu Syahputra Sinaga (RSS) (14 tahun), meninggal dunia usai diberi hukuman 100 kali squat jump di sekolah.
Guru SW memberikan hukuman kepada RSS karena tak mengerjakan tugas.
"Saat ini kondisi guru itu lagi down. Dia merasa bersalah dan terpukul lah karena dia tak menyangka sampai seperti ini," kata Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Deli Serdang, Muriadi, dalam keterangannya dikutip Senin (30/9/2024).
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, SW telah menuliskan surat terkait kronologi pemberian hukuman kepada RSS.
Kejadian tersebut berlangsung pada Kamis (19/8/2024), ketika enam siswa tidak mengerjakan tugas.
SW bertanya kepada para siswa tentang hukuman yang mereka inginkan, dan mereka menjawab squat jump.
SW kemudian meminta siswa yang dihukum melakukan squat jump sebanyak 100 kali, dengan catatan boleh berhenti sejenak jika merasa lelah.
Namun, setelah pulang ke rumah, RSS merasakan sakit di kedua kakinya.
Keesokan harinya, RSS mengalami demam tinggi dan akhirnya dirawat di Rumah Sakit Sembiring, Deli Tua, Deli Serdang, kemudian meninggal pada Kamis (26/9/2024).

Baru Mengajar sejak Januari 2024 dan Telah Dinonaktifkan
SW merupakan guru honorer yang mengajar pendidikan agama Kristen sejak Januari 2024.
SW menggantikan guru sebelumnya yang mengajar mata pelajaran tersebut telah pensiun.
Saat ini, SW telah dinonaktifkan dari proses mengajar.
Dilakukan Ekshumasi
Kasat Reskrim Polresta Deli Serdang, Kompol Risqi Akbar mengatakan, akan dilakukan ekshumasi terhadap makam RSS.
"Selain itu, kami sedang berkoordinasi dengan Rumah Sakit Bhayangkara untuk proses ekshumasi," kata Risqi, Senin (30/9/2024).
Polisi juga akan memeriksa sejumlah saksi, termasuk keluarga, pihak sekolah, dan SW.
Polisi telah menerbitkan laporan model A untuk menyelidiki kasus ini.
Laporan model A merupakan laporan yang dibuat oleh petugas kepolisian.

Baca juga: AKUN FACEBOOK Selli Winda Mendadak Hilang setelah Viral Kematian Siswa SMP Rindu Syahputra Sinaga
Pesan Terakhir Korban sebelum Meninggal Dunia, Minta Agar Guru SW Dipenjarakan
Peristiwa memilukan menimpa seorang siswa sekolah menengah pertama (SMP) berinisial RSS (14) di Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).
RSS meninggal usai dihukum squat jump 100 kali oleh guru agamanya gara-gara tidak hafal ayat kitab suci, Kamis (26/9/2024).
Menurut ibu korban, Yuliana Derma Padan, putranya itu sempat mengeluh kakinya sakit dan demam pada hari Rabu (25/9/2024).
Melihat kondisi putranya mengkhawatirkan, Yuliana segera membawa RSS ke Rumah Sakit Umum Sembiring, Kecamatan Deli Tua.
Tim medis segera melakukan tindakan. Namun korban dinyatakan meninggal dunia pada Kamis pagi (26/9/2024).
"Ia mengeluh sakit kaki dan demam tinggi. Sempat bilang ke saya, 'Mak, kakiku sakit sekali, penjarakanlah gurunya itu, Mak. Biar jangan dia biasa begitu.' Paginya, anak saya sudah meninggal," ujar Yuliana.

Tolak kekerasan di sekolah
Peristiwa memilukan di SMP Negeri 1 STM Hilir itu segera mendapat sorotan Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang.
Oknum guru agama yang memberikan hukuman kepada RSS dinonaktifkan sambil menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut.
Pj Sekda Deli Serdang, Citra Efendy Capah, menegaskan bahwa hukuman fisik yang ekstrem seperti ini tidak dapat ditoleransi.
"Dinas Pendidikan sudah menonaktifkan oknum guru tersebut dan menggantinya dengan guru agama yang baru. Saat ini, penyelidikan sedang berlangsung, dan kami akan memanggil kepala sekolah untuk memastikan tidak ada lagi tindakan berlebihan di lingkungan pendidikan," ujar Citra .
Lebih lanjut, Pemkab Deli Serdang juga akan meningkatkan pengawasan terhadap guru-guru di wilayah tersebut.
"Perlu ada monitoring dan pembinaan bagi para guru, agar tindakan ekstrem seperti ini tidak terulang lagi. Dulu mungkin hal ini dianggap biasa, tetapi sekarang kita sudah tidak boleh ada kekerasan dalam mendidik," tegas Citra.

Duka keluarga
Peristiwa yang menimpa RSS meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.
Kematian RSS menjadi peringatan bahwa hukuman fisik bukanlah metode yang sesuai dalam proses pendidikan modern.
Selain menuntut pertanggungjawaban dari oknum guru, peristiwa ini juga membuka diskusi lebih luas mengenai pentingnya pendekatan yang lebih manusiawi dalam mendidik siswa.
Hal yang lebih penting lagi, tragedi ini juga mengingatkan kita betapa pentingnya reformasi dalam metode pendidikan dan disiplin di sekolah.
Diharapkan, investigasi yang sedang berlangsung dapat mengungkap fakta secara menyeluruh dan memberikan keadilan bagi korban serta keluarga. Lalu kasus RSS menjadi kasus terakhir dan tidak ada lagi kejadian serupa di masa depan.
(*/Tribun-medan.com/kompas.com)
Ditangkap Usai Rakernas Nasdem, Bupati Koltim Abdul Azis Tetap Bantah Kena OTT KPK |
![]() |
---|
AKSI Haidir Angkut Gerobak Saingan Agar tak Bisa Jualan Lalu Disembunyikan, Kini Diciduk Polisi |
![]() |
---|
MOMEN Terakhir Pemred Media Online Pangkalpinang Sebelum Ditemukan Tewas dalam Sumur, Pamit ke Kebun |
![]() |
---|
IRJEN Karyoto Lacak Akun Penyebar Hoaks Keretakan Hubungannya dengan Kapolri: Biasa Luar Negeri |
![]() |
---|
MESKI Kenaikan PBB Dibatalkan, Warga Tetap Gelar Demo Besar-Besaran, Tuntut Bupati Sudewo Mundur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.