Berita Viral

VIRAL Kisah Dokter Operasi Tumor Paru-Paru dari Jarak 5 Ribu Km, Pasien di Pedesaan, Operasi Lancar

Viral di media sosial kisah dokter yang melakukan operasi tumor paru-paru jarak jauh. Bagaimana tidak, operasi tersebut dilakukan dari jarak 5.000 ki

Editor: Liska Rahayu
X (Twitter)
VIRAL Kisah Dokter Operasi Tumor Paru-Paru dari Jarak 5 Ribu Km, Pasien di Pedesaan, Operasi Lancar 

TRIBUN-MEDAN.com - Viral di media sosial kisah dokter yang melakukan operasi tumor paru-paru jarak jauh.

Bagaimana tidak, operasi tersebut dilakukan dari jarak 5.000 kilometer.

Kendati demikian, operasi tersebut berjalan lancar.

Peristiwa ini terjadi di China.

Usut punya usut, pasien memang dari pedesaan, sementara dokter berada di kota.

Lantas, seperti apa kisah dokter ini?

Dokter di China bernama Lin Tianxin sukses melakukan operasi tumor paru-paru untuk pasiennya dari jarak 5.000 kilometer (km).

Operasi urologi jarak jauh ini dibantu oleh teknologi bedah robotik berbasis 5G.

Pasiennya berada di rumah sakit Prefektur Kashgar, Xinjiang, China barat laut, sedangkan dokternya di Guangdong, China selatan, yang jaraknya mencapai 5.000 km.

Dikutip dari Xinhua pada 29 Juli 2024, Lin Tianxin adalah Direktur Rumah Sakit Afiliasi Kelima Universitas Sun Yat-sen.

Ia melakukan bedah dengan konsol robot yang dikembangkan secara domestik.

Operasi berjalan lancar berkat lengan robotik, dan latensi jaringan yang dapat diminimalkan.

Rumah sakit di beberapa daerah pedalaman China sedang mengalami keterbatasan tenaga terlatih dan peralatan canggih.

Mereka biasanya meminta bantuan para dokter dari pusat medis terkemuka untuk melakukan operasi guna memenuhi kebutuhan pasien.

Beberapa dokter bahkan harus menempuh perjalanan jauh ke daerah-daerah tersebut.

Teknologi bedah yang didukung 5G ini dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Dampak positifnya, layanan medis berkualitas dapat lebih disediakan bagi para pasien di daerah-daerah terpencil China.

Bayi kanker ovarium stadium 3

Bayi di Malaysia divonis kanker ovarium kendati masih berusia 19 bulan. 

Hal ini menjadi sorotan karena penyakit ini biasanya menyerang wanita dewasa.

Ibu bayi tersebut, Fallarystia Sintom, menyadari ada yang tidak beres di bulang Agustus setelah anaknya mulai mengalami sembelit dan perut kembung.

Bayi tersebut juga menjadi kurang aktif dari biasanya dan hanya ingin digendong.

"Anak saya merasa tidak nyaman dan karena dia belum bisa berbicara, dia hanya menangis ketika merasa kesakitan," kata Fallarystia, 25 tahun, seperti ditulis The Straits Times.

Keluarga yang tinggal di Sabah itu mencari pengobatan di rumah sakit setempat, tetapi kanker ditemukan setelah bayi tersebut dipindahkan ke rumah sakit khusus wanita dan anak-anak ketika jumlah darahnya turun drastis.

Dokter di sana mendeteksi tumor sepanjang 13,5 sentimeter dan setelah operasi pada 2 Oktober, mereka mengonfirmasi bahwa bayi itu menderita kanker ovarium stadium 3.

Organisasi nirlaba global Ovarian Cancer Research Alliance (Ocra) menyebut ada 4 stadium kanker ovarium, dengan stadium 4 adalah paling parah.

Kanker ovarium stadium 3 biasanya berarti bahwa kanker telah menyebar dari satu atau kedua ovarium ke area di luar panggul, seperti perut, kelenjar getah bening terdekat, atau permukaan hati.

"Ketika diberitahu, saya merasa sangat sedih karena anak saya masih sangat muda dan sudah harus kehilangan ovarium kanannya," kata Fallarystia.

Menurut Ocra, sekitar 90 persen wanita yang terkena kanker ovarium berusia di atas 40 tahun. Sang bayi diperkirakan akan memulai kemoterapi begitu dia pulih dari operasi.

"Selama masih ada obat, masih ada harapan," kata Fallarystia.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved