Berita Viral

Kecelakaan Jeju Air, Pengamat Aviasi Sanksikan Gegara Tabrakan dengan Burung: Harusnya Tidak Fatal

Menurutnya pesawat kena burung bukanlah suatu kondisi gawat yang masuk kategori harus mendarat secepatnya.

|
Guardian
Kecelakaan Jeju Air, Pengamat Aviasi Sanksikan Gegara Tabrakan dengan Burung: Harusnya Tidak Fatal 

Sementara, korban selamat kecelakaan pesawat Jeju Air lainnya adalah Koo. 

Perempuan tersebut dirawat di Asan Medical Center. 

Ia dilaporkan mengalami luka di pergelangan kaki dan kepala, tetapi ia kondisinya stabil.

Pengamat Aviasi Gerry Soejatman meragukan penyebab kecelakaan itu akibat tabrakan dengan burung atau birdstrike. 

Menurutnya pesawat mengalami birdstrike seharusnya tidak berujung pada kecelakaan fatal. 

Baca juga: Ide Acara Malam Tahun Baru di Kantor Bersama Teman dan Kolega yang Super Meriah

"Birdstrike merupakan realita sehari-hari dari pengoperasian pesawat terbang, dan karena penasaran, saya memutuskan menganalisa video kejadian ini, khususnya bagian pendaratan," dikutip dari cuitannya di X.

Berdasarkan analisa data awal, menurutnya seharusnya birdstrike tidak berujung ke kecelakaan fatal bahkan pesawat dapat mendarat dengan baik.

"Disini, mau tidak mau kita harus melihat faktor manusianya (tanpa menyalahkan yah! Kalo mau nyalah2in, gak usah baca lebih dari titik ini)," tulisnya.

Menurutnya pesawat kena burung bukanlah suatu kondisi gawat yang masuk kategori harus mendarat secepatnya.

Pesawat Jeju Air jatuh di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). Api dan asap tampak membubung dari bangkai pesawat Boeing 737-800 ini. Sebanyak 47 korban tewas, dari total 181 orang di pesawat
Pesawat Jeju Air jatuh di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). Api dan asap tampak membubung dari bangkai pesawat Boeing 737-800 ini. Sebanyak 47 korban tewas, dari total 181 orang di pesawat (kolase)

"Tetapi ada langkkah2 yang harus dilakukan crew, yaitu, mendiagnosa efek birdstrike ke mesin, dan menilai apakah mesin harus dimatikan atau masih bisa jalan dengan aman. Jika mesin dimatikan, maka dia harus menghitung ulang kecepatan yang dibutuhkan untuk melakukan pendaratan karena menggunakan flap setting yang beda dengan biasanya," tulisnya.

Ia pun menemukan ada beberapa kejanggalan.

"Pendaratan single engine biasanya menggunakan Flap15. Di video, terlihat, flap tidak dideploy. Front slat tidak terlihat deployed seperti layaknya flap 15 setting, dan sepertinya tidak ada flap yang deployed dibelakang, sehingga kita bisa simpulkan, pesawat mendarat dengan flaps up atau flap setting dibawah 5. Ini tidak normal!," tulisnya.

Baca juga: 3 Shio yang Harus Bersiap Hadapi Tantangan di Tahun Ular Kayu 2025

Menurutnya dalam video tersebut juga terlihat bahwa Speedbrake atau Spoiler tidak dideploy baik secara otomatis atau manual oleh crew.

"Flap tidak di deploy, speedbrake tidak di deploy, landing gear tidak turun. Ini jadi pertanyaan. Meskipun birdstrike di engine, ini seharusnya tidak terjadi. Engine kena, flap masih bisa diturunin menggunakan alternate flap extension system (ini memakan waktu sekitar 2 menit dari up ke posisi flap 15). Landing gear pun bisa menggunakan gravity extension," katanya

Kejanggalan lainnya terlihat dari foto atau video kejadian birdstrike.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved