Siswa Nunggak SPP Dihukum Guru
Murid Tunggak SPP Dihukum Duduk di Lantai Depan Kelas, Ini Kata Kepsek SD Abdi Sukma
Kepala Sekolah Dasar Yayasan Abdi Sukma, Juli Sari menjelaskan kronologi kejadian seorang siswanya berinisial MA
Penulis: Anisa Rahmadani | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Kepala Sekolah Dasar Yayasan Abdi Sukma, Juli Sari menjelaskan kronologi kejadian seorang muridnya berinisial MI, yang duduk di lantai karena belum bayar uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
Menurut Juli, awalnya dirinya tidak mengetahui siswa kelas 4 SD tersebut duduk di lantai saat proses belajar mengajar di sekolah.
Dikatakan Juli, pihak yayasan, tidak pernah mengeluarkan kebijakan siswa yang belum bayar SPP untuk duduk di lantai.
"Jadi sebenarnya ada mis komunikasi. Saya juga baru mengetahui siswa tersebut didudukkan di lantai setelah wali muridnya datang ke sekolah menemui saya sambil menangis," katanya saat dikonfirmasi Tribun Medan, Jumat (10/1/2025).
Diakui Juli, siswa tersebut belum melunasi SPP-nya sehingga belum dapat menerima rapornya.
"Sebenarnya anak itu tidak menerima raport karena belum melunasi SPP. Tapi tidak jadi permasalahan sebenarnya. Dan tetap bisa mengikuti pelajaran," terangnya.
Hanya saja, kata Juli, miskomunikasi terjadi antara dirinya dan wali kelas. Menurutnya, wali kelas tersebut membuat peraturan sendiri tanpa ada konfirmasi ke pihaknya terlebih dahulu.
"Wali kelasnya membuat peraturan sendiri di kelasnya bahwa kalau anak tidak ada menerima rapor tidak boleh menerima pelajaran dan mendudukkan siswa tersebut di lantai saat pelajaran berlangsung, tanpa kompromi dengan pihak sekolah," terangnya.
Juli mengaku sudah melakukan pemanggilan terhadap wali murid dan wali kelas secara langsung.
"Wali murid juga sudah kita panggil. Saat kejadian itu orang tuanya nangis-nangis.Dan permasalahan ini sudah kami selesaikan hari itu juga," terangnya.
Dikatakan, sebagai kepala sekolah, pihaknya sudah meminta maaf pada orang tua siswa tersebut.
"Saya sebagai kepala sekolah sudah memohon maaf sama orang tua sudah selesai sebenarnya permasalahan ini," terangnya.
Untuk tindakan tegas terhadap Wali Kelas, kata Juli pihaknya belum bisa memutuskan secara langsung.
"Kami sudah rapat tadi dengan guru-guru dan pihak yayasan sudah diberi peringatan, dan sudah ada peringatan tertulisnya," jelasnya.
Dikatakannya, hari Senin depan, pihaknya akan melakukan rapat kembali dengan ketua yayasan dan bendahara untuk memutuskan sanksi kepada wali kelas tersebut.
"Iya (pemecatan belum ada). Cuman sudah ditegur bahwa tidak boleh seperti itu, dan jangan diulangi lagi. Sementara kemungkinan dipecat atau tidak itu keputusan dari yayasan, saya tidak berani bilang iya atau tidak karena Senin rapat lagi untuk memutuskan yang baik untuk sekolah dan wali kelas," jelasnya.
Sejauh ini, pihak sekolah juga sudah menurunkan tim relawan untuk datang ke rumah siswa tersebut.
"Tadi sudah ada relawan yang membantu ke rumah anak tersebut, untuk bayar uang sekolah anaknya dan sudah dibayar uang sekolahnya. alhamdulillah, sudah ada beberapa ratus ribu bantuan sekolahnya insyaallah ada bantuan lagi untuk keperluan keperluan rumah tangga yang akan diberikan ke ibunya," ucapnya.
Diakui Juli, siswa ini baru pertama kali melakukan tunggakan ke pihak sekolah.
"Sebenarnya ini baru ini (siswa itu nunggak uang sekolah) karena ibunya saat ini sedang sakit. dan ayahnya kadang kerja atau tidak. Makanya dia enggak bisa bergerak mencari uang dan kebutuhan anaknya ya. Kalau saya sih memaklumi itu," ucapnya.
Menurutnya, tanggung jawab SPP itu bukanlah urusan wali kelas.
"Itulah mis komunikasi sebenarnya tanggung jawab SPP itu saya, bukan wali kelas. Yang enggak terima rapot karena belum bayar SPP. Tetapi tidak ada aturan untuk dudukkan siswa di lantai. Itulah wali kelas tidak komunikasi dulu dengan saya, itulah salahnya beliau (wali kelas),"jelasnya.
Meski begitu, kata Juli saat ini siswanya tetap sekolah seperti biasanya. Dan antara wali kelas dan wali murid sudah saling maaf-maafan.
"Sampai sekarang siswa itu tetap sekolah di sekolah ini. Wali murid dan wali kelas sudah bertemu dan saling maaf-maafan. Hanya ada mis komunikasi saja,"terangnya.
Sebelumnya viral video berjudul: Murid SD di Medan Dihukum Duduk di Lantai Selama 3 Hari Imbas SPP Nunggak.
Seorang murid laki-laki di SD Swasta Abdi Sukma di Kota Medan inisial Ms (10) bernasib malang harus duduk di lantai selama 3 hari saat proses belajar mengajar.
Anak kelas 4 itu dihukum oleh guru wali kelasnya Hariyati lantaran ia menunggak membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) selama 3 bulan yakni Oktober, November, dan Desember 2024. Total besaran SPP-nya Rp 180 ribu.
Kamelia, ibu korban, bercerita anaknya itu dihukum sejak hari pertama sekolah yakni Senin (6/1/2025).
Namun, ia baru sadar pada Rabu (8/1/2025) saat anaknya tidak mau berangkat ke sekolah.
“Rabu pagi ya kan saya suruh anak saya sekolah, saya bilang kamu duluan nanti mamak (nyusul ke sekolah), mamak jual handphone biar bayar SPP,” kata Kamelia saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Medan Maimun pada Jumat (10/1/2025).
“Dia bilang enggaklah mak, aku malu, aku duduk di semen (lantai), (saya tanya) kenapa? Sejak kapan? (Dijawab) Senin. Hah masa? Ingat ya, Nak, kalau mamak tanya karena gak buat PR mamak gak akan marah,” sambungnya.
Kamelia yang merupakan seorang ibu rumah tangga (IRT) itu sebelumnya mengaku memang hendak ke sekolah untuk membayar SPP anaknya itu. Sebab, hari Senin ia sudah diingatkan oleh wali kelas untuk melakukan pembayaran.
Terlebih, anaknya itu juga belum menerima rapor lantaran ditahan oleh pihak sekolah. Di sekolah, kata dia, aturannya yang berlaku memang demikian.
Namun, kata dia, ia sudah izin ke wali kelas soal SPP yang menunggak itu.
“Selasa ada di grup, buat ibu-ibu murid tolong kerja sama yang belum melunaskan tolong datang sekolah temui Kepsek kalau tak ada raport tak dibenarkan ikuti pelajaran,” kata dia.
“Akhirnya saya voice note via WhatsApp saya izin belum bisa datang itulah rencana saya rabunya saya datang,” jelasnya.
Pada Rabu, Kamelia pun menyusul anaknya dan mendapati anaknya itu duduk di lantai.
Saat itu, kondisi anaknya berbeda dari teman-teman lainnya yang duduk di atas kursi.
“Saking penasaran saya coba tengok ke sekolah. Begitu saya masuk ke gerbang, temennya ngejer semua sambil megang tangan saya. (Mereka bilang) Bu ambillah rapor dia, kasihan loh duduk di semen. Di situ saya nangis Ya Allah kok gini kali,” kata dia.
“Kalau satu jam sudahlah (tak apa), ini dari pagi bener-bener diasingkan,” kata dia.
Saat itu, Kamelia pun langsung mempertanyakan aksi gurunya itu.
“Sampai saya langsung datang ke depan pintu kelas (saya bilang) Ya Allah, Nak, kejam kali gurumu,” kata dia.
Akhirnya wali kelas dan Kamelia pun cekcok. Kamelia pun merekam momen itu.
“Saya bilang kok tega, kata dia (wali kelas) kan sudah saya bilang, saya sudah suruh anak ibu pulang tapi anak ibu tak mau pulang kata dia,” kata dia.
“Akhirnya kami dibawa sama kepsek ke kantor untuk diluruskan. Saya tanya ke kepsek bener peraturan (kalau tak bayar SPP dihukum duduk di lantai)? Dijawab tidak ada,” kata dia.
Atas insiden ini, Kamelia pun mengaku sangat kecewa dengan pihak sekolah. Sebab, anaknya sempat menjadi trauma tidak mau sekolah.
“Ya Alhamdulillah sejak kejadian itu, anak saya Kamis sekolah dan duduk di kursi,” kata dia.
“Ayah mereka pergi ke Riau untuk bekerja bangunan, belum lama juga,” kata dia.

Pilu Siswa SD di Medan Disuruh Duduk di Lantai lantaran Nunggak SPP 3 Bulan, Tangis Sang Ibu Pecah
Peristiwa memilukan dialami MI (10) seorang siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) Yayasan Abdi Sukma Kota Medan.
Ia dilarang mengikuti proses belajar mengajar di kelas oleh gurunya hanya karena menunggak uang sekolah selama tiga bulan.
Mirisnya lagi, ia disuruh duduk di lantai keramik di hadapan rekannya sejak tanggal 6 Januari hingga 8 Januari dari pagi sampai jam belajar selesai.
Video pelajar duduk di lantai selama belajar mengajar pun beredar luas hingga viral di media sosial.
Duduk beralas busa dalam rumah sederhana, di dalam gang sempit yang cuma bisa dilalui sepeda motor, Kamelia (38) tak kuasa membendung air matanya.
Ia menceritakan betapa perih hatinya melihat putranya duduk di lantai hanya karena nunggak bayar uang sekolah selama tiga bulan, sebesar Rp 180 ribu pada Rabu 8 Januari 2025 kemarin.
Melihat secara langsung dari pintu kelas, seakan-akan detak jantung Kamelia berhenti, lalu berdetak kencang seperti genderang perang.
Emosinya memuncak. Tangisnya pecah disertai teriakan yang meletup-letup.
Tak disangkanya, anak yang berjalan kaki dari rumah pagi-pagi untuk menimba ilmu malah jadi tontonan kawan-kawannya satu kelas seperti gelandangan.
"Saya menangis benar-benar teriak karena dari hari Senin sampai Rabu anak sayadisuruh duduk di lantai dari pagi sampai jam 1 siang,"kata Kamelia, dijumpai di kediamannya di Gang Jarak, Jalan Brigjen Katamso, Medan, Jumat (10/1/2025).
Kamelia mengungkap, usai melihat anaknya seperti dipajang dihadapan rekannya, sempat berdebat dengan guru sekaligus wali kelas berinisial HRYT yang memberi hukuman.
Diutarakan Kamelia, dengan nada agak ketus, HRYT menyatakan apa yang dilakukan merupakan peraturan yang berlaku di sekolah, yaitu apabila siswa tidak melunasi uang sekolah dilarang ikut belajar.
"Kemudian wali kelasnya datang dan bilang 'kan sudah saya bilang, peraturan yang belum bayar dan lunas tidak dibenarkan ikut sekolah',"ungkap Kamelia menirukan ucapan guru yang menghukum anaknya.
Kemudian, HRYT menyatakan kalau Mahesya Iskandar sebenarnya disuruh pulang karena orang tuanya belum bayar SPP.
Tapi karena bocah 10 tahun itu tak mau pulang, lantas HRYT menyuruh Mahesya duduk di lantai selama berjam-jam.
"Kata gurunya, anak ibu sudah saya suruh pulang tetapi tidak mau pulang."
Karena terjadi perdebatan, akhirnya Kepala Sekolah Dasar Yayasan Abdi Sukma datang untuk melerai dan membawa mereka ke ruangan.
Kamelia lantas menanyakan apakah kebijakan menyuruh siswa duduk di lantai hanya karena nunggak bayar uang sekolah merupakan peraturan sekolah.
Rupanya Kepsek menjawab tidak tahu menahu ada seorang siswa dilarang ikut pelajaran dan didudukan di lantai selama berjam-jam.
"Kepsek bilang tidak tahu. Sama sekali tidak tahu dan dijawab tidak ada."
Gegara Dana Kartu Indonesia Pintar Belum Cair
Kamelia mengungkap kenapa dirinya belum membayar biaya sekolah anaknya yaitu karena dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebesar Rp 450 ribu belum cair.
Selama ini, uang sekolah anaknya dibayar menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
"Pokoknya, enam bulan dibiayai pakai dana bos, 6 bulan bayar dari Juli sampai Desember. Kalau cair, 450.000 itu saya habiskan untuk biaya sekolah, gak pernah saya ambil."
Sebelum anaknya disuruh duduk di lantai dan tak boleh ikut pelajaran, Kamelia sempat meminta dispensasi kepada wali kelasnya supaya Mahesya bisa ikut ujian semester pada Desember 2024 lalu.
Permohonan keringanan ini karena ia tidak punya uang, ditambah sedang sakit.
Kemudian, pihak sekolah mengizinkan anaknya ujian meski saat pembagian rapor, tak dibolehkan mengambil.
Ketika masa libur sekolah, sempat ada pengumuman melalui grup WhatsApp yang menyatakan bagi siswa yang belum melunasi uang SPP, uang buku dan remedial dilarang ikut belajar mengajar lagi.
Namun pernyataan dikira Kamelia hanya candaan, tidak akan diterapkan.
Sampailah pada tanggal 6 Januari kemarin, awal mula proses belajar mengajar setelah libur semester.
Hari pertama masuk sekolah, Mahesya langsung duduk di lantai. Namun ia tidak menceritakan kepada orang tuanya.
Lalu esok harinya, Selasa 7 Januari, masuk pengumuman serupa.
"Ibu-ibu mohon kerjasamanya yang belum menerima raport ataupun belum lunas SPP dan membayar uang buku mohon datang ke sekolah karena tidak dibenarkan anaknya mengikuti pelajaran kalau itu belum selesai," ungkap Kamelia menirukan.
Karena ada pengumuman tersebut, Kamelia mengirimkan pesan suara kepada guru kalau ia belum bisa datang dan esok harinya baru bisa.
Alasan lainnya, ia yang sebagai relawan di Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan (JPKP) sedang membantu mendampingi seorang pasien.
"Akhirnya saya voice note, saya izin belum bisa datang. Itulah rencana saya rabunya saya datang karena ada pasien urgent, kan dari semalam berkas belum selesai."
Sesampainya Rabu 8 Januari, pagi ia hendak datang ke sekolah.
Namun sebelum datang, ia menyuruh anaknya berangkat ke sekolah lebih dahulu dan ia akan menyusul karena mau menggadaikan handphonenya supaya bisa bayar uang sekolah.
Disinilah bocah 10 tahun tersebut mulai mengadu ke ibunya kalau dia disuruh duduk di lantai karena belum melunasi tunggakan.
Tidak langsung percaya. Kamelia sempat mengira anaknya berbohong dan hukuman yang diberikan gurunya karena tak mengerjakan tugas.
Rupanya ketika ia datang ke sekolah, Kamelia didatangi kawan-kawan anaknya dan meminta dirinya mengambil rapor karena gak tega korban dihukum.
"Waktu di gerbang kawannya itu mengejar saya, memegang tangan saya dan bilang supaya saya mengambil rapor si Mahesa karena dia duduk di semen,"ungkapnya.
"Saya sempat nangis ya Allah kok begini sekali. Sampai saya ke pintu kelas, saya lihat anak saya memang duduk di lantai. Saya bilang kejam sekali gurumu, nak."
Usai video pelajar duduk di lantai dan dilarang belajar, sejumlah donatur datang memberikan bantuan.
Uang sekolah yang tertunggak, kata Kamelia mau dilunasi para relawan yang datang.
Kepsek yayasan Abdi Sukma Kota Medan juga sempat datang ke rumahnya. Namun tidak guru berinisial HRYT.
"Daritadi ada relawan datang kepala sekolah juga sempat datangi saya dan bilang masalah uang sekolah nggak usah dipikirkan.
(cr5/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Kepsek SD Abdi Sukma
Kepala Sekolah Dasar Yayasan Abdi Sukma
Belum Bayar SPP
Sumbangan Pembinaan Pendidikan
tunggak SPP dihukum duduk di lantai
Viral Video Anak Guru yang Hukum Siswa karena Nunggak SPP dan Orangtua Korban Cekcok di Sekolah |
![]() |
---|
Siswa SD Dihukum Duduk di Lantai Oleh Gurunya karena Nunggak SPP, Polisi Bantu Mediasi |
![]() |
---|
Kamelia Ibu Siswa SD yang Dihukum Duduk di Lantai akan Pindahkan Anaknya bila Guru Tak Diberhentikan |
![]() |
---|
Nasib Guru yang Hukum Murid Duduk di Lantai karena Nunggak SPP, Kena Skorsing dan Tak Boleh Mengajar |
![]() |
---|
Suruh Siswa SD Duduk di Lantai karena Nunggak SPP, Wali Kelas Kena Skorsing dan Tak Boleh Ngajar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.