TRIBUN WIKI
Profil Liang Wenfeng, Pendiri DeepSeek Jadi Harapan China dalam Persaingan AI Global
Liang Wenfeng merupakan pendiri sekligus CEO perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal China, DeepSeek. Ia lahir di Zhanjiang, Guangdong, China.
Namun, pada April 2023, perusahaan tersebut mengumumkan pergeseran fokus dari dunia investasi ke eksplorasi kecerdasan buatan tingkat lanjut (Artificial General Intelligence/AGI). Sebulan kemudian, DeepSeek resmi didirikan.
AGI sendiri didefinisikan sebagai sistem AI yang dapat melampaui kemampuan manusia dalam sebagian besar tugas bernilai ekonomi.
Menurut Liang, tantangan dalam mencapai AGI inilah yang menarik talenta terbaik di industri AI untuk bergabung dengan DeepSeek.
"Bakat terbaik tentu saja tertarik pada tantangan terbesar di dunia. Tujuan kami tetap meraih AGI," ujarnya dalam wawancara dengan Waves.
Baca juga: Profil, Biodata dan Agama Ririn Dwi Ariyanti, Pernah Rayakan Natal dengan Jonathan Frizzy
Masa Depan DeepSeek
Dengan strategi yang berfokus pada pengembangan teknologi fundamental dan komitmen terhadap open-source, DeepSeek berupaya menjadi pemain utama dalam industri AI global.
Keputusan perusahaan untuk tidak hanya mengikuti tren, tetapi justru menciptakan standar baru dalam pengembangan AI, menjadikannya sebagai salah satu harapan terbesar China dalam menghadapi persaingan teknologi dengan Amerika Serikat.
Dalam beberapa bulan mendatang, langkah DeepSeek akan terus dipantau oleh para pelaku industri dan pemerintah, baik di China maupun di luar negeri.
Jika berhasil, DeepSeek berpotensi menjadi perusahaan AI pertama asal China yang benar-benar mampu menyaingi dominasi OpenAI dan perusahaan teknologi Amerika lainnya.
Mendorong Budaya Open-Source
Salah satu langkah strategis yang diambil DeepSeek adalah menerapkan sistem sumber terbuka (open-source) pada model AI mereka, berbeda dengan OpenAI yang menggunakan sistem tertutup.
Dengan model open-source, pengembang di seluruh dunia dapat mengakses dan memodifikasi kode dasar sesuai kebutuhan mereka.
Menurut Liang, budaya open-source adalah faktor utama yang memberi keunggulan bagi Silicon Valley dibandingkan China.
"Meskipun OpenAI bersifat tertutup, ia tidak dapat menghentikan pihak lain untuk mengejar ketertinggalan. Open-source lebih merupakan praktik budaya daripada strategi bisnis. Perusahaan yang menerapkan pendekatan ini akan memiliki kekuatan lunak," ujarnya.
Pendekatan ini menandakan pergeseran paradigma dalam strategi pengembangan teknologi di China, dari sekadar mengejar keuntungan finansial menjadi lebih berorientasi pada inovasi dan eksplorasi ilmiah.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.