Berita Viral

NASIB Pasangan Pengantin Hari Pernikahan Dihantam Hujan Deras, Banjir Selutut, Tamu Malah Joget

Apesnya pasangan pengantin ini, di hari pernikahannya, pesta pernikahannya malah dihantam hujan deras hingga banjir selutut.

Editor: Liska Rahayu
Tangkapan layar TikTok @amaupiiiii
VIRAL VIDEO BANJIR - Pernikahan yang masih percaya dengan mitos untuk tidak mandi. Pengantin mandi dan ternyata lokasi resepsi banjir selutut orang dewasa. 

Fenomena itu, menurutnya, sebagai sebuah tradisi atau tindakan yang berdasarkan pengalaman masa lampau dalam bentuk relasi atau komunikasi dengan alam dan para penguasa alam.

"Ada berbagai cara yang secara tradisi itu memang diturunkan, diberikan kepada anak-anaknya dari orang-orang yang hebat. Misalnya yang terkait dengan mengubah hujan atau juga menyangkut terkait ekonomi (pesugihan)," terang Drajat kepada Kompas.com, Jumat (21/2/2025).

Menurutnya, dalam konteks fenomena pawang hujan, celana dalam di sini berperan sebagai sejenis mantra atau atribut untuk menangkal hujan.

Dalam kasus lain, ada juga masyarakat yang menggunakan cabai, bawang merah, hingga sapu lidi yang dibalik.

"Nah itu mereka percaya bahwa ini adalah peralatan-peralatan yang bisa dipakai semacam antena untuk menghubungkan dengan kekuatan-kekuatan lain pengendali alam. Kalau secara modern kan sekarang dengan cara tabur garam menggunakan pesawat atau modifikasi cuaca," imbuh Drajat.

Menurut dia, dalam melakukan tradisi itu, masyarakat bisa saja mendapatkan apa yang diharapkan maupun tidak.

Orang-orang yang masih melakukan tradisi lempar celana dalam ke atap kemungkinan di masa lalu secara kebetulan selalu menyaksikan keberhasilan, yakni hujan berhenti.

Ia melihat, ada juga kelompok masyarakat yang kini sudah tidak mempercayai ritual semacam itu.

Sebab, kini sudah muncul juga komparasi yang bisa diterima secara rasional untuk memodifikasi cuaca, termasuk adanya teknologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Sehingga tradisi pawang hujan entah itu menggunakan celana dalam, tabung resonansi, dan atribut lainnya sudah dianggap sebagai tindakan yang tak bisa dimengerti atau irrasional," jelas Drajat.

Menurut dia, terjadinya perdebatan soal fenomena pawang hujan lumrah jika menimbulkan perdebatan.

Ia memandang, perdebatan ini disebabkan oleh ada sebuah gap pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu.

"Gap pengetahuan tidak sekedar jenjang tinggi rendah tapi ini soal kategorial pengetahuan A dan pengetahuan B," imbuhnya.

Di satu sisi, orang-orang yang masih mempercayai atau melakukan tradisi pawang hujan mendasarkan diri pada pengetahuan teologis.

Di sisi lain, mereka yang tidak menerima tradisi pawang hujan mendasarkan diri pada pengetahuan positif yang mengedepankan sebab-akibat.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved