Sumut Terkini
Mata Ephorus HKBP Victor Tinambunan Berkaca-kaca Teringat Portal TPL Tutup Akses Pertanian Warga
Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan hampir menitikkan air mata saat ditanyai soal pengalamannya bersama masyarakat adat di portal TPL.
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE - Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan hampir menitikkan air mata saat wartawan bertanya soal pengalamannya bersama masyarakat adat di portal TPL.
Tepat pada hari Minggu (2/2/2025), ia bersama jemaat HKBP Nagasaribu sambangi portal TPL menuju lahan kemenyan warga.
Ia menangis saat melihat portal tersebut. Akses masyarakat adat ke lahan kemenyan dan perladangan ditutup TPL.
Ia meminta agar portal tersebut dibuka.
Saat ibadat bertajuk "Merawat Alam Tano Batak", kenangan itu kembali diungkit. Ia sempat berhenti dan mata berkaca-kaca menjelaskan bahwa dirinya terbawa emosi.
Ia ternyata punya pengalaman sebagai petani kemenyan. Menurutnya, petani kemenyan bukan memburu kekayaan namun hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Mungkin saya terbawa suasana karena saya juga berpengalaman bertani kemenyan," terang Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan, Sabtu (1/3/2025).
Ia telah mendengar bagaimana masyarakat adat yang juga jemaat HKBP di Nagasaribu terhalang masuk ke lahan atau hutan kemenyan karena portal TPL.
Hatinya teriris. Ia mengetahui bagaimana susahnya sebagai petani kemenyan. Seturut pengalamannya, petani kemenyan tak pernah bermimpi jadi orang kaya.
"Jadi, saya tahu betapa capeknya. Kita sudah capek bertani, itupun kita tetap miskin. Siapa yang menikmati hasil kemenyan?" sambungnya.
"Puluhan tahun, tak satupun petani kemenyan yang kaya. Hanya mampu memenuhi kebutuhan anaknya. Sudah begitu, masih juga dihalangi," lanjutnya.
Kenangan itu yang membuatnya merasa sedih.
"Saya punya pengalaman bertani kemenyan. Dan saya tahu persis bagaimana pergumulan petani kemenyan," ungkapnya.
Ia menjelaskan saat ini, para petani kemenyan di Nagasaribu sudah bisa kembali bertani setelah portal TPL dibuka.
"Dan itulah yang membuat saya terbawa suasana. Yang pasti mereka sudah bisa kembali bertani kemenyan," tuturnya.
Sebelumnya, beredar di media sosial Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan pada Minggu (16/2/2025) berkunjung ke portal TPL di kawasan Nagasaribu.
Pemimpin gereja HKBP ini berharap warga Nagasaribu Siharbangan di Desa Pohan Jae, Kecamatan Siborong-borong. Tapanuli Utara dapat bertani kembali.
Akses menuju perladangan mereka ditutup oleh pihak TPL dengan portal sehingga warga sekitar yang harus melalui portal tersebut terhambat.
"Kami kemarin langsung ke sana. Sebenarnya, ada undangan pimpinan gereja untuk tanggal 11 Februari 2025, namun karena kami ada rapat praeses selama tiga hari yakni pada tanggal 10 hingga 12 Februari 2025, maka tidak pergi ke sana," ujarnya beberapa waktu lalu.
Masyarakat sekitar telah mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat hukum adat dari Pemkab Tapanuli Utara.
"Dari sana kita dapatkan informasi yang sebelumnya belum kita ketahui. Masyarakat adat di Nagasaribu ini telah mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat hukum adat,"
"Walaupun mereka masih mengharapkan revisi soal tapal batas. Lahan konsesi ada di tengah kawasan masyarakat hukum adat tersebut," lanjutnya
Menurutnya, masyarakat sekitar memiliki peluang menutup akses bagi pihak TPL menuju lahan konsesi. Pasalnya, lahan konsesi TPL tersebut berada di tengah lahan masyarakat hukum adat. Namun, masyarakat sekitar tidak melakukan hal tersebut.
"Sebetulnya, kalau masyarakat tersebut mau, mereka bisa saja menutup akses menuju konsesi TPL tersebut. Namun, mereka (masyarakat adat) tidak melakukan hal itu," ungkapnya.
"Masalahnya, pihak TPL membuat portal sehingga sebulan masyarakat tidak bisa pergi ke kebun karet dan lahan masyarakat lainnya," sambungnya.
Setelah kehadiran Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan bersama rombongannya, portal tersebut telah dibuka. Namun, untuk informasi terkini apakah portal kembali ditutup atau tidak belum diperoleh.
"Kemarin masih diportal juga. Namun, setelah kemarin saya dan teman-teman datang ke sana, portalnya dibuka," lanjutnya
Saat berada di areal portal tersebut, ia menangis. Ia mendengar cerita masyarakat yang mengalami kesulitan mencari nafkah. Mereka tak bisa lagi bertani karena TPL menutup akses ke ladang mereka.
"Jadi, itu saya sampaikan kemarin. Itu secara spontan, saya tak bisa menahan apa yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Saya bertemu langsung dengan masyarakat. Masa di tanah mereka sendiri, mereka dipersulit," ungkapnya.
"Kan ini menjadi pertanyaan besar, apa yang sedang terjadi pada mereka. Saya tidak menyalahkan penjaga portal tersebut karena mereka hanya menjalankan tugas dari pihak perusahaan," sambungnya.
Ia berharap, pihak manajemen perusahaan bubur kertas ini semestinya membuka portal tersebut.
"Yang paling penting, hal itu harus disampaikan kepada pihak manajemen supaya akses tersebut dibuka," pungkasnya.
(cr3/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram, Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Landen Marbun, Komisi A DPRD Sumut Berharap UHC Dilengkapi Jaminan Kesehatan untuk Korban Kejahatan |
![]() |
---|
Dari Limbah Sawit Sumut, BioLNG KIS Group Siap Masuk ke Pasar Shell di Singapura |
![]() |
---|
P-APBD Sumut TA 2025 Alami Penurunan 5,28 Persen Menjadi Rp12,5 T |
![]() |
---|
Diduga Manipulasi Dana Kampanye Rp 2 Miliar Pilkada 2024, KPU Deli Serdang Diadukan ke Polda Sumut |
![]() |
---|
Antisipasi Banjir di Musim Hujan, Pemkab Humbahas Bersihkan Selokan di Areal RSUD Doloksanggul |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.