Berita Viral

NASIB Ayah dan Anak Hidup di Kolong Rumah 1x2 Meter, Dapat Bantuan dari Dedi Mulyadi Malah Ditolak

Beginilah nasib ayah dan anak yang hidup di kolong rumah berukuran 1x2 meter di Kota Bandung. Ayah dan anak tersebut mendapat bantuan dari Gubernur J

Editor: Liska Rahayu
Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL
WARGA HIDUP DI KOLONG. Dedi Mulyadi saat mengecek warga yang tinggal di kolong rumah di Cikapundung Bandung. Seorang ayah dan anaknya berusia 14 tahun rela hidup di sebuah rumah berdinding seadanya, berukuran hanya 1x2 meter, berdiri nyempil di antara beton sungai Cikapundung, Kota Bandung. 

TRIBUN-MEDAN.com - Beginilah nasib ayah dan anak yang hidup di kolong rumah berukuran 1x2 meter di Kota Bandung.

Ayah dan anak tersebut mendapat bantuan dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, namun malah ditolak.

Dikutip dari Tribunsumsel.com, seorang ayah dan anaknya berusia 14 tahun rela hidup di sebuah rumah berdinding seadanya, berukuran hanya 1x2 meter, berdiri nyempil di antara beton sungai Cikapundung, Kota Bandung. 

Kisah ini terkuak ketika Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meninjau lokasi banjir di kawasan tersebut. 

Betapa terkejutnya Dedi saat mendapati rumah mungil yang jauh dari kata layak dihuni oleh dua generasi.

Ayah dan anaknya itu tetap bertahan tinggal di rumah tersebut meski sering terendam hujan banjir.

Bahkan, saat mendapat tawaran bantuan dari Dedi Mulyadi pun, pemilik rumah tersebut menolaknya.

“Bapak teh nyelepet di dieu? (Bapak tinggal di tempat sempit ini?)” tanya Dedi saat menuruni pembatas sungai, menyambangi rumah kolong itu seperti tampak dalam akun YouTube-nya, Jumat (21/3/2025).
 
Untuk masuk ke rumah, Dedi harus membungkuk. Pintu terlalu pendek. Di dalamnya, hanya ada sebuah kasur dan TV tabung. 

Di sebelahnya, terdapat sumur kecil, tempat mereka mandi sehari-hari.

Kondisi ini menggambarkan betapa sempitnya ruang gerak mereka di rumah yang menjadi tempat bertahan hidup.

Diketahui, sang ayah berprofesi sebagai tukang servis payung.

Sementara anaknya yang berusia 14 tahun telah putus sekolah setelah lulus SD.

Dalam obrolan dengan Dedi, sang anak mengaku ingin segera menyusul kakak perempuannya di Jakarta untuk bekerja.

Ibu mereka sudah lama pergi. Tinggal lah mereka berdua menempati kolong itu, yang bila hujan besar datang, ikut kebanjiran.
 
Tak ada dinding pengaman yang kokoh, hanya benteng sungai yang menjadi batas tipis antara arus air dan tempat tinggal mereka.

“Lamun banjir kumaha? (Kalau banjir gimana?)” tanya Dedi khawatir.

Halaman
12
Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved