Kecelakaan Bus ALS

Ibuku Tauladanku, Tangis Lorenzo Damanik Kehilangan Ibu & Kakek-Nenek dalam Kecelakaan Bus ALS

Duka mendalam menyelimuti keluarga besar di Lingkungan I Uruk Nagodang, Rabu (7/5/2025) petang.

|
Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ARJUNA
KECELAKAAN ALS- Lorenzo Damanik bersama ayah dan adik perempuannya meratapi jenazah sang ibu, Desria Nainggolan, di kediaman mereka di Sipolha, Rabu (7/5/2025). Suasana duka menyelimuti keluarga yang kehilangan tiga anggota tercinta dalam kecelakaan tragis di Padang, Sumatera Barat 

TRIBUN-MEDAN.COM, SIPOLHA- Suara serak dan mata sembab tergambar di wajah Lorenzo Damanik (28) saat mengenang kepergian ibu serta kakek dan neneknya yang meninggal dunia dalam kecelakaan tragis bus ALS di Padang, Sumatera Barat.

Duka mendalam menyelimuti keluarga besar di Lingkungan I Uruk Nagodang, Rabu (7/5/2025) petang.

Dalam kecelakaan itu, tiga anggota keluarga Lorenzo menjadi korban ibunya, Desria Nainggolan (50), serta kakek dan neneknya, Saruden Nainggolan (74) dan Romalola Sitanggang (74).

Berbincang dengan Tribun Medan, Lorenzo mengungkapkan rasa kehilangan yang begitu mendalam.

Ia masih sulit percaya, keluarga yang sangat dicintainya pergi dalam sekejap, dengan cara yang begitu menyayat hati.

"Ada firasat buruk waktu itu... saya sempat bilang ke mamak, hati-hati. Tapi tak pernah saya sangka akan setragis ini," ujar Lorenzo dengan suara tertahan.

Desria Nainggolan berangkat pada hari Senin (5/5/2025), mendampingi orang tuanya dalam perjalanan ke Palembang.

Tujuan mereka sederhana memenuhi kerinduan saudara dari nenek Lorenzo yang sudah lama tak bertemu.

"Mamak itu sangat perhatian. Dia ikut karena sayang sama oppung. Yang di Palembang pun sudah rindu sekali," kenangnya.

Lorenzo mengaku menyesal tak sempat mengantar kepergian sang ibu dan kakek-neneknya ke loket bus ALS di Pematangsiantar.

Ia juga tidak sempat berkomunikasi selama mereka dalam perjalanan.

“Saya tahu kabar kecelakaan itu dari ayah, kemarin sekitar pukul 11 siang. Dunia saya seperti runtuh waktu itu,” katanya lirih.

Sang ayah, Charles Damanik sempat mengajak Lorenzo ke Padang, namun setelah mendapat kepastian bahwa ketiganya telah meninggal, mereka memutuskan untuk tetap di rumah dan menanti jenazah.

Lebih menyayat hati, keluarga ini sebenarnya tengah menanti momen-momen bahagia.

Adik perempuan Lorenzo akan wisuda tahun depan di Sulawesi, momen yang sangat dinantikan sang ibu.

Lorenzo pun merencanakan pernikahannya tahun depan dengan gadis Boru Sipayung, dan sang ibu sudah sangat dekat dengan calon menantunya.

“Mamak cocok sekali dengan dia. Baik sekali. Tapi sekarang, semua tinggal kenangan,” ujar Lorenzo sambil menunduk.

Desria, bagi Lorenzo, bukan hanya ibu, ia adalah tauladan hidup. Sosok penuh kasih, sederhana, dan aktif dalam kegiatan sosial di desa mereka.

“Mamak itu selalu masak makanan kesukaanku. Selalu perhatian. Ibuku adalah tauladanku, mengajarkan banyak gal kepada kami” ujarnya pelan.

Meski hatinya remuk, Lorenzo tetap bersyukur ia masih bisa melihat jenazah ibunya untuk terakhir kali berbeda dari tragedi lain seperti tenggelamnya KM Sinar Bangun 2018 di Danau Toba, yang jasad korban bahkan tak ditemukan.

“Saya sebenarnya dulu yang mau ikut dampingi oppung. Tapi rupanya mamak yang pergi. Seolah memang mereka bertiga harus pergi bersama... untuk selamanya,” tuturnya.

(Jun-tribun-medan.com).

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved