Medan Terkini

TPA Terjun Marelan, Satu-satunya Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Medan Terancam Overload

Kota Medan terancam overload (kelebihan) sampah. Satu-satunya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kelurahan Terjun.

Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Randy P.F Hutagaol
DOK TRIBUN MEDAN
TPA MARELAN: Satu-satunya Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. (DOK TRIBUN MEDAN) 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kota Medan terancam overload (kelebihan) sampah. Satu-satunya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan terbilang kritis dengan volume sampah yang terus menggunung. 

Menyikapi kondisi kritis itu, Pemerintah Kota Medan tengah mempersiapkan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan efisien di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Diprediksi akan overload tiga tahun mendatang bila tidak diantisipasi dari sekarang tahun 2025.

Wali Kota Medan yang baru menjabat seratusan hari, Rico Waas telah menyadari kondisi tersebut.

Dirinya tengah menyiapkan sistem pengelolaan sampah yang akan diterapkan nanti lewat teknologi. 

"Harus menyisir dari hulu hingga hilir, untuk bisa didaur ulang serta memiliki dampak perekonomian terkhusus bagi masyarakat sekitar. Sampah di Kota Medan mencapai 1.500 sampai 1.600 ton per hari, termasuk di Danau Siombak (yang dihasilkan dari per kecamatan). Ini menjadi tanggungjawab kita bersama. Pemko sedang mempersiapkan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik untuk mengatasi persoalan ini," ujarnya dalam kegiatan pembersihan sampah di kawasan Danau Siombak, saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Kamis (5/6/2025). 

Rico mengajak masyarakat mulai memilah sampah, terutama sampah plastik yang sulit diurai dan mudah mencemari lingkungan. Sekaligus jua bersama-sama menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, apalagi ke sungai-sungai. 

"Artinya, kita harus mendorong seluruh masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai-sungai kita, karena aliran sungainya bermuara ke sini (Danau Siombak)," ujarnya. 

Ia menambahkan, meskipun sudah dilakukan pembersihan, sampah tetap menumpuk hanya dalam hitungan sehari. 

"Kemarin baru dibersihkan, hari ini sudah menumpuk lagi. Ini baru sampah satu hari. Kalau kondisi ini dibiarkan, TPA kita bisa penuh tahun 2028," kata Rico.

Rico Waas sebelumnya melakukan kunjungan kerja ke fasilitas pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan di Jakarta Utara, Kamis (29/5). Kunjungan ini bertujuan mempelajari pola terbaik pengelolaan sampah yang bisa diadopsi di Kota Medan.

RDF Plant Rorotan yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu fasilitas pengolahan sampah terbesar di Indonesia, dengan kapasitas input 2.500 ton sampah per hari dan menghasilkan sekitar 875 ton RDF. 

RDF sendiri merupakan bahan bakar alternatif hasil olahan sampah yang digunakan untuk mendukung industri, termasuk pabrik semen.
Menurut Rico, RDF Plant Rorotan terbukti mampu mengurangi volume sampah yang dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang hingga 30 persen. 

"Jakarta sudah memiliki solusi penanganan sampah dengan RDF Plant Rorotan. Namun, apakah ini juga opsi yang terbaik bagi Medan, belum bisa kita putuskan sekarang. Kita masih belajar dan membandingkan," ujarnya. 

Ia menambahkan, banyak daerah di Indonesia memiliki pendekatan berbeda dalam menangani sampah. Oleh karena itu, pihaknya ingin memahami bagaimana proses pengolahan sampah dilakukan mulai dari hulu hingga hilir, termasuk peran masyarakat melalui bank sampah.

"Ternyata kita tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk belajar penanganan sampah. Di Indonesia sendiri sudah banyak kota yang punya pola yang berbeda-beda," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved